William

Aury membaca nama didepannya dengan baik-baik, William Galgory! Aury sempat bingung waktu pertama kali melihat nama itu. Nama itu mirip dengan nama ayahnya. Tapi mengingat nama William adalah yang umum, jadi Aury tidak terlalu memikirkan.

"Sekarangpun, aku bisa saja salah." Tidak ada gambar di halaman itu, tidak seperti di nama-nama lainnya. Di buku ini ada 3 nama yang tidak memiliki lukisan wajah. yang 1 karena tidak pernah ada yang melihat jelas seperti apa mukannya (atau begitulah yang diceritakan di dalam buku) sedangkan yang 2 lagi, entah karena mereka tidak mau dilukis atau tidak ada yang mau melukis mereka.

Aury berpikir dalam hati, 'nama William Galgory ini akan sangat merepotkan untuk diselidiki.'

Bahkan di buku sejarah reguler namanya tidak muncul. Buku sejarah reguler biasanya Mereka kejadian penting yang terjadi setiap tahunnya. Tapi orang yang bernama William Galgory ini tidak tercatat di buku sejarah reguler.

Padahal di buku sejarah pahlawan ini, tertulis, Pada tahun XXX, William bersama 3 temannya Algorio Dexyr, Owen Lafeel, serta Max Fenix, memukul mundur pasukan pemberontak dan penghianat sampai ke wilayah perbatasan hanya dalam waktu satu malam. 4 penyihir terkenal ini, melakukan serangan gabungan terus menerus yang membuat musuh kewalahan. Meski tanpa bala bantuan, karena musuh yang melakukan serangan tiba-tiba, mereka berhasil melindungi sang putra mahkota yang saat itu sedang berada di luar istana. Setelah itu, mereka naik jabatan dan mendapat posisi penting di istana. Dari 4 sahabat ini, William adalah yang paling menonjol. jasanya Bla Bla Bla....

Aury berhenti membaca sampai situ karena merasa bagian selanjutnya tidak terlalu penting. Dia mengambil lagi buku sejarah volume 3 yang tadi dia geletakan di kasur. Dan melihat ke tahun yang disebutkan tadi. Disana hanya ada kejadian pemberontakan yang menargetkan pangeran mahkota dan berhasil diusir oleh pasukan dari 7 keluarga penyihir terkuat. Padahal di huku sejarah yang itu, yang melawan pasukan musuh hanya 4 orang saja ditambah sekitar 5 prajurit yang mengawal pangeran dan berakhir dengan terluka parah. Serta salah satu dari 4 orang itu juga bukan dari 7 keluarga penyihir.

"Ada apa ini? mana yang benar?" Aury kebingungan dan kepalanya bolak-balik antara buku sejarah pahlawan dengan buku sejarah reguler itu. Rasanya buku sejarah reguler jauh lebih realistis. Tapi Aury pernah mendengar anggota dari 7 keluarga penyihir sangatlah kuat. Mungkin mereka memang benar-benar kuat.

"Apa.., apa mereka menghapusnya?"

Buku sejarah reguler biasanya memiliki sihir yang terpasang didalamnya. Sehingga dia bisa mengalami pembaruan otomatis saat versi utamanya direvisi, seperti jika ada pembenaran kata, pertambahan detail, dan penghapusan suatu peristiwa.

"Pasti ada sesuatu yang ingin disembunyikan."

***

"Kak Kei?" Aku memanggil kak Kei dan dia langsung menengokku sambil meletakan buku yang sedang dibacanya kedalam rak. "Kau sebenarnya sedang menceri apa, sih? Sejak tadi kau membaca dengan serius dan memunggungiku. Setiap kali aku mendekat atau berusaha menenhok. Kau langsung meletakan bukumu lagi."

"Ini bukan apa-apa, kok." Kak Kei tersnyum kecil. Dia duduk disebelahku. " Sebenarnya, aku hanya sedang merencanakan kejutan yang bagus untukmu."

"Kejutan?"

"Iya. Sebentar lagi Zei ulangtahun, kan. Aku rasa kira harus merayakan ulang tahunmu yang ini, dan aku ingin memberikanmu kejutan."

Bohong! bohong! Kalau niat awalnya ingin memberiku kejutan, kenapa dia menyerah semudah itu dan mengatakannya padaku.

"Oh, iya berapa umurmu sekarang?"

"tiga." Aku mengangkat 2 jariku. Kak Kei tertawa melihatnya.

"Itu 2," Dia menepuk kepalaku, "Tapi itu artinya beberapa bulan lagi usiamu 4 tahun, ya?"

Aku menganggukan kepalaku.

Aku tidak terlalu memedulikan hal ini, sih. Soalnya di kehidupan sebelumnya aku sudah pernah berusia lebih dari 4 tahun. Tapi, entah kenapa rasanya aku agak senang.

Sebuah kenangan terlintas di ingatanku. Aku sedang menyanyikan lagu ulang tahun bersama seorang lelaki yang sedang membawa kue. ekspresi wajah kami sangat bahagia saat itu. Lalu kami memakan kuenya. aku meresakan sesuatu yang keras dan dingin di mulutku. Saat aku mengeluarkannya, aku melihat sebuah cincin tergeletak di telapak tanganku. Dan kilasan memoriku terhenti.