Ayahku terus menyemangatiku yang sedang berusaha menggerakan kaki. Ah, kenapa ini susah sekali?
Dulu, meskipun aku tidak ingat banyak tentang kehidupanku yang sebelumnya. aku mengingat jelas rasanya menjadi orang dewasa yang bebas melakukan segala hal. Berjalan, berlari, berenang, tapi rasanya aku tidak terllau menyukai berenang, meskipun aku tidak yakin, tapi aku selalu punya firasat buruk saat berada di dekat air. atau mungkin aku hanya tidak suka mandi?
Aku menghela napas dan mengerucutkan bibirku. Lagi-lagi, aku merindukan rasanya menjadi orang dewasa. Aku sudah lama berada di tubuh bayi ini. Tapi sepertinya aku masih belum terbiasa menjadi seorang bayi.
"Ayolah, Zeirlynku sayang, kau bisa melakukannya!" Suara yang berat dan dalam menyorakiku saat aku berhasil membuat langkah ketigaku.
Tapi sekarang kakiku lelah sekali dan aku menjadi kehilangan mood untuk belajar berjalan. Dengan perasaan kesal, aku mendudukan diriku sendiri dilantai. Lalu merangkak menuju kotak mainanku yang terletak di pojok ruangan. aku berpura-pura menggelindingkan bola kecil. aku tidak punya boneka. karena lertemuan pertamaku dengan boneka di dunia ini sangat menyeramkan dan membuatku menangis keras. untungnyaz sejak saat itu mereka tidak pernah memberiku boneka lagi.
"Zeirlyn!" Ayahku tiba-tiba berteriak dari belakangku. Aku melempar mainan yang kupegang saking kagetnya.
Apa ayahku sudah tidak waras? kenapa dia berteriak pada anak kecil?
Aku menengok ke arahnya dengan muka sepolos yang kubisa. Kau membuatku kaget, dasar!
"Tidak peduli berapa kalipun kau terjatuh, jangan pernah menyerah!"
Aku menatap ayah dengan bingung, Dia ngomong apa?
"Lihatlah Lev!" Ayah mengepalkan tangannya menjadi tinju dan mengacungkannya ke udara. "Meskipun terlahir di keluarga yang biasa-biasa saja, dia tetap berjuang agar bisa menjadi penyihir hebat di kota pusat. Dia memang putraku," aku bisa melihat mata ayah yang mulai berkaca-kaca. Yang benar saja?
Lagipula kalau Lev yang jadi contohnya, seberapa hebatpun kisahnya, aku tak mau mendengarkan.
Ayah kemudian membicarakan kehebatan anaknya satu persatu, tak lupa di akhir kalimat dia memberi kredit untuk dirinya sendiri karena telah berperan besar dalam munculnya mereka. Iya, iya kau orang yang mengagumkan. kau punya 7 anak dan jarak usia mereka kurang dari 5 tahun. aku kasihan pada ibu.
Aku hanya bergumam kecil dengan ekspresi senang setiap kali dia menyelesaikan bercerita tentang salah satu anaknya. Tentu saja, aku tidak benar-benar senang.
"Pokoknya sekarang, kau tidak boleh menyerah." Ayah membantuku berdiri dan melepaskan tangannya setelah yakin aku sudah mendapatkan keseimbanganku. Tidak usah dipaksa juga, kan?
"Bailah. dalam hitungan ke 3. sat---"
Aku langsung melangkahkan kakiku sebelum ayah menyelesaikan hitungannya. Toh, logikanya juga aku seharusnya tidak mengerti, kan? jadi aku tidak bersalah.
"Wah, Kau berhasil melakukannya Zeirlyn!"
Berhasil, aku melangkahkan kakiku satu langkah. Tetapi setelah satu langkah, kakiku seperti hilang keseimbangan. dan akupun kembali jatuh terduduk.
"Jangan menyerah kita coba lagi ya."
Kita? Sejak tadi yang berusaha itu aku! kau hanya menyuruh-nyuruh terus.
"Em, em," Aku menepuk-nepuk tanganku ke perut. Ini tanda yang biasa aku gunakan saat ingin makan. karena aku sudah bisa menggerakan lidah, tapi belum bisa mengendalikannya dengan sempurna. Aku berusaha terlihat seimut mungkin dengan muka memelas agar ayah mau melepaskanku.
"Kau akan makan setelah bisa lancar berjalan." Ayah berucap tanpa menatapku
"....."
hey! aku baru belajar berjalan selama tiga hari. dan kenapa sekarang kau tiba-tiba memberi ancaman seperti itu?! apa kau kira seorang bayi bisa langsung berjalan dalam hitungan hari? lagian, kalau aku gak lancar-lancar gimana? gak dikasih makan gitu?
"Kita coba lagi, ya?"
Tapi aku tidak mau....
Akhirnya, aku terpaksa mencoba sekali lagi.
Tiba-tiba, aku merasa seperti bisa mengendalikan kakiku dengan sempurna. Aku melangkahkannya kedepan dan kali ini aku tidak terjatuh sama sekali. aku tersenyum senang. Aku mencoba membuat satu langkah lagi. ayah bertepuk tangan padaku dan memberikanku ucapan selamat.
Tapi aku tidak memedulikannya. aku berjalan dengan cepat keluar kamarku.
Aku benar-benar jadi anak ajaib yang bisa langsung lancar berjalan dalam waktu 3 hari. HAHAHA! (Tawa psikopat)
"Hey, zei, tunggu dulu. jangan cepat-cepat, nanti kau terjatuh." ayahku berucap dari belakang.
Saat mencapai ruang keluarga, ternyata disana semua kakak laki-lakiku berkumpul. Kak Sean (Kakak tertua) duduk bersama kak Keitan (kakak kelima) sedangkan Kak Levion (Kakak ketiga) duduk sendirian dan sedang memangku bukunya yang terbuka.
"Oh, kalian sedang akur, ya?" ayah yang tadi mengejarku berfokus pada mereka
"Aku hanya sedang berkonsultasi pada mereka bagaimana caranya menjadi menteri sihir kerajaan nanti, tapi sepertinya aku salah pilih orang." Kak Lev yang pertama menjawab, sambil membalikan halaman bukunya.
"Aku sedang menasehatinya agar tidak terlalu terobsesi dengan hal itu." Ini Adalah Kak Sean.
"Oh, Zein. Kau sudah bisa berjalan, ya?" Sepertinya, hanya kak Kei yang menyadari keberadaanku. Hanya dia dan Kak karin yang tidak bisa mengucapkan namaku dengan benar di keluarga ini.
Kak Sean menengok sedikit ke arahku setelah mendengar ucapan Kak Kei, "ohh," Katanya seolah peduli tapi tidak peduli. Sedangkan Kak Lev tidak memalingkan wajah dari bukunya sama sekali.
"Kemarilah, kemarilah," Meski dia bilang 'kemari', Malah dia yang datang padaku.
"Jangan coba-coba menggendongnya, jika kau tidak bisa." Kakak Sean berucap dengan seram.
"Uh, baiklah..." Akhirnya, Kak Kei menuntunku ke arah kursi yang tadi dia duduki.
Lalu, dia menduduki kursi itu. Masih ada banyak ruang tersisa, tapi aku tidak cukup tinggi untuk menaikinya sendiri. Atau kak Kei ingin aku berdiri saja?
Tiba-tiba tubuhku melayang dan mendarat diatas kursi itu. Aku memasang muka shock atas kejadian yang kualami. apa itu tadi?!
"Huh, sepertinya kalian baik-baik saja. baiklah, jaga Zeirlyn ya. Aku pergi mengerjakan sesuatu dulu," Ayah lalu berbalik dan meninggalkan kami.
Eh, tunggu dulu! Ayah, jangan tinggalkan aku begitu saja. meski tadi aku meninggalkanmu, tapi kumohon jangan tinggalkan aku di suasana yang menekan ini. huhu.
Saat ayah sudah pergi, Levion menggenggam bukunya dengan kasar. "Jangan menggunakan sihir seenaknya, dasar bodoh!"
"Huh? kenapa? tidak ada peraturan yang melarang menggunakan sihir sesuka hati, kan? kecuali kalau itu sihir gelap."
"Memang tidak ada, dan meski bukan sihir gelap, tapi usiamu masih belum 7 tahun, dan sihir yang kita punya itu---"
"Sihir yang Kau dan Kei punya. sihirku biasa aja, tuh. maaf menginterupsi, yah. tapi saat kau mengatakan 'kita' aku jadi merasa dibawa." Kak Sean menginterupsi ucapan kak Lev. dan setelahnya Kak Lev dengan cemberut pergi meninggalkan kami sambil membawa bukunya.
Hm, ada apa? sihir apa yang kak kei dan Lev punya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
imah umaraya
author bikin ngakak.. 🤣 seru thor.. fighting..💪
2021-06-27
0
.ME.
mati tenggelem kah?
2021-03-21
5