Aku mendekati yang berkilauan itu dan mengambilnya dari tumpukan kain yang menutupinya. "Huh? Sebuah cincin?" Kenapa ada Cincin seperti ini di gudang. "Sepertinya berharga...Tapi kenapa diletakannya asal-asalan, ya?"
Dengan hati-hati aku meletakan cincin itu kembalike tempatnya. Aku menyadari ada sesuatu selain cincin dibalik kain-kain yang kubuka tadi. "Ini.., Bukankah ini buku sihir yang sering dibawa Kak Lev?"
Tapi akhir-akhir aku jadi tidak pernah melihat Lev membawanya lagi, sih. Apa dia sudah tidak butuh buku ini? Tapi inikan buku yang bagus... Ini adalah buku sihir spesial yang hanya bisa dimiliki oleh 7 keluarga penyihir terhebat, kan? Kenapa dia meletakannya di gudang? "Sepertinya gudang ini banyak menyimpan harta tersembunyi," Aku berujar.
Kuperhatikan lagi buku itu, rasanya ada yang berbeda. Apakah karena terlihat usang jadi terasa berbeda, ya?
Aku jadi terpikir sesuatu. Mungkin saja, buku ini tahu sesuatu mengenai sihir anehku, kan?
"Apa aku serap saja informasi di buku ini, ya?" Aku menggelengkan kepala mendengar pendapatku sendiri. Jika aku menyerapnya bagaimana jika Kak Lev mencari buku ini kembali? Ini kan buku langka yang entah ia dapat darimana.
"Setidaknya, aku harus memastikan buku ini ada padaku dulu lalu akan kucari tahu tentang keiuatanku. setelah itu akan ku kembalikan lagi kesini."
Aku memasukan buku besar itu ke dalam bajuku, sebelum keluar aku menutupi lagi tempat buku tadi dengan kain-kain. Aku segera menyelinap keluar pintu dan berjalan menuju kamarku. Berhati-hati untuk tidak berpapasan dengan siapapun.
"Fyuh, sampai dengan selamat..." Aku baru saja akan mencari tempat yang aman untuk si buku sampai sebuah suara datang nengagetkan. "Hah! Ketemu kau! bersembunyi di dalam kamarmu sendiri? itu ide yang bagus, sayangnya kau beradu dengan lawan yang salah."
Aku segera memasukan buku itu ke kolong kasur selagi Kak Karin masih mengoceh dan masih berdiri di ambang pintu. Syukurlah, dia tidak segera masuk.
"Apa itu, Zein?" Kak Karin sepertinya melihat gerakanku yang mencurigakan dan terburu-buru tadi.
"Hehe, aku sedang membereskan sisa rempahan kue yang kucuri dari atas meja. Jangan bilang siapa-siapa, ya?" Aku tersenyum semanis mungkin.
Kak Karin menggedikan bahunya dengan tidak peduli dan mengacungkan tanganya padaku, "Sekarang giliranmu yang menjaga, aku yang bersembunyi. Kau pasti tidak akan bisa menemukanku."
"Baiklah, baiklah." Aku segera menarik Kak Karin keluar kamar dan melanjutkan permainan petak umpet kami.
***
"Aku kemarin melihatmu sedang berbicara dengan Aury. Kalian mebicarakan apa?"
"Bukan apa-apa, kok. Kami hanya membahas tentang teman kami," Jawab Kei sambil menangkis serangan Lev dengan sihir airnya.
"Hm? Memangnya si Aury punya teman?" Lev kembali menyerang dengan bertubi-tubi. Tidak memberikan waktu istirahat sedetikpun untuk Kei.
"Wah, dia punya dong. Mulutmu bisa enggak sih sekali saja tidak membuat orang sakit hati. Kei terus mengeluarkan jurus pelindungnya dan berusaha menghindari setiap serangan Lev, sesekali dia juga menyerang balik.
"Bisa, kok." Lev menjawab sambil mengeluarkan sihir angin yang besar, membuat Kei terpental jauh ke belakang.
"Dasar sinting," Kei bergumam kecil agar Lev tidak mendengarnya. Dia meringis kesakitan. Diserang oleh sihir angin milik Lev tidak menyakitkan sama sekali, tapi tanah tempat dia jatuh dihiasi oleh banyak kerikil dan batu besar juga.
"Kau tidak apa, kan?" Lev menghampiri Kei dan mengulurkan tangan padanya.
Kei menerima uluran tangan itu, dan dengan bantuan Lev dia berdiri, "Aku mau pulang."
"Baru segitu koksudah mau pulang? Kau ini cowok, kan?"
"Diam! yang tadi itu sakit tahu!"
"Iya, iya. maaf deh."
***
"Kau yakin ini tempatnya?" Aury bertanya pada Kei yang ada didepannya.
Kei yang juga baru pulang dan meninggalkan Lev berlatih sendirian menjawab, "Ya, aku tidak terlalu yakin sih. Tapi aku pernah melihat Lev membawa buku sihirnya kesini lalu dia keluar tanpa membawanya lagi."
Aury dan Kei memeriksa setiap sudut ruangan itu, membuka setiap kain yang menutupi sesuatu. Setelah lama mencari tapi tidak ada hasil Aury menatap Kei dengan jengkel, "Gak ada disini, tuh. Kau yakin bukunya bukan berada di kamar Lev?"
"Hm, aneh. Padahal aku yakin sekali pernah memergoki Lev membawa bukunya di gudang. Dan setelah hari itu dia tidak pernah memasuki gudang lagi."
"Sudahlah, kita cari di tempat lain saja." Aury menarik kerah baju Kei dan membawanya keluar pintu.
"Eh, tunngu gudangnya tidak dibereskan dulu?"
"Kau saja sana."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments