Mobil Gema baru saja tiba di halaman rumah sahabat mereka , namun Rea seperti tidak sabar untuk segera masuk ke dalam rumah itu , bahkan belum sempat mobil berhenti ia sudah langsung membuka pintu mobil , " hei hati-hati " teriak Gema khawatir dan perempuan itu hanya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju pintu rumah Devita.
" Hei Rea " sapa Devita saat melihat perempuan itu sudah berada di dalam rumahnya.
" Dimana bayiku Dev ? "
" Dia ada di box di dalam kamarnya " sahut Devita sambil memegang botol susu anaknya , dengan cepat Rea menaiki anak tangga untuk sampai di kamar bayi kecil yang begitu ia rindukan.
" Rea hati-hati , langkahmu seperti ingin meruntuhkan rumahku " teriak Devita sambil tertawa dari tempatnya ,
" astaga " ucapnya terkejut saat melihat boneka besar tiba-tiba berada di hadapannya , " dimana aku harus meletakkan ini ? " tanya suara dari balik boneka besar itu.
Devita mendekat untuk melihat wajah siapa yang tertutup di balik boneka , " kau Gema ? "
" Ya Dev , apa kau tidak mengenali suaraku " sahut laki-laki itu sedikit kesal , " maaf , suara kau tertutup dan emmm..letakkan saja boneka ini di sana " tunjuk Devita pada soffa besar di dalam ruang keluarga rumahnya.
" Apa itu untuk putriku ? "
" Tentu , tidak mungkin aku membelikan ini untuk Reall " sahut Gema , membuat Devita tertawa.
" Dimana Rea ? "
" Apa kalian datang bersama ? " tanya Devita cepat dan laki-laki itu mengangguk.
" Benarkah ? " sambungnya karena sedikit terkejut.
" Jangan berpikir terlalu jauh , tadi aku dan Rea bertemu di tokoh mainan dan aku mengajaknya untuk pergi bersama kemari "
" Aku hanya bertanya benarkah , dan kau sudah menjelaskannya dengan begitu detail "
" Kau pikir aku tidak mengerti arti dari pertanyaan singkatmu itu " hardik Gema , " kau memang terlalu pintar " ujar Devita dengan kembali tertawa.
" Rania lihat om Gema membawa sesuatu untukmu " ujar Rea sambil menuruni anak tangga bersama bayi Devita di dalam gendongannya , melihat itu Gema langsung menghampiri bahkan ia tidak bisa menunggu bayi itu sampai di tempatnya berdiri , " berikan padaku " pintanya pada Rea.
" Bayimu benar-benar sangat cantik Dev " ucap Gema menatap gemas bayi perempuan yang memiliki mata biru, rambut coklat yang ikal , serta pipi tembem dan bulu mata yang lentik , " dia bayiku " sambung Rea.
" Ya , dia hanya di titip di dalam rahimku karena Rea tidak mungkin hamil sendiri " sambung Devita tertawa , lalu Gema yang ikut tertawa setelah mengerti ucapan perempuan itu , " ceh , apa kalian bahagia mentertawakan aku huh " geramnya , namun ke dua temannya terus saja tertawa , bahkan Rea terlihat semakin lucu dengan wajah kesalnya.
" Baguslah kalian juga ada disini " ucap Reall , yang baru saja tiba.
" Aku baru saja ingin menghubungimu " sambungnya pada Gema.
" Tanpa kau hubungi aku juga sudah datang bukan " sahut Gema tertawa.
" Dimana Bella ? " tanya Reall lagi , karena tidak melihat perempuan itu berada disana ,
" dia sedang ada pekerjaan di luar kota "
" Kau dan pacarmu sama-sama begitu sibuk " ujar Reall , lalu kembali berjalan menuju Devita.
" Kau lihat tebakanku benar bukan , tanpa di undang pun mereka akan datang " ucap Devita saat Reall mengecup singkat ujung kepalanya seperti yang biasa di lakukan oleh laki-laki itu saat kembali dari pekerjaannya , dan tidak peduli dengan keberadaan Gema dan Rea di sana , " sepertinya menikah terlihat menyenangkan " ujar Gema setelah melihat tingkah romantis Reall pada istrinya.
" Makanya kau juga harus cepat menikah " timpal Reall tertawa.
" Kau juga Rea " sambungnya pada perempuan itu dan Rea terlihat tidak peduli sambil kembali mengambil alih tubuh mungil Rania di dalam gendongan Gema.
" Apa tidak ada pesta untuk ulang tahun pertama bayi cantik ini ? " tanya Rea mengalihkan dari pembicaraan yang terdengar membosankan untuknya.
" Tentu ada , bahkan aku berencana merayakan pesta kecil di taman belakang dan beruntung kalian datang tepat waktu " sahut Devita begitu senang.
" Aku dan Gema akan menyiapkan pemanggangan untuk kita BBQ dan kalian siapkan bahan-bahannya " ujar Reall dan semua orang setuju.
" Aku harus menjaga Rania , jadi aku tidak bisa membantumu menyiapkan bahan makanan " ucap Rea tertawa.
" Aku memang tidak akan membiarkan kau menggunakan alat dapurku "
" Memangnya kenapa , aku juga bisa masak sepertimu "
" Hemm.. masak rumahku , karena aku yakin semua akan terbakar saat kau yang menggunakannya "
" Kau benar-benar tega Dev " sahutnya tidak terima dan Rea memang tidak bisa menggunakan alat dapur karena memang sudah sejak lama tidak pernah memegang benda-benda itu.
~
Kue ulang tahun pertama Rania baru saja di potong dan lilin yang di tiup oleh empat orang dewasa yang sangat gemas merayakan hari kelahiran bayi cantik itu ,
" selamat ulang tahun putriku " ucap Rea saat tubuh bayi kecil itu terus tersenyum ke arahnya , sesaat pikirannya melayang pada anak kecil yang tadi siang ia temui di tokoh mainan.
" Umur anaknya pasti tidak jauh dari Rania " gumamnya , namun segera menepis pikiran itu setelah menyadari hal yang tidak pantas masuk ke dalam otaknya.
" Rea , thank you hadiah ulang tahunnya " ucap Devita mendekat sambil melihat kearah mini taman bermain yang berada tidak jauh dari tempatnya , yang baru saja di letakan oleh orang-orang tokoh tempat Rania membeli benda-benda itu.
" Kau berlebihan Dev , apa yang aku berikan tentu tidak seberapa "
" kau gila , itu sangat mahal " ujar perempuan itu.
" Uangku sangat banyak jadi harga mainan itu tidak seberapa untukku " ucapnya dengan begitu sombong , membuat Devita hanya berdecih karena ucapan perempuan itu memang benar , bahkan ia memiliki segalanya.
" Ada apa ? " tanya Devita setelah berulang kali melihat ada yang tidak beres dari wajah sahabatnya itu , namun Rea segera menggelengkan kepalanya.
" Jangan bohong Rea "
" Ada apa denganmu , aku baik-baik saja "
" Mungkin kau bisa membohongi semua orang tapi tidak denganku " ujar Devita, membuat Rea tersenyum kecut ke arahnya ,
" kau menakutkan " ujar Rea.
" Cepat katakan , apa ada masalah di kantor ? " tanya Devita menebak , namun perempuan itu kembali menggelengkan kepalanya , " aku hanya terus kepikiran dengan kejadian tadi siang "
" Memang apa yang sudah terjadi ? "
" Ceh, kau memang selalu ingin tahu dengan semua urusanku " ucap Rea tertawa , namun berbeda dengan Devita yang terlihat begitu serius.
" Ya , karena aku memang harus tahu " ucapnya.
Rea menarik nafas sebelum kembali melanjutkan bicara , " aku hanya bertemu dengan Sean tadi siang " ucapnya begitu lemah dengan senyum yang ia paksakan , " lalu ? "
" Dia menyapaku sambil menggendong anaknya "
" Ceh " desis Devita yang terlihat begitu kesal.
" Dia memang laki-laki yang tidak tahu malu " umpat Devita yang memang begitu membenci Sean ,setelah laki-laki itu menyakiti sahabatnya dengan begitu tega.
" Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia menyapa setelah perpisahan kami "
" Maksudmu dia terus datang padamu , kenapa kau tidak menceritakannya padaku Rea "
" Tidak dia tidak pernah datang kehadapanku Dev, dia hanya terus mencoba menghubungiku "
" Itu sebabnya kau sering mengganti nomor teleponmu ? " tanya Devita dan Rea hanya membenarkan lewat senyum yang ia paksakan.
" Katakan jika dia kembali menghubungimu , kali ini jangan mencegahku untuk memakinya "
" Kau lihat Rania , mamamu sangat menakutkan " ujar Rea seolah berbicara pada bayi kecil yang sejak tadi terus sibuk dengan mainannya.
" Bagaimana perasaanmu ? " tanya tiba-tiba Devita , yang membuat Rea terdiam dengan tatapan yang kosong , bahkan perempuan itu terlihat menggenggam erat tangannya sendiri , " apa kau masih mencintainya Rea ? " tanyanya lagi.
" Aku hanya tidak bisa menerima kekalahanku Dev , saat melihat dia kembali , aku benar-benar menyadari kalau aku belum melupakan dia sepenuhnya " jelas Rea dengan bibir yang bergetar.
" Kemarilah " pinta Devita sambil menarik lengan perempuan itu untuk masuk ke dalam pelukkannya , " melupakan hal yang menyakitkan memang tidak mudah , dan kau harus berusaha untuk itu " ucap Devita dan Rea mulai terdengar menangis di dalam pelukannya.
" Pelukanmu memang selalu membuatku lebih tenang "
" Itu sebabnya kenapa Reall begitu mencintaiku , karena aku selalu memberikan kenyamanan " ujar Devita tertawa.
" Mommy sangat berharap , besarmu nanti tidak seperti mamamu yang begitu percaya drii " ucap Rea berbicara pada Rania.
jangan lupa vote , like dan coment🤗
dan sekali lagi terimakasih atas segala dukungannya🙏😇💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Esti Trianawati
pengin punya sahabat seperti devita dan rea...
2021-10-28
1
Astrid Utami
ak berkaca²....yaa ak pernah d posisi rea, n itu sakit banget
2021-08-14
0
ㅤ ㅤ ᵀᵃˡˡʸ❥⃝⃝⃝⃝ʏ💅🏻
aku suka dengan cerita author yang selalu menyajikan kisah persahabatan yang solid
2021-06-12
0