Pagi ini ibu sedang membawaku jalan-jalan keluar. Ini adalah pertama kalinya aku berjalan keluar rumah. Ralat, digendong bukan berjalan. Aku masih belum bisa berjalan. baru bisa merangkak.
Mungkin karena sekarang aku sudah sedikit lebih besar, jadi ibu tidak terlalu khawatir mengajaku berjalan-jalan. Tapi aku masih belum kebal dengan rasa kantuk yang sering datang.
Apakah ini rasanya menjadi seorang bayi? ini sedih sekali. siapa yang bilang bahwa jadi bayi itu enak karena selalu disayang, diurus dan tidak kenal masalah? sekarang masalah terbasarku adalah menjadi bayi!
Meskipun aku memiliki pikiran orang dewasa, tetap saja sikap alami dari seorang bayi tidak bisa kuubah. Setiap hari kegiatan yang paling sering kulakukan adalah, makan-buang air-tidur-makan-buang air-tidur. Rasanya memalukan sekali menjadi seorang bayi saat kau sudah berpikir seperti orang dewasa.
Ngomong-ngomong, ibu sekarang sedang mengajaku melihat-lihat pemandangan di dekat rumah kami. ahak jauh sih, kami sempat bertemu dengan para tetangga tadi yang mencubiti pipiku karena pipiku kenyal dan bulat dan besar seperti tupai. aku bahkan tak tahu apa itu pujian atau bukan. tapi aku tidak berdaya saat diserang oleh mereka.
Dan kami sedang berada di tepi sungai sekarang ini yang kata ibu namanya Sungai Silvester.
"Sungai ini adalah sumber kehidupan masyarakat Kota Bexia. Sungai ini panjang loh, bisa sampai kota Auradom," Ibu menjelaskan padaku yang dikiranya aku takkan mengerti. meskipun aku memang tidak nengerti Kota Auradom itu ada dimana, "Oh, menurut rumor sungai ini juga merupakan salah satu tempat tersembunyinya tujuh artefak iblis."
Tujuh artefak iblis? apa itu?
Ah, betapa aku ingin bertanya hal itu dengan suara keras! Apa itu artefak iblis? Wow, wow, itu terdengar sangat keren! Baiklah, tenagkan dirimu Zeirlyn! ayo kita coba memancingnya.
Aku harap ibu mengerti gestur kakiku yang menendang-nendang ke atas, bahwa aku bersemangat untuk mendengarkan penjelasannya tentang tujuh artefak iblis atau apalah.
"Dan ini juga tempat ayahmu menyatakan cintanya padaku dulu," Aku langsung menurunkan kakiku kebawah karena berat oleh perasaan kecewa. Dan jelas sekali, kulihat wajah ibu yang merah merona. "Hehe.., ya tuhan, aku masih ingat wajahnya yang sangat merah kala itu dan dia berbicara seperti anak kecil yang belum lancar berbicara." Aku yakin wajah ayah kala itu tidak berbeda dengan wajah ibu sekarang. Mungkin saja waktu itu ibu juga menunjukan wajah yang sama. Lihat saja wajahnya yang sekarang seperti remaja kasmaran. Ibu tidak pernah menunjukan sisi ini di depan anak-anaknya yang lain. Dia pasti melakukan ini karena mengira aku masih belum paham apapun.
"Hoho, dan dia terjatuh ke sungai ini karena saking gugupnya. Dia yang bisa melakukan segala hal, tiba-tiba tidak bisa berenang setelah berbicara denganku." Ugh, double kill! Ibu memuji ayah dan dirinya sendiri dalam satu kalimat. Benar-benar pasangan yang serasi.
Tanpa kusadari, sekarang aku sudah terbiasa menyebut semua anggota keluargaku ayah dan ibu dan kakak. Awalnya terasa canggung, tapi jika aku menyebut mereka dengan nama saja mungkin itu akan menjadi kebiasaan saat aku sudah bisa berbicara. Dan bukankah itu kurang sopan? Seperti Kak Lev...
"Dan akupun turun tangan untuk menyelamaykannya," Kekehan kecil dari ibu membuatku tersadar dari lamunanku.
Benarkah ibu menyelamatkan ayah saat mereka masih muda? Meskipun ibu terlihat sekecil ini dan ayah terlihat sangat besar sekali.
Hm, mungkin aku terlalu menilai mereka dari penampilan. Pantas saja terkadang aku merasa melihat ekspresi takut ayah saat berhadapan dengan ibu.
"Ah, ngomong-ngomong di seberang sana," Ibu menunjuk ke suatu tempat. Tapi aku tidak dapat melihatnya, "Jauh disana, adalah kota pusat dari kerajaan Saphirre. Disana tempat para penyihir berkumpul dan disana juga merupakan pusat aktivitas sihir. Terdapat benda bernama 'magic stone' yang merupakan sumber daya utama negeri ini."
Magic stone? Penyihir? Ha! Jadi dugaanku tentang adanya sihir-menyihir di dunia ini memang benar!
Beberapa minggu yang lalu aku tidak sengaja menemukan buku paduan sihir yang dipelihara oleh kakak kelima. Dari isinya, aku menduga bahwa dunia ini memiliki kekuatan sihir.
Hm, tapi ini aneh.
Selama hampir 10 bulan aku hidup disini tak pernah sekalipun aku melihat seseorang yang menggunakan sihir.
Apa itu karena lingkungan bermainku hanya terbatas sampai taman belakang rumahku saja? Tapi aku mengawasi warga desa itu dibalik tembok rumahku, tidak juga sih, tapi bagaimana mungkin tidak kutemukan satupun orang yang menggunakan sihir? Lalu bagaimana dengan anak-anak.., maksudku, kakak-kakak, tidakah jiwa kekanakan mereka mendorong mereka untuk menggunakan sihir untuk bermain-main. aku tidak pernah sekalipun melihat mereka mengeluarkan sihir didalam rumah. bahkan Kak Lev tidak melakukannya.
Atau mungkin mereka mengerti bahwa bermain sihir itu berbahaya? Apakah sihir mereka hanya akan aktif saat sudah dewasa saja? Atau ada kondisi tertentu untuk mendapatkan sihir?
Arrrghh, sesuatu yang terlalu memusingkan hanya untuk satu pertanyaan!
Setelah pembicaraan kecil dengan ibu yang lebih seperti bicara sendiri, --dan lagipula aku tidak terlalu memerhatikan--, akhirnya kami pulang.
"Mau bertemu dengan ayahmu di ladang?" Tanya ibu saat di perjalanan. aku pura-pura tidur. aku memang sudah lelah. tapi aku sulit tidur jika tidak dibaringkan dikasur. Aku hanya ingin pulang sekarang ini.
"Baiklah, kurasa tidak..."
Dan di rumah, bukannya tidur aku malah duduk di lantai ditemani kakak Aury, kalau kau bertanya dia siapa, dia adalah orang yang memberiku nama.
Kakak ke empat keluarga ini. Dia tidak cuek seperti kakak ketiga tapi juga tidak seperhatian kakak kedua. Dia lebih peduli pada buku-bukunya, Kecuali ada sesuatu yang sangat menarik di dunia nyata. Dan dia tidak seobsesiv Levio pada bukunya. Kalau Levio tidak mau meminjamkan bukunya ke siapapun dengan alasan buku ini adalah kuncinya menuju masa depan dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan tanpa buku itu, tapi Kak Aury berbeda, dia menganggap buku sebagai sebuah benda. Hanya benda. Dia tidak akan mengrusak hubungannya dengan orang lain hanya untuk sekedar buku.
"Zei, kau lapar?" aku baru sja akan mengangguk tapi lupa bahwa aku ini hanya seorang bayi yang tidak Mengerti pertanyaslan kakaknya. Bersikap sepolos mungkin, bersikap polos.
"Aku akan meminta Neira untuk membuatkanmu makanan."
Terimakasih tapi.., tidak bisakah kau saja yang membuatnya?
Huhu, kenapa semua orang dirumah ini hanya mengandalkan kak Neira? Tidakkah mereka kasihan padanya?
Kruyukkk~
Ukh, memalukan. Aku hanya bisa tersenyum polos saat kak Aury mulai memandangiku intens.
Berhenti menatapku, berhenti menatapku.
"Aku akan mencari Neira," Untungnya, kakak keempat segera meninggalkanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
j**_
7 iblis itu termasuk 7 dosa besar yah
2021-11-01
0
nanda mickey
penceritaannya bikin aq mengenang saat itu
novel 5 sekawan dan sejenisnya punya gaya bahasa yang mirip kaya gini n I LIKE IT
make it to the end ya thor, n gud luck !
2021-07-12
4
Fitriana Nanaz
aduh kak ceritamu kereeen bingiiit!
2021-06-09
0