Sejak memutuskan untuk menjadi teman, hubungan Shiena dan Willy malah semakin membaik. Mereka saling menyembunyikan perasaan masing-masing agar tidak terjadi sebuah kecanggungan.
Namun saat ini Shiena dan Willy sudah lama tidak bertemu. Willy sedang sibuk mengurus skripsi dan juga pekerjaannya. Willy ingin segera lulus dan mendapatkan pekerjaan yang bagus.
"Jadi, lo sama kak Willy mutusin jadi teman, She?" selidik Friska.
Shiena mengangguk. "Mungkin itu yang terbaik."
Anila malah menatap Shiena dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Eh eh, udah lama gak denger kabar tentang kak Alex, emang dia kemana?" Friska memulai gosip yang lain lagi.
Shiena mengedikkan bahunya. "Mana gue tahu! Bukannya dia udah lulus ya?"
"Katanya sih belum. Mungkin sibuk kerjaan yang lain."
Shiena menatap kedua temannya dengan penuh rasa kelegaan. Ternyata menjadi teman dengan Willy membuatnya lebih tenang dan nyaman.
Sore itu, Shiena baru selesai menjalani perkuliahan dan akan pulang ke rumah. Namun tiba-tiba Shiena mendapat pesan dari Willy jika pria itu ingin mengajaknya makan malam.
"Makan malam? Masih sore gini mau makan malam? Ada-ada aja deh!" Shiena menggeleng pelan, tapi dia tetap mengiyakan permintaan Willy.
Tak menunggu waktu lama, Willy datang dengan sepeda motornya menghampiri Shiena di depan gerbang kampus.
"Kok cepet banget? Jangan jangan kamu emang udah ada di dekat kampus ya?"
Willy tersenyum. Rasanya melegakan mendapatkan kehangatan dari sikap Shiena.
"Hari ini skripsiku sudah disetujui oleh dosen. Aku akan segera lulus, She." Willy bercerita dengan raut wajah bahagia.
"Wah, serius? Selamat ya, Mas. Jadi, karena ini makanya mas Willy ajak aku pergi makan malam? Tapi, ini kan masih sore."
"Gak papa, kita jalan-jalan aja dulu. Ayo naik!"
Willy menyerahkan helm untuk Shiena pakai. Kemudian motor langsung melaju setelah Shiena naik ke atas motor.
...***...
Mereka tiba di sebuah resto saat masih pukul lima sore. Willy dengan bersemangat mengajak Shiena masuk ke dalam resto.
Namun langkah kaki Willy terhenti di depan lobi resto. Mata Willy terpatri pada sosok yang juga ada di dalam resto yang juga sedang memperhatikan dirinya.
Shiena ikut berhenti melangkah dan menatap Willy. Shiena bingung tapi tak berani bertanya.
"Shie, kita batal makan malam bareng malam ini. Kamu bisa pulang sendiri kan?" ucap Willy tanpa menoleh kearah Shiena. Matanya tetap tertuju pada sosok pria paruh baya bersama dengan wanita yang tak dikenali Willy.
"Heh?!" Shiena masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi sekarang.
Willy berbalik badan dan meninggalkan Shiena sendirian. Pria paruh baya yang tidak asing di mata Shiena juga ikut mengejar Willy.
"Willy!" Pria itu berlari melewati Shiena yang bergeming tanpa bisa berbuat apapun.
Sayup-sayup memori diotaknya memutar ingatan ketika dirinya pernah mengobrol dengan Willy di bukit berbintang.
(Di dunia ini ada dua orang yang sangat aku hindari. Yaitu pria yang sudah meninggalkan ibuku, dan wanita yang sudah membuat ayahku meninggalkan aku dan ibuku)
Shiena tersadar jika pria paruh baya tadi adalah ayah kandung Willy yang bernama Arya Pramudya.
"Willy! Tunggu sebentar, Nak!" Arya berusaha menghentikan Willy, tapi Willy tak peduli dengan kehadiran Arya disana.
"Willy, dengarkan papa dulu!"
"Minggir! Urus saja wanita-wanitamu itu!" Willy segera tancap gas tanpa mempedulikan Arya yang terus memanggilnya.
"Mas Arya, ada apa sih Mas? Siapa anak muda itu?" tanya wanita yang tadi bersama Arya. Dia adalah rekan bisnis Arya.
"Weny, maaf. Aku tidak bisa mengantarmu. Aku harus pergi." Arya juga ikut pergi karena ingin mengejar Willy.
Sementara itu, Shiena yang masih tertinggal di resto ikut keluar dan meninggalkan tempat itu. Shiena berpikir jika saat ini pikiran Willy pasti sedang kacau.
Shiena memutuskan memanggil taksi dan ingin mengikuti kemana Willy pergi. Tapi ternyata motor Willy telah menghilang diantara padatnya arus lalu lintas hari ini.
"Duh, kira-kira mas Willy pergi kemana ya? Jangan sampai dia berbuat hal nekat."
Shiena tahu jika sejak dulu hubungan Willy dan ayahnya memang tidaklah baik. Namun kini Shiena berharap jika hubungan Willy dan ayahnya bisa segera mencair.
"Pak, ke bukit berbintang ya," Ucap Shiena pada si supir taksi.
"Siap, Non!"
Shiena berharap jika Willy akan datang ke bukit berbintang seperti dirinya. Dan Shiena yakin Willy pasti akan datang kesana.
Tiba di bukit berbintang, Shiena tidak menemukan siapapun disana.
"Hah?! Kok gak ada? Trus mas Willy kemana?" Shiena memutar tubuhnya ke kanan dan kiri.
Sunyi. Tak ada siapapun disana. Shiena memegangi keningnya. Ia terpikir untuk menghubungi sang kakak.
"Halo, Bang."
"Iya, She. Ada apa?"
"Umm, aku cuma mau tanya, apa mas Willy lagi sama abang?"
"Willy? Gak tuh, dia gak sama abang. Kenapa emangnya?"
"Oh, gak papa. Ya udah, gak apa-apa Bang. Aku tutup dulu telponnya."
Shiena menghela napas kasar. "Kamu pergi kemana, Mas? Semoga saja kamu gak melakukan hal yang nekat."
Tanpa diketahui siapapun, ternyata Willy malah datang ke tempat sang ibu. Willy menumpahkan segala rasa kesalnya dengan tidur di pangkuan sang Ibu.
"Mas Arya... Aku senang kamu datang. Lain kali kamu jangan pergi lagi ya! Aku janji aku akan jadi istri yang baik untukmu..."
Esti terus saja meracau dan menyebut jika Willy adalah Arya, suaminya. Hati Willy semakin teriris mendengarnya.
(Kenapa kamu terus menyebut nama lelaki brengsek itu, Bu? Kenapa kau harus mencintai lelaki brengsek seperti dia?)
Batin Willy menjerit pilu. Ia menutup matanya lalu terbang ke alam mimpi. Malam ini Willy tidur di pangkuan sang ibu.
...***...
Keesokan harinya, Shiena celingukan mencari sosok Willy di kampus. Shiena yakin jika Willy pasti datang ke kampus. Ternyata memang benar. Willy datang dengan mengendarai motornya.
Shiena berlari kecil menghampiri Willy di parkiran kampus. Shiena menatap Willy yang juga menatapnya.
"Shiena?"
"Bisa kita bicara?"
Willy mengangguk. Willy mengikuti langkah Shiena menuju ke sebuah lorong kampus yang sepi.
"Kemarin kamu kemana aja? Aku mencarimu tapi gak ketemu," Cecar Shiena.
"Maaf..."
"Kenapa minta maaf? Harusnya kamu minta maaf sama papa kamu!"
Willy mendelik mendengar Shiena menyebutkan tentang ayahnya.
"Jangan ikut campur urusanku, She."
Shiena menyilangkan kedua tangannya.
"Tapi kamu yang sudah bawa aku masuk ke dalam masalahmu. Mas..." Shiena menggenggam tangan Willy.
"Bukankah kamu pengen memperbaiki hubungan kita dan juga semuanya? Kenapa kamu gak memperbaiki hubunganmu dengan keluargamu dulu?"
Willy melepas tangan Shiena. "Tolong jangan sebut mereka, She."
"Mas!" Shiena memegangi kedua bahu Willy.
"Aku tahu ini sulit. Aku tahu kamu menjalani masa-masa yang sulit selama ini. Tapi apa salahnya kamu menekan egomu dan mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh ayahmu."
"Jika kamu ingin memperbaiki hubungan kita, maka kamu harus memperbaiki hubunganmu dengan ayahmu dulu. Tolong lakukan itu demi aku, Mas..."
Sejenak mata mereka saling beradu dan saling menyelami. Willy merasa apa yang dikatakan Shiena tidaklah salah.
Willy menarik tubuh Shiena dan memeluknya. Willy merasakan hangatnya tubuh Shiena.
"Terima kasih, She. Terima kasih. Baik dulu maupun sekarang dan juga di masa yang akan datang, kamu memang selalu bisa membuat hatiku tenang. Terima kasih sudah hadir dalam hidupku, She..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nona M 𝓐𝔂⃝❥
ayo Willy, Shiena benar kalo memang bisa diperbaiki kenapa tidak?
2023-04-15
7