Laila baru saja selesai melaksanakan sholat subuh. Ketika ia melipat mukena terdengar suara ketukan pintu kamar yang di tempatinya.
Laila berdiri hendak membuka pintu tersebut. Nampak Mira sudah berdiri di depan kamar sambil bertolak pinggang, saat Laila membuka pintu kamarnya.
" Mulai saat ini kamu sama adikmu jangan pernah makan bersama kami di satu meja makan. Kalau Paman kalian bertanya bilang saja belum lapar. Nanti aku sisihkan makanan untuk kalian setelah aku dan keluarga ku selesai makan. Ingat! Jangan pernah mengadu hal ini pada Paman kalian kalau tidak mau aku buat kamu dan adik mu itu kelaparan, PAHAM? " desis Mira sedikit berbisik tak ingin obrolannya di dengar oleh Handoko. Walau ia tau suaminya itu masih berada di kamar.
Laila mengangguk pelan tanda ia setuju dan paham akan keinginan Mira.
" Kamu juga harus mengerjakan pekerjaan rumah. Cuci piring, bersih-bersih, dan cuci pakaian masing-masing. Aku gak sudi mencuci pakaian kamu sama adikmu itu. Kamu yang numpang kok aku yang harus repot! Masih untung kalian di tampung di sini, gak kami buang di jalanan sana. Jadi nurut kata-kata ku dan jangan bikin masalah di rumah ini dengan mengadukan perintahku ini pada Paman mu, jelas? " lanjut Mira yang lagi-lagi di angguki oleh Laila.
" Bagus! Sekarang sana nyapu yang bersih habis itu pel lantainya. Kalau Paman mu bertanya bilang saja kamu yang mau mengerjakan semua itu, " ucap Mira lagi penuh penekanan.
" Iya Bi, " lirih Laila.
Mira pun berbalik badan hendak memasak untuk sarapan pagi.
Laila memandangi punggung wanita itu, seketika ia teringat sesuatu hingga Laila memberanikan diri untuk memanggil Mira.
" Bi ! " sahut Laila seraya maju beberapa langkah.
Mira membalik badan mengernyitkan kening menatap Laila.
" Aku sama Qadar masih bisa sekolah kan? Aku janji akan menuruti keinginan Bibi tadi, tak apa aku makan seadanya tapi Bibi sama Paman akan tetap menyekolahkan kami kan?" tanya Laila memastikan.
" Tidak! Kamu pikir sekolah di sini murah? Ini kota Laila bukan di kampung mu. Di sini semuanya pakai duit, dan pastinya mahal. Jadi kamu sama Qadar akan berhenti sekolah!" tegas Mira tanpa ingin di bantah.
Laila terdiam kaget, ia pikir Mira tak sekejam itu dan masih memiliki rasa iba di dalam hatinya. Apalagi untuk urusan pendidikan, bagaimana mungkin mereka merawat Laila dan Qadar tanpa mengurus pendidikannya. Mau jadi apa kakak beradik itu kelak jika tak di sekolahkan?
" Tapi Bi, untuk Qadar saja boleh kan Bi? Aku gak apa-apa putus sekolah asalkan Qadar jangan. Kasihan dia baru dua tahun mengenyam pendidikan di sekolah dasar, aku rasa paman pun tak akan keberatan. Aku akan bantu bibi sama paman cari uang, agar kami tak memberatkan kalian, " ucap Laila.
" Kamu pikir cari uang di sini gampang, huh?" Mira tampak berpikir sejenak, ia rasa Handoko pun pasti akan tetap menyekolahkan Qadar.
Tapi Mira akan tetap menolak jika Handoko suaminya menyekolahkan Laila juga. Biaya sekolah menengah pertama itu kan pasti lebih mahal.
" Ya sudah nanti aku rundingkan sama Paman mu, " kata Mira kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Ada rasa kecewa di hati Laila karena harus putus sekolah padahal hanya tinggal satu semester lagi ia lulus dari SMP.
Tapi Laila tau diri tak ingin merepotkan dan memberatkan kehidupan Paman dan Bibinya. Sudah cukup saat ini ia menjadi beban tinggal di rumah ini. Tak mungkin Laila memaksakan diri untuk tetap bersekolah, benar kata Mira jika di kota biaya sekolah pasti lebih mahal.
Setidaknya Qadar adiknya masih bisa mengenyam pendidikan. Qadar lebih penting, masa depannya harus cerah. Laila mulai berpikir untuk mendapatkan uang agar bisa membantu biaya sekolah Qadar. Apapun caranya akan Laila lakukan. Entah itu berjualan atau bekerja di kota ini. Yang pasti Laila harus bisa memperjuangkan pendidikan adiknya. Karena mungkin saja kelak Mira tak mau lagi membiayai sekolah Qadar sampai ke tingkat yang lebih tinggi seperti yang Mira lakukan padanya.
Sambil menyapu lantai Laila terus mencari cara agar punya penghasilan. Sikap Mira sudah seperti ini padahal belum genap satu hari Laila dan Qadar tinggal di sana tapi Mira sudah menunjukan rasa keberatannya terhadap keberadaan mereka. Masalah makan saja itung-itungan apalagi biaya pendidikan.
Walau begitu Laila paham betul, Mira tak sepenuhnya salah karena memang kehidupan Bibi dan Pamannya itu tergolong kelas menengah bukan orang kaya raya namun masih cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga inti mereka. Sekarang jika di tambah Laila dan Qadar maka pengeluaran mereka bisa jebol jika harus memenuhi pendidikan kedua anak itu. Untuk makan mungkin mereka sanggup mencukupi, tapi yang lebih dari itu sepertinya akan sangat terbebani.
Laila pikir di beri makan dan tumpangan tidur saja sudah sangat untung baginya dan Qadar. Jika tak ada Handoko dan Mira, entah bagaimana nasib mereka saat ini. Laila harus bisa memposisikan diri di sini.
" Loh kok kamu nyapu? " sahut Handoko saat keluar dari kamar.
" Iya Paman gak apa-apa, Laila udah biasa di rumah kalau masalah bersih-bersih. Lagian masak iya Laila numpang di sini lantas gak ngapa-ngapain buat bantu Bibi Mira, " jawab Laila.
" Ya sudah kalau gitu Paman mau ke belakang mau mandi bentar lagi siap-siap pergi ke kantor, " kata Handoko.
Laila mengangguk pelan dan kembali melanjutkan aktifitasnya membersihkan rumah.
Di meja makan sudah tersaji sarapan yang di hidangkan Mira. Semua anggota keluarga inti Handoko sudah duduk di kursi masing-masing.
Handoko celingukan mencari dua keponakannya tak duduk bersama mereka di meja makan.
" Aldo, panggilkan Kak Laila sama Bang Qadar. Suruh mereka sarapan di sini, " titah Handoko pada putra bungsunya.
Saat Aldo hendak beranjak dari kursi, Mira menahan lengannya.
" Jangan nak! " kata Mira sambil menggelengkan kepala menatap manik mata Aldo sebagai tanda agar dia tak perlu memanggil kedua sepupunya itu.
" Loh kenapa? " tanya Handoko heran.
" Laila sedang potong rumput di belakang, katanya dia mau makan kalau sudah selesai kerjaannya. Qadar juga lagi bantu kakaknya tuh, dia gak mau makan kalau Laila gak ikut makan. Kamu tau lah manjanya Qadar," jelas Mira yang ternyata Mira lah yang menyuruh mereka untuk potong rumput dan tidak ikut sarapan bersama yang lainnya.
Mira akan memberi mereka makan jika pekerjaan mereka selesai.
" Aku lihat mereka dulu. " Handoko beranjak dari kursi berjalan menuju pintu halaman belakang.
Mira hanya mendelik sinis sambil mengunyah makanan di mulutnya.
Nampak Laila dan Qadar sedang sibuk memotong rumput yang sudah cukup tinggi di belakang rumah. Keringat tampak membasahi dahi mereka berdua. Saat perut mereka masih kosong, mereka harus bekerja keras memotong rumput liar yang tumbuh di halaman belakang.
Demi bisa mendapat sesuap nasi mereka ikhlas melakukan pekerjaan ini. Mereka tak ingin hanya numpang tidur dan makan di rumah Handoko paman mereka. Setidaknya dengan menyumbang tenaga mereka tak malu jika numpang hidup di rumah itu.
" Laila, Qadar. " Handoko menghampiri keduanya.
Mereka pun menoleh saat mendengar sahutan Handoko.
" Kalian sarapan dulu, biar rumput ini Paman yang pangkas sepulang kerja. Kalian harus sarapan biar gak sakit, lagian ini kerjaan berat. Rumputnya banyak dan susah di cabut, nanti Paman pinjam alat potong rumput sama tetangga sebelah, " kata Handoko.
Kedua anak itu saling bersitatap satu sama lain.
" Maaf Paman, tapi kami belum lapar. Nanti kalau lapar kami pasti makan di dalam. Sekarang kami masih ingin mengerjakan pekerjaan ini, iya kan Qadar? " Laila menatap manik mata Qadar sebagai isyarat agar adiknya itu mengiyakan perkataannya.
Qadar pun mengangguk pelan, perutnya sudah keroncongan sedari tadi. Sebenarnya ia lapar tapi Mira memintanya untuk tetap bekerja sebelum Handoko, istri dan anaknya selesai makan.
" Ya sudah tapi ingat, kalau capek istirahat dan langsung sarapan. " Handoko sebenarnya tak tega melihat mereka berdua bekerja seperti ini tapi kedua anak itu tampak ingin melakukannya membuat Handoko tak bisa melarang.
Handoko masuk ke dalam rumah, mengambil tas dan berangkat kerja.
bersambung,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
slvn
baru ep 5 airmata udah berembes aja🥺
2023-07-31
2
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
Mira merupakan seorang ibu, tapi sungguh tega terhadap anak2 piatu 😔😔
2023-03-27
3
Ali B.U
up next
2023-03-21
3