tiga bulan sudah berlalu sejak kejadian aneh itu, sekarang, semua orang sudah terlihat melupakannya.
Fyuh, syukurlah....
"Zei, minggu depan adalah ultahmu yang ke-4. apa kau ingin merayakannya?" Ibu bertanya padaku saat kami sedang berkumpul di meja makan untuk melakukan makan malam.
"Yey! pesta ulang tahun!" Kak Karin yang duduk di sebelahku bersorak senang, "Ayo kita merayakan pesta ulangtahun yang meriah seperti di buku-buku yang pernah aku baca!"
"Itu tidak mungkin, Rin." Kak Lev yang duduk di depan Kak Karin menanggapi ucapannya. "Berhentilah berkhayal di dunia dongengmu itu."
Kak Karin memanyunkan bibirnya, "Diam, kakak bodoh! Bukuku lebih normal daripada punyamu."
Kak Lev hanya mendengus tapi tidak menanggapi ucapan kak Karin.
Ibu tertawa melihat keributan kecil itu dan kembali menatapku, menunggu jawaban.
Aku menelengkan kepala. mengetukan jari di dagu. "Emm, bagaimana, ya... aku ingin merayakannya, tapi... Aku tidak ingin pesta ulangtahun yang ramai. Aku ingin merayakannya bersama kalian saja, tidak usah mengundang teman-teman."
Lagian, aku belum Punya teman di dunia ini.
"Yah.., enggak seru, dong. Nanti kamu enggak bisa punya kesempatan untuk bertemu pangeran tampan, loh, Zein..." Kak Karin berucap dengan perasaan kecewa.
"Di desa mana ada pangeran tampan, sih." Kak Lev berkomentar ketus.
Aku juga enggak tertarik sama Pangeran.
"Kenapa? Kok kamu enggak mau ngerayain bareng teman-teman?" Kak Kei yang duduk di depan Kak Aury tiba-tiba ikut kedalam pembicaraan, tapi kali ini pembicaraan yang nyambung dengan ucapanku.
"Kakak jarang melihat kamu bermain bersama anak seumuranmu. Padahal kalau kamu merayakannya dengan teman-temanmu, kamu bisa memdapatkan lebih banyak teman lagi."
Enggak mau, mereka semua kaya anak kecil. Aku tidak mau berteman dengan anak kecil.
"Iya. Terus kita juga bisa mengundang Ameera---Akh, ibu! Sean mencubit pinggangku!" Ekspresi Kak Kei tampak bercampur antara rasa kemenangan dan rasa sakit, sedangkan Kak Sean memiliki pipi yang sangat merah sekarang. Dia berusaha menyembunyikannya dengan menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Tapi percuma, Warna merah itu menjalar sampai ke telinganya.
Ayah yang melihat itu tertawa keras sambil berkata, "Dia sudah besar, dia sudah besar."
Sean yang malang.
Tapi Ameera ini..., Kok namanya kaya pernah mendengaenya di suatu tempat ya?
"Oh, kakak, apakah yang kalian maksud adalah Kak Ameera yang itu? dia pacarmu?" Kak Karin meloncat-loncat dari kursinya dengan semangat, "Yeyy, kakakku akan menikah dengan sworang tuan puteri."
Apakah ini Ameera yang datang tempo hari itu, ya?
Dia kan, bukan tuan puteri. Aku menatap ke Karin yang masih dengan wajah bahagianya.
"Kita, kan, sedang membicarakan ulang tahunnya Zei, kenapa jadi bicara tentang Ameera, sih?" Kak Sean berucap masih dengan menutupi bagian bawah wajahnya.
"Kalau begitu..," Aku memandang ibu, "Aku mau mengundang yang lainnya juga, deh." Lalu aku mengaligkan mataku ke Kak Sean, "Aku juga akan mengundang pacarnya Kak Sean."
"Appan sih." Itu bukan pertanyaan, hanya ungkapan kekesalan dan rasa malu.
"Wah, bagus! Kak, pokoknya pas ulang tahun Zei nanti kamu harus melamarnya, ya." Kak Kei kembali menggoda Kak Sean.
"Enggak mau kau saja sana."
"Ya, aku sih enggak keberatan kalau mewakilkanmu melawan Si Neira, tapi apa kau enggak malu nanti? Lagian, Kalau ditolak jangan menangis, ya. Dia kan banyak Fansnya, mana mau sama Kecoa kaya kamu."
"Siapa yang kecoa?!"
Aku tertawa melihatnya dan menggenggam erat sendok di tanganku. Apa kehidupanku yang sebelumnya juga seperti ini, ya?
Aku mencoba mengingat, tapi percuma. tidak ada memori apapun yang keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
pengelana komik
ketenangan sebelum badai🗿
2021-07-16
6
Lenha oks
🆙🆙🆙🆙🆙🆙
2020-01-19
3