Bab 16

Mobil hitam itu melaju pergi dari depan gerbang sekolah. Kini hanya tinggal Restu yang masih berada di sana.

Laila segera mengusap air mata, ia masukan lembaran HVS ke dalam tas kanvas yang di bawanya. Tak ingin sampai Restu melihat gambar yang ada dalam kertas tersebut.

Saat mobil hitam kian menjauh tak terjangkau mata, Restu pun membalik badan hendak masuk ke dalam lingkungan sekolah. Namun saat sedang berbalik dia melihat keberadaan Laila dari arah samping.

"Laila!" panggilnya sambil melambai tangan.

Laila melangkah ragu, perasaannya benar-benar tak karuan saat harus berhadapan dengan Restu.

Restu mengernyitkan dahi melihat raut wajah Laila yang terlihat murung, ada sedikit basah di sudut mata gadis itu. Terlihat bekas menangis.

"Kamu kenapa? Apa ada masalah?" tanya Restu menelisik raut wajah Laila.

"Itu kayak bekas nangis deh, kalau ada masalah cerita sama aku," lanjutnya begitu perhatian.

"Gak ada, ini tadi cuma kena debu apa asap kendaraan gitu." Laila mengucek matanya.

"Tumben mana motornya?" Laila mengalihkan pembicaraan, pura-pura tidak tau kalau barusan Restu di antar oleh Syarif dengan menggunakan mobil.

"Motor aku di bengkel, lagi ngadat soalnya. Tadi aku di antar sama Ayah ke sini. Tau ada kamu, aku kenalin sama Ayahku!" kata Restu

Wajah Laila kembali murung, kali ini gadis itu merundukan kepala dalam-dalam. Restu mengira kalau Laila sedang teringat ayahnya.

Dan memang benar dugaan Restu, Laila memang sedang mengingat ayahnya. Yang barusan Restu panggil dengan sebutan ayah adalah ayah yang sedang ada dalam pikiran Laila. Laila tersenyum ketir mendengar pernyataan Restu barusan. Ternyata Syarif Airlangga adalah ayah mereka berdua.

Laila tak tau apa yang terjadi di masa lalu, tentang Ayah dan ibunya. Mengapa kini Ayahnya memiliki anak bernama Restu bahkan usia Restu jauh lebih tua di banding dirinya. Apa mungkin dulu Ayah pernah menikahi wanita lain sebelum beliau menikah dengan ibunya? Karena tak mungkin jika sebaliknya. Apa ini alasan ayahnya tak pernah kembali pulang ke kampung?

Sakit hati Laila menerima kenyataan pahit ini. Kenapa ia harus tau semuanya setelah Marni ibunya meninggal? Apa yang akan Laila lakukan sekarang? Pantaskah jika Laila masih mengharapakan kembali berkumpul dengan Ayahnya dan juga Qadar? Atau semua itu hanya akan menjadi mimpi semata, lalu bagaimana ia harus menjelaskan semuanya pada Qadar?

" Gimana udah bikin selebaran belom?" tanya Restu lagi.

Deg!

Laila terdiam, ia bingung harus jujur atau berbohong pada Restu. Apalagi saat ini dia tau siapa sebenarnya Restu, yang dalam pikiran Laila, Restu adalah kakak satu ayah dengannya. Jika Laila jujur, apa Restu akan tetap baik padanya? Atau malah membencinya karena bukan tidak mungkin jika Marni Ibu dari Laila merupakan istri kedua ayahnya. Bisa saja Restu mengadu pada ibunya, dan keluarga Restu hancur dalam sekejap.

Laila takut mengambil keputusan itu. Ia belum tau kejelasannya seperti apa. Maka ia putuskan untuk berbohong, menyembunyikan semua yang ia ketahui dari Restu. Begitupun pada Qadar, Laila tak akan mengatakan tentang masalah ini.

"Belum." Laila tak mampu menatap manik mata Restu apalagi saat ini dia sedang berbohong.

Suara bel berteriak memanggil seluruh siswa dan siswi untuk segera masuk ke kelas masing-masing.

"Udah bel, nanti kita lanjut lagi ngobrolnya. Aku masuk dulu!" Restu berlari masuk ke dalam gerbang sekolah dimana seorang satpam berdiri dengan wajah bengis menatap kesal pada Restu dan Laila secara bergantian.

'Ya Allah maafkan aku sudah berbohong, semoga tak membatalkan niat puasaku hari ini dan seterusnya.' Laila membatin.

Ia menghempaskan tubuhnya di atas tembok dekat gerbang sekolah. Mulai besok dan seterusnya Laila tak akan mengantar lagi Qadar ke sekolah ini, karena pasti Restu akan menanyakan hal yang sama. Tentang misi mereka mencari Ayah Laila.

Laila teringat sesuatu. Ia kembali berdiri, berjalan menyusuri tempat dimana tadi ia menempelkan gambar Ayahnya.

Gambar yang sudah ia pasang kini ia copot kembali. Tak ingin sampai Restu melihat selebaran HVS itu. Meski di sana yang tertera hanya foto Ayahnya beserta tulisan Syarif Airlangga dan kontak yang harus di hubungi bertuliskan nomor Hp atas nama Handoko Pamannya. Jika Restu melihat selebaran ini, sudah pasti Restu akan kaget dan bertanya-tanya yang akhirnya semua akan terbongkar.

Sebelum itu terjadi, Laila harus lebih dulu meminta penjelasan pada Syarif ayahnya. Laila harus tau dimana kediaman mereka atau tempat kerja ayahnya. Dengan begitu Laila rasa tak akan ada hati yang terluka atas masalah ini, terkecuali dirinya.

Kehidupan yang keras membuat Laila yang baru berusia 15tahun bisa berpikir panjang dan lebih dewasa dibanding anak-anak seumurannya. Menghadapi masalah rumit ini sendirian, tanpa ego dan labil yang biasa di temui pada sikap anak remaja seumurannya.

Kembali air matanya menetes saat mencabut satu persatu kertas yang ia tempelkan di sekitar sekolah. Sepertinya belum ada satu orang pun yang membaca tulisan dalam selebaran yang di tempelkan Laila.

Selain karena masih sangat pagi, orang-orang di sekitar itu tak ada yang lewat dengan berjalan kaki kebanyakan mereka mengendarai sepeda motor dan menggunakan mobil.

Sekarang dia sudah tak membutuhkan lagi selebaran itu, karena dia sudah bertemu dengan ayahnya meski hanya dia sendiri yang melihat sosok sang Ayah. Tidak sebaliknya.

bersambung,

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

ra komen nex bab iki

2023-04-02

1

Ali B.U

Ali B.U

berbohong itu tidak membatalkan puasa

2023-04-02

1

Andini Andana

Andini Andana

apalagi saat tau kalau bapaknya hanya seorang pengecut yg lebih mementingkan harta, pasti Laila lebih sakit hati 😔😔

2023-04-01

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!