...-Kecewa, Maaf dan Cinta-...
Willy memandangi langit malam dari teras rumah kosnya. Tangannya memetik gitar seraya menyanyikan melodi kegundahan hati yang sedang melanda.
Willy tersenyum getir meratapi nasibnya yang seperti pecundang. Masih terngiang jelas bagaimana raut wajah Shiena terhadapnya tadi.
Raut wajah penuh rasa kecewa terhadap Willy yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Willy menarik napas dan menghembuskannya pelan.
(Ternyata mengulang waktu tak semudah yang aku bayangkan. Tapi andaikan tidak terulang, hubunganku dengan Shiena justru akan sulit untuk membaik)
Saat sedang menikmati lamunannya, seseorang datang ke rumah kos Willy. Alex langsung duduk di samping Willy.
"Ngelamun aja lo!" Alex menepuk bahu Willy.
"Ngapain lo kesini? Mau ribut lagi sama gue?"
Alex langsung mengangkat kedua tangannya.
"Relax, Bro. Gue gak akan macam-macam kok. Lagian gue udah jelasin semuanya ke lo. Gue gak ngapa-ngapain Shiena. Dan lo tahu kalo gue udah putus sama dia."
Willy tersenyum seringai. "Jadi, lo udah nyerah?" Tanyanya.
Alex mengedikkan bahunya. "Mau gimana lagi. Shiena gak mau maafin gue."
"Ternyata nasib kita sama," Lirih Willy.
Alex mengerutkan keningnya. Ia tak percaya jika Willy juga tak mendapat kepercayaan dari Shiena.
"Maksud lo?"
Willy tersenyum menatap langit malam. "Rasa kecewa yang Shiena miliki ke gue lebih besar dari rasa cintanya."
"Ah, lo baru segitu aja udah nyerah. Kan ada pepatah, benci bisa jadi cinta."
"Itu benci, dodol! Bukan kecewa." Willy menoyor kepala Alex seraya bercanda.
"Shiena udah kecewa berat sama gue gara-gara keputusan gue di masa depan."
Alex mengikuti arah pandang Willy. Kini mereka sama-sama sedang menatap langit malam.
"Gue pikir gue bisa masuk ke dalam hati Shiena setelah kita sama-sama mengulang waktu. Gue pikir gue bisa menggantikan posisi lo di hati dia. Tapi... Ternyata gue salah, Will. Shiena masih tetap jadi milik lo."
Pernyataan Alex membuat Willy menoleh. "Apa maksudnya?"
"Menurut gue, kenapa lo dan Shiena diberi kesempatan buat mengulang masa lalu, itu karena untuk menguji cinta kalian berdua."
"Gue gak paham!"
"Baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang, lo dan Shiena bakal tetap berjodoh. Karena itulah takdir kalian. Sekarang kalian diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Kalian diberi kesempatan untuk saling memaafkan dan memperbaiki kesalahan kalian di masa datang yang belum kalian lakukan."
Willy terdiam.
"Gue yakin kalo Shiena juga masih cinta sama lo. Hanya saja Shiena gak tahu cara ngungkapinnya. Sebaiknya sekarang lo lebih berjuang lagi dalam mendapatkan hati Shiena kembali."
Willy menatap Alex. "Tahu dari mana lo kalo Shiena masih cinta sama gue?"
Alex berdecak sebal. "Buktinya dia gak mau pas gue ajak...buat begituan. Itu artinya..."
Willy sudah bersiap melayangkan tinjunya. "Sialan lo!"
"Santai, Will. Tapi kan semua itu gak kejadian. Shiena nolak gue dan dia pergi dari gue. Kalo dia beneran suka sama gue, dia pasti mau buat ngelakuin hal yang lebih sama gue. Itu wajar karena kami pasangan."
Penjelasan Alex dirasa masuk akal oleh Willy.
"Trus gue harus gimana?"
"Lo harus minta maaf sama Shiena dan bilang kalo lo cinta sama dia."
"Udah, Lex. Udah terlalu sering malah."
"Kalo gitu lo harus usaha lebih keras lagi buat ngeluluhin hati Shiena."
Willy mengangguk paham. Willy menepuk punggung Alex.
"Thanks ya! Lo emang sahabat yang baik, Lex. Semoga aja lo dapat jodoh yang baik juga."
"Haish! Jangan ngomongin jodoh lah! Gue masih pengen menikmati masa-masa sendiri gue."
"Sendiri tapi lo bisa celup sana celup sini!"
"Sialan lo!" Alex memukul lengan Willy. "Will, apa gak sebaiknya lo juga memperbaiki hubungan lo sama keluarga lo? Kesempatan kayak gini gak mungkin keulang lagi, Will. Sebelum terlambat mending lo berdamai sama masa lalu lo."
Willy terdiam mendengar kata-kata Alex. Apa yang Alex katakan memang benar. Tapi apakah Willy bisa menerima semuanya dengan mudah? Luka dihatinya tidak pernah mengering hingga saat ini.
#
#
#
Di sisi lain, Shiena juga sedang menatap langit malam dari balkon kamarnya. Shiena memikirkan kata-katanya pada Willy.
"Apa aku terlalu kejam?" Gumamnya.
Shiena menggeleng. "Ini cukup sepadan dengan apa yang dilakukannya padaku di masa depan. Tapi..."
Shiena mulai menelisik perasaan di hatinya. Apakah benar ia tak merasakan apapun lagi terhadap Willy?
"Kenapa aku terus bertemu dengan mas Willy? Apakah memang kami masih berjodoh meski berusaha untuk menolak?"
Shiena menghela napas kasar. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya. Shiena membuka pintu dan melihat sosok Shandy ada disana.
"Abang? Ada apa, Bang?"
"Boleh abang masuk?"
Shiena mengangguk.
"Kamu lagi ngapain?"
Shiena menggelengkan kepala. "Gak lagi ngapa-ngapain kok."
"Pintu balkon kok kebuka?"
"Ooh, aku lagi nyari angin aja, Bang."
Shandy menuju balkon dan duduk di bangku yang ada disana.
"Sini duduk dekat abang!" Shandy menepuk sebelah tempatnya.
Shiena menurut dan duduk di samping Shandy.
"Kamu kok belum tidur?" Tanya Shandy.
"Abang sendiri juga belum tidur."
Shandy tertawa. "Abang mikirin kamu."
Shiena menatap kakaknya bingung. "Mikirin aku? Kenapa?"
"Shie, abang kepengen kamu bisa menemukan sosok pria yang bisa menjagamu kelak."
"Abang! Kenapa bahas itu lagi sih?" Shiena memalingkan wajahnya.
"Shie, ini demi kebaikan kamu! Aku yakin kamu juga pasti lagi mikirin itu kan? Kamu menyesal karena udah bikin abang kecewa. Dan akhirnya kamu sendiri juga kecewa."
Shiena menghela napas. "Aku minta maaf, Bang. Aku tahu aku salah. Dan aku sudah bikin abang kecewa. Makanya untuk saat ini aku gak mau mikirin soal cinta dulu."
"Kenapa? Biasanya anak seusia kamu itu lagi seneng-senengnya jatuh cinta. Ya meski bisa juga patah hati, asal jangan patah semangat."
Shiena mengedikkan bahunya. "Aku gak butuh seseorang untuk menjagaku, Bang. Kan udah ada abang!" Shiena memeluk Shandy.
"She, abang sama ayah dan bunda kan gak bisa selamanya jagain kamu. Makanya abang pengen kamu menemukan orang yang tepat untuk menjaga kamu. Ngerti?"
Shiena mengangguk. "Ngerti Bang. Tapi untuk sekarang aku mau fokus kuliah dulu. Dan aku masih 20 tahun. Masih lama buat mikirin soal cinta."
Shandy mengusap lembut kepala Shiena dengan penuh sayang. "Iya, abang tahu. Ternyata adik abang ini udah dewasa ya! Pikirannya sudah terbuka."
(Aku sudah 30 tahun, Bang. Hehehe)
"Terima kasih ya Bang karena udah ada untuk aku..."
"Sama-sama adikku. Sekarang tidur ya! Ayah sama bunda pulangnya malam ini. Kamu gak usah nungguin."
#
#
#
...-Family Gathering-...
Shiena mengerjapkan matanya karena mendengar suara alarm dari ponselnya. Pukul lima pagi. Shiena tersenyum mengingat obrolannya semalam dengan Shandy.
"Kenapa Bang Shandy ngomongnya begitu sih? Kayak orang mau pergi jauh aja."
Shiena bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Ia ingin membantu memasak bersama sang bunda.
Shiena memakai dress selutut andalannya dan memindai penampilannya di depan cermin. Bayangan Willy kembali hadir. Mengingatkan dirinya tentang apa alasan dirinya dan Willy kembali ke masa lalu.
"Ck, kenapa mesti inget dia sih? Bikin mood kacau aja!"
Shiena merengut. Meski sedikit kesal, Shiena juga memikirkan apa yang dikatakan Willy padanya. Bahkan Shiena mulai menebak-nebak apakah hanya dirinya dan Willy saja yang kembali ke masa lalu?
"Jangan-jangan ada orang lain lagi yang datang ke masa ini selain aku dan mas Willy?"
"Apa kak Alex juga datang dari masa depan?"
Semakin dipikir semakin membuat Shiena tak paham dengan semuanya.
"Shiena, udah bangun belum, Nak?" Suara Wulan membuat Shiena segera bangkit dan membuka pintu.
"Bundaaaa! Aku kangen!" Shiena langsung memeluk Wulan.
"Bunda juga kangen. Ayo turun! Bantu bunda masak yuk!"
Shiena mengangguk dengan semangat.
#
#
#
"Jadi perempuan itu setidaknya bisa masak makanan rumahan, She. Jadi nanti kalo kamu punya suami, gak harus bibi yang masak."
Shiena menatap bundanya. "Bunda, aku masih muda. Kok mikirnya sampe sejauh itu sih, Bun."
"Gak ada yang tahu kan kapan jodoh kita datang. Siapa tahu jodoh kamu itu dekat. Tapi kamunya yang gak nyadar."
Shiena terdiam mendengar ucapan Wulan. Shiena memilih diam dan meneruskan acara memasaknya.
Pukul tujuh pagi, Shiena menata makanan diatas meja. Shandy dan Prayitno mulai mendatangi meja makan.
"Hmm, anak ayah pintar masak ya ternyata!"
Shiena tersenyum nyengir. "Iya dong, Ayah. Anak siapa dulu, anak bunda Wulan."
Terdengar gelak tawa setelahnya. Kemudian mereka duduk dan mulai menyantap sarapan mereka.
"Oh ya, Bang. Persiapan acara family gathering sudah selesai?" Tanya Prayitno membuka obrolan.
"Udah, Yah. Aku udah booking semua penginapan dan juga ada EO juga nantinya."
Shiena menatap ayah dan kakaknya bergantian.
"Jadi, kantor ayah mau ngadain family gathering, Yah?"
"Iya, She. Besok lusa kita berangkat ke puncak."
"Kita?" Shiena bingung.
"Iya, sayang. Kamu juga ikut. Masa iya bunda tega ninggalin kamu sendirian di rumah." Kali ini Wulan yang menjawab.
Shiena terdiam. Ingin rasanya bertanya apakah Willy juga ikut dalam acara itu. Namun terlalu gengsi untuk sekedar bertanya dan mengetahui jika takdir akan membawanya kembali pada Willy atau tidak.
Hari keberangkatan acara family gathering pun tiba. Semua karyawan beserta keluarganya menunggu kedatangan bus yang akan membawa mereka ke daerah puncak.
Shiena harap-harap cemas dengan celingukan kesana kemari. Hingga detik ini ia belum menemukan sosok Willy.
(Semoga saja mas Willy emang gak ikut)
"She, kesini!" Panggil Wulan. Shiena segera menghampiri ibunya.
"Sebentar lagi berangkat, kita ada di grup satu," Jelas Wulan.
Shiena hanya mengangguk patuh. Tak lama kemudian para koordinator tiap kelompok datang dengan membawa daftar nama anggotanya.
DEG
Jantung Shiena berpacu lebih cepat kala melihat Willy yang sedang berjalan kearahnya. Shiena segera memalingkan wajah.
(Ternyata dia ada disini...)
Shiena memejamkan mata. Telinganya ia pasang dengan benar untuk mendengar apa yang dibicarakan ayahnya dan Willy.
"Nak Willy! Rupanya kamu adalah ketua rombongan kami ya!"
"Ah iya, Pak. Senang sekali rasanya bisa berada di kelompok bapak."
"Hahaha, kamu ini bisa saja."
(Apa?! Jadi dia ketua grup satu? Duh, bagaimana ini?)
Willy mulai memberikan arahan kepada anggota kelompoknya. Tak lupa ia juga mengabsen nama-nama anggotanya.
Shiena masih saja memalingkan wajahnya. Rasanya ia tak sanggup menatap Willy sedekat ini setelah kejadian yang lalu.
"Baiklah, karena semua sudah siap, mari kita naik ke dalam bus!" Perintah Willy.
Satu persatu peserta family gathering masuk ke dalam bus. Willy adalah orang terakhir yang naik karena harus memastikan jika semua anggotanya sudah naik.
Mata Willy terus mengarah kearah Shiena yang duduk sendirian sambil menatap keluar bus. Willy melangkah perlahan menghampiri kursi milik Shiena.
"Boleh saya duduk disini?" Suara Willy membuat Shiena menoleh.
"Terserah saja!" Jawab Shiena ketus.
Willy mengangguk. Ia segera duduk dan menyamankan sandaran kepalanya. Ia ingin tidur sejenak selama perjalanan.
Shiena menoleh kearah Willy yang memejamkan matanya.
(Apa dia tidur?)
Shiena memperhatikan pahatan wajah Willy. Ada rasa tak biasa ketika menatap pria yang sedang terpejam itu.
"Jangan kelamaan dilihatin, nanti kamu naksir!"
"Hah?!" Shiena langsung melengos.
Ternyata Willy tahu jika Shiena sedang memperhatikannya. Shiena memutuskan merapatkan tubuhnya ke kaca bus dan berusaha tidak mempedulikan Willy.
Hingga akhirnya rombongan telah tiba dan semua anggota turun satu persatu.
"Abang!" Shiena berlari kearah Shandy yang ternyata ada di grup 2. Shandy menjadi ketua kelompok disana.
Shiena baru ingat jika saat itu tidak diadakan family gathering karena keluarganya sedang berduka kehilangan Shandy. Dan sekarang seakan takdir berubah. Acara family gathering tetap digelar dan Shiena kembali dipertemukan dengan Willy.
"Shiena, kamu satu kamar dengan Indah ya!" Ucap Willy mengatur anggotanya.
"Ck, apa gak bisa aku pesan satu kamar sendiri? Aku gak biasa tinggal satu kamar sama orang asing," Tanya Shiena.
"Gak bisa, Nona. Semua kamar berisikan dua orang jika belum menikah."
"Ck, menyebalkan!" Shiena pergi meninggalkan Willy dan mengambil kunci kamar yang disodorkan Willy.
Willy tersenyum tipis melihat tingkah merajuk Shiena yang membuatnya rindu.
(Semoga saja ini awal yang baik untuk kita, She)
#
#
#
Acara malam hari ini setelah makan malam adalah istirahat di kamar masing-masing. Esok pagi baru akan diadakan kegiatan hiking dan mencari jejak untuk melatih kekompakan tim.
Shiena masih terjaga di dalam kamarnya. Ia melihat Indah sudah tertidur lelap dalam buaian mimpi.
Shiena beranjak dari tempat tidur dan menyalakan televisi. Matanya masih belum mau terpejam karena pikirannya sedang tak tenang.
Shiena memijat pelipisnya pelan. Ia memikirkan cara untuk bisa memecahkan masalah mengulang waktu ini.
(Kenapa setiap aku menghindari mas Willy, aku malah semakin mendekat kepadanya?)
Shiena menggeleng cepat.
(Gak! Aku gak boleh jatuh lagi ke lubang yang sama! Pria masih banyak kok di dunia ini, dan bukan hanya dia)
Shiena kembali mematikan televisi dan memilih keluar dari kamar.
"Lebih baik aku jalan-jalan sebentar di sekitar penginapan. Siapa tahu bisa menyegarkan pikiranku," Gumamnya.
Shiena berjalan menuju ke taman penginapan. Sayup-sayup Shiena mendengar suara alunan gitar yang sedang dimainkan.
Melodi yang tercipta membuatnya ikut larut dalam suasana malam yang syahdu. Shiena mendekati sumber suara karena penasaran dengan si pemain gitar itu.
"Siapa disitu?" Tanya Shiena yang melihat siluet seseorang sedang duduk diatas batu besar.
Orang itu menoleh karena mendengar suara yang tak asing di telinganya.
"Hah?!" Shiena melongo menatap sosok yang ingin dihindarinya.
Lagi lagi mereka harus bertemu.
"Shiena? Kamu belum tidur?" Tanya Willy dengan menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
"Sepertinya semesta memang ingin menguji kita ya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mrs. Labil
Willy lagi nih pasti, dah lah she, sejauh apapun km menghindar, ttp di prtemukan ma Willy, krn dia emang jodoh yg di atur author bwt km 💃💃😍😍
2024-04-30
1
Mrs. Labil
hemmm, ini tujuannya
keren sihh 👍👍
ku kira endingnya brubah, sperti drakor yg pernah ku tonton 😅
2024-04-30
1
Mrs. Labil
jadi Alex juga kmbali ke masa lalu ya
2024-04-30
1