Bab 10

Handoko baru saja pulang dari tempatnya bekerja. Saat di perjalanan pulang tak sengaja ia melihat seseorang yang sangat tak asing baginya.

"Mas Syarif?" gumam Handoko seraya menepikan mobilnya saat melihat Syarif memasuki sebuah tempat yang berada di daerah tersebut.

Handoko turun dari mobil dan menyebrang jalan raya pasalnya Syarif berada di sebrang jalan yang di laluinya.

Hiruk pikuk keramaian kota kala sore itu cukup menyulitkan Handoko untuk menemukan jejak Syarif.

Handoko berhasil menyebrang namun Syarif tak lagi tertangkap netranya. Handoko kehilangan jejak kakak iparnya itu.

"Astaga kemana dia? Barusan dia di sekitar sini!" Handoko celingukan menoleh ke kanan dan kiri, mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.

Nihil. Dia benar-benar kehilangan jejak Syarif ayah dari Laila juga Qadar. Namun pertemuannya ini membuat Handoko merasa ada harapan untuk masa depan kedua keponakannya. Yang artinya mereka masih memiliki orang tua, yakni ayah mereka Syarif.

Setidaknya Handoko bisa membawa kabar baik ini pada Laila juga Qadar. Memberi tahu mereka jika Syarif masih hidup dan kemungkinan tinggal di kota ini. Meski sekarang Handoko kehilangan jejak, tapi Handoko akan mencari cara untuk bisa menemukan Syarif dan membawanya kembali bersama Laila dan Qadar.

Handoko cukup lama berada di sana berharap Syarif kembali terlihat namun sayang ia tak lagi melihat batang hidung kakak iparnya itu. Handoko pun memutuskan untuk segera pulang dan memberitahukan apa yang ia lihat pada Laila dan Qadar. Kedua keponakannya itu pasti sangat senang mendengar kabar darinya.

Handoko menancap gas, senja memerah menghiasi langit sore itu. Mobil yang di kendarai Handoko melesat membelah jalanan raya.

Detik kemudian Handoko sampai di rumah. Ia segera mencari keberadaan Laila yang ternyata saat ini sedang sibuk di dapur bersama Mira istrinya.

Mira meminta Laila untuk membantunya menyiapkan bahan takjil yang akan di jual esok hari. Mengingat besok datangnya bulan suci ramadhan, seperti tahun-tahun sebelumnya Mira selalu berjualan takjil secara online. Target pembelinya adalah teman-teman Mira, kebetulan ia selalu aktif berkomunikasi dengan ibu-ibu sosialita di sekitar komplek maupun teman kerjanya dulu.

Mira memang salah satu ibu rumah tangga yang selalu bersosialisasi baik itu ikut arisan, jalan-jalan dan shoping bersama ibu-ibu muda lainnya dan Mira tak pernah mau ketinggalan. Sekalipun hidupnya pas-pasan ia tak mau tertinggal dalam urusan bergaya. Tapi dia juga tak pernah malu atau gengsi untuk berjualan.

Keberadaan Laila dan Qadar justru dia manfaatkan untuk menarik simpati teman-teman sosialitanya agar mau membeli barang dagangannya dengan alasan dia berjualan demi menghidupi anak yatim piatu, yang sebenarnya Laila dan Qadar masih memiliki ayah dan Syarif masih hidup. Mira tak peduli, yang penting dari mereka dia harus meraup keuntungan. Dengan begitu Mira merasa tak di rugikan meski kedua anak itu numpang hidup di rumahnya.

"Laila, Paman bawa kabar bagus buat mu sama Qadar," ucap Handoko menghampiri mereka.

"Kabar apa?" tanya Mira menyerobot penasaran.

"Qadar mana?" Handoko malah balik bertanya, ia duduk di meja makan bergabung bersama Laila dan Mira yang sedang sibuk berkutat di dapur.

"Main sama Aldo ke rumah tetangga sebelah. Kabar apa sih?" Mira terus mewakili Laila menjawab pertanyaan Handoko, sedang Laila sendiri lebih banyak diam dan menunggu kabar baik apa yang akan di sampaikan oleh Pamannya.

"Tadi pas aku pulang ke sini, di perjalanan aku lihat Mas Syarif!" Handoko menghentikan kalimatnya.

Mata Laila dan Mira seketika membulat sempurna saat mendengar nama Syarif di sebut-sebut.

"A-ayah?" ucap Laila dengan terbata saking kagetnya.

Handoko mengangguk cepat sambil melebarkan senyum bahagia.

"Serius kamu lihat Bapaknya si Laila sama Qadar? Salah orang kali?" kata Mira sambil menyimpan bahan makanan di kulkas.

"Gak, gak mungkin aku salah liat orang. Mata aku masih bagus kok, tapi sayang aku kehilangan jejak tadi dan gak sempat bertemu langsung," kata Handoko.

"Yah, kalau gitu mah sama aja boong!" cibir Mira.

"Tapi setidaknya kita tau kalau Ayah mereka masih hidup, iyakan Laila? Jadi nanti kita bisa mencarinya," ujar Handoko menoleh pada keponakannya.

"Iya Paman," jawab Laila dengan bersemangat.

Keberadaan Ayahnya kini mulai ada titik terang, Laila semakin yakin jika suatu saat dia akan bertemu dengan Ayahnya dan nasibnya akan berubah. Laila dan Qadar tak akan lagi menyusahkan hidup keluarga Paman dan bibinya. Tapi meski pun begitu Laila tak akan melupakan jasa Paman Handoko juga Bibi Mira, walau Mira selalu jutek dan galak tapi Laila yakin semua itu karena Mira punya banyak beban yang di tanggungnya. Laila bisa mengerti sikap Mira selama ini, dan ia selalu memaklumi semua itu.

Harapan untuk bertemu kembali dengan Ayahnya ternyata bukan hanya mimpi, apalagi untuk Qadar. Adiknya itu pasti akan sangat senang mendengar kabar ini. Hal yang paling di impikan Qadar mungkin sebentar lagi akan terwujud. Bulan Suci Ramadhan bulan penuh rahmat dan ampunan, Allah memberikan kejutan dan petunjuk yang tak pernah Laila sangka-sangka. Laila tak sabar menunggu kejutan apalagi yang akan Allah berikan selanjutnya.

bersambung,

Terpopuler

Comments

Elina Meilani

Elina Meilani

alhamdulilah,,,,

2023-03-25

3

Ali B.U

Ali B.U

next up

2023-03-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!