Usai membersihkan diri, aku menatap diriku di depan cermin. Aku masih tidak percaya jika diriku kembali ke 11 tahun yang lalu.
"Aw!" Lagi dan lagi aku mencubit pipiku. Dan terasa sakit. Aku tidak sedang bermimpi.
Aku tersenyum menatap wajah mudaku yang masih terlihat ranum. Semuanya terasa kembali.
Aku mencari sesuatu. Ponselku. Ada di atas nakas dekat tempat tidur. Aku mengambilnya.
Aku kembali tersenyum. Ini adalah ponsel lamaku. Aku memeluk ponsel itu.
Aku segera keluar dari kamar karena harus sarapan dengan keluargaku. Sejak dulu tradisi ini selalu dilakukan di keluargaku. Ayah sangat suka suasana berkumpul anak-anaknya.
Dengan telaten Bunda melayani Ayah dan kami semua. Aku sangat bahagia. Ayah dan Bunda adalah idolaku. Aku sangat ingin memiliki pernikahan seperti mereka.
Tunggu! Bicara tentang pernikahan... Ini berarti aku belum bertemu dengan Mas Willy. Ya, benar! Aku mengulang waktu dimana aku belum bertemu dan mengenalnya.
"Oh ya, She. Nanti malam kamu bersiap ya! Akan ada pesta ulang tahun perusahaan. Kamu harus dandan yang cantik. Banyak kolega Ayah yang datang bersama keluarganya."
Kalimat Ayah membuatku membulatkan mata. Benar! Ini adalah hari itu. Hari dimana aku pertama kali bertemu dengan Mas Willy.
Tapi, kenapa aku menjelajah waktu yang bertepatan dengan hari pertemuanku itu. Akh, sial! Aku harus cari alasan agar tidak perlu ikut ke pesta itu.
"Ayah, kenapa aku harus ikut? Ini kan pesta ayah dan abang! Aku di kamar saja ya! Aku punya tugas kampus yang numpuk. Pleeaassee!" Aku memohon pada ayah dan bunda. Semoga saja mereka mau mengerti.
"Gak bisa gitu dong, She! Kamu harus datang!" Bang Shandy malah memperkeruh suasana.
Duh, bagaimana ini? Kenapa aku tetap tidak bisa mengubah takdirku?
#
#
#
Di kampus aku bertemu dengan kedua sahabatku, Anila dan Friska. Mereka sahabatku sedari SMA. Dan kini kami bertiga kuliah di kampus yang sama.
"Ya elah, She. Wajah lo kusut amat sih? Ada apaan?" Tanya Anila.
Tunggu! Di masa mendatang Anila dan Friska sudah tidak di kota ini lagi. Setelah lulus kuliah Friska kembali ke kampung halamannya. Lalu Anila menikah dengan seseorang dan ikut dengan suaminya.
Tapi... Siapa suaminya ya? Aneh! Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?
"Woy! Bengong aja lo! Ditanya malah melongo!" Friska menyenggol lenganku.
Aku segera tersadar dan mengulas senyum.
"Nanti malam ayah nyuruh gue datang ke pesta ulang tahun perusahaannya. Gue males aja!" Aku mengedikkan bahu.
Tapi isyarat lain ditunjukkan oleh kedua sahabatku. Ya, aku ingat jika mereka ikut ke pesta itu. Dan saat itu, aku juga terlihat sangat bersemangat untuk pergi ke pesta itu. Tapi tidak dengan sekarang.
Kami bertiga malah sengaja membeli gaun di butik. Sungguh aku tidak menginginkan ini. Kenapa sama sekali tidak ada yang berubah?
"She! Bagus gak?" Tanya Anila sambil membolak balikkan tubuhnya yang sedang mencoba sebuah gaun.
Aku hanya mengangguk malas.
"Lo gak beli gaun, She?" Tanya Friska. "Pasti kan nanti banyak cowok ganteng kan yang dateng! Ayah lo bilang koleganya bawa keluarganya. Pasti anak-anak mereka ganteng, She."
Aku mengedikkan bahu. Entahlah. Aku masih ingat malam itu. Malam dimana Mas Willy menghancurkan seluruh impianku.
Aku tidak mau bertemu dengannya.
"Pokoknya nanti malam aku akan terus menghindar! Ya, aku akan menghindar. Aku gak mau sakit hati karena hubungan kami yang hanya bertahan 10 tahun," Batinku dengan menggebu.
#
#
#
Pesta perayaan hari jadi perusahaan Ayah pun telah dimulai. Aku yang tidak menginginkan hadir di pesta ini terus waspada karena aku takut bertemu dengan Mas Willy.
Sebenarnya aku ingin mengurung diri di kamar saja, tapi Bunda memergoki aku dan memintaku bergabung dengan yang lain.
Pestanya di adakan di halaman belakang rumah. Ya, keluargaku bisa dibilang cukup berada. Ayah memiliki perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor, makanya ia memiliki banyak kolega.
Lalu, jika kalian bertanya kenapa aku memilih bekerja di perusahaan lain? Itu karena aku tidak ingin dicap sebagai anak manja seperti yang pernah Mas Willy katakan padaku.
Huft! Mas Willy lagi, Mas Willy lagi. Kenapa aku masih terus saja mengingatnya? Bukankah aku ingin mengubah takdirku?
Fokus, She! Fokus!
Aku berjalan mengendap-endap dan melebur bersama kerumunan banyak orang. Aku mencari keberadaan Bang Shandy.
Aku ingat jika saat itu Bang Shandy lah yang memperkenalkan aku dengan Mas Willy. Sikap hangatnya waktu itu membuatku tertarik untuk mengenalnya lebih dekat.
Aku menggeleng kuat. Kenapa aku malah mengingat pertemuan pertama kami?
Karena lelah terus berusaha mengindar dan juga jantung yang detaknya tak bisa kuatur ini, akhirnya aku menuju ke pojokan taman dimana semua hidangan tersaji disana.
Aku meneguk segelas jus jambu hingga tandas. Aku ambil segelas lagi lalu kembali meneguknya.
"Shiena!"
Suara seseorang yang memanggil namaku membuatku langsung tersedak. Keringat dingin langsung membasahi pelipisku. Aku menepuk dadaku yang terasa sesak.
Ya Tuhan, apakah itu Mas Willy? Kenapa secepat ini kami harus bertemu lagi?
"Kamu Shiena kan?"
Hah? Suaranya sangat berbeda dengan tone suara Mas Willy. Dengan pelan aku membalikkan badan dan berhadapan dengan orang yang memanggil namaku.
"Hai, maaf ya kalo aku mengagetkanmu." Pria itu meminta maaf dan tersenyum padaku.
Dia adalah...
"Ah, aku Alex." Dia mengulurkan tangannya padaku.
Ya, aku mengenalnya. Dia adalah Alex Bastian. Kakak tingkatku di kampus yang amat terkenal dan digandrungi banyak gadis.
"Aku Shiena." Aku membalas uluran tangan Kak Alex.
"Aku tahu." Kak Alex tertawa kecil. "Sejak tadi aku memperhatikanmu. Aku seperti pernah melihatmu di kampus, makanya aku mengikutimu. Jadi ternyata kamu adalah putrinya Pak Prayitno ya?"
Aku mengangguk. "Jadi, kakak adalah kolega Ayah juga?"
"Ah tidak bisa dibilang begitu. Pekerjaanku adalah seorang model, dan aku pernah beberapa kali bekerjasama dengan perusahaan Pak Yitno, makanya mungkin aku diundang kemari."
Aku manggut-manggut. Aku ingat jika dulu aku sangat bersemangat untuk hadir di pesta ini karena Ayah mengundang Kak Alex yang adalah BA (brand ambassador) di perusahaannya. Tapi saat itu seingatku Kak Alex tidak datang karena ada pekerjaan.
Lalu, kenapa sekarang dia bisa datang?
Aku menatap Kak Alex yang masih terus bercerita tentang dirinya dan pekerjaannya.
Ya, aku mulai mengerti sekarang. Mungkinkah Semesta mengirimkan Kak Alex untuk bertemu denganku? Jika benar begitu, apakah mungkin takdirku adalah bersama Kak Alex?
Mataku berbinar senang. Siapa yang tidak menyukai Kak Alex? Cowok tampan dengan sejuta pesona yang dibawa olehnya. Aku bahkan langsung menyukainya dari awal aku memasuki kampus.
Akhirnya aku menikmati malam ini. Aku berbincang ringan dengan Kak Alex hingga pesta usai dan dia berpamitan pulang.
Sepanjang malam aku terus tersenyum sambil menatap langit-langit kamarku. Kini aku telah bersiap untuk tidur. Aku bersorak gembira karena ternyata Semesta mengirim Kak Alex dan bukan Mas Willy.
"Terima kasih. Sekali lagi terima kasih."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Widi Widurai
willy jangan jangan
2023-11-27
1
Ghiie-nae
lanjut, Mak....
2023-05-05
1
VYRDAWZAmut
njutt
2023-04-02
3