The Great Wife (17)
Ia tidak mengerti kenapa Rion membernya ponsel baru.
Rion mendengus. Ia bingung harus mulai menjelaskan dari mana.
"Begini...."
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Bicaralah. Pekerjaanku masih banyak. Aku tidak punya banyak waktu."
Ara sedikit kesal. Ia sudah menunggu beberapa saat agar Rion melanjutkan perkataannya. Namun, ia hanya diam seribu bahasa.
Rion termenung sejenak. Semakin Ara berbicara formal padanya, semakin ia merasakan jarak yang membentang antara ia dan Ara.
" Maaf." Rion menghela nafas. " Ibu menelponku saat aku di kantor."
Mendengar ibu di sebut, mata Ara berkaca-kaca. Ia sungguh merindukan ibunya. Namun, ia harus bisa menahan diri sejenak. Ia yakin, sang ibu sudah tahu permasalahan yang sedang menimpanya.
" Ibu bilang ia mengkhawatirkanmu. Ia akan berkunjung besok bersama seseorang yang spesial yang katanya ingin ia kenalkan padamu." Jelas Rion sambil terus melihat ke arah istrinya yang setia berdiri di hadapannya.
Jujur, Rion ingin memeluk tubuh mungil itu. Mencium aroma tubuh yang sudah menjadi candu baginya. Namun, lagi-lagi ego menahannya untuk melakukan itu semua. Bukankah sampai detik ini Ara masih bersikeras menolak untuk meminta maaf.
" Lalu ponsel ini untuk apa? Ponsel milikku masih bagus. Anda cukup mengembalikan ponsel milikku tanpa harus mengganti dengan yang baru.
" Aku mengatakan pada ibu bahwa ponselmu rusak. Sehingga kamu tidak bisa mengabarinya seperti biasanya."
" Ah benar, alasan yang bagus." Ucap Ara sedikit mengejek.
Rion tidak menghiraukan ucapan Ara.
" Apa masih ada yang ingin anda sampaikan?." Tanya Ara pada Rion yang masih duduk di kasurnya itu.
" Malam ini, kembalilah ke kamar kita. Maksudku, kamar ku." Rion meralat ucapannya.
" Tidak perlu setotalitas itu kita berakting. Tenang saja, besok aku akan berpenampilan seperti layaknya istri seorang Arion Narendra." Jelas Ara yang merasa tidak perlu untuk kembali ke kamar Rion jika hanya sekedar menyempurnakan akting mereka.
Lagi pula, ibunya tidak akan tahu ia tidur dimana bukan?
Rion diam. Ia memperhatikan Ara dari atas sampai ke bawah.
" Lakukanlah perawatan seperti yang biasa kamu lakukan. Tidak mungkin kamu menyambut keluargamu seadanya." Dusta Rion.
Sebenarnya, ia ingin bisa lebih lama bersama istrinya sehingga melakukan cara seperti itu.
" Ah, benar. Aku sibuk menjadi pelayan jadi tidak punya waktu untuk melakukan perawatan."
" Mulai detik ini sampai nanti keluargamu pulang kembali, kamu di bebas tugaskan dari semuanya." Ucap Rion tanpa menggubris perkataan Ara.
" Baiklah." Ara pasrah saja pada pengaturan Rion.
" Cepatlah berkemas. Ah tidak, kembalilah ke kamar tanpa harus membawa bajumu. Disana masih ada baju-bajumu."
Rion berdiri lalu berjalan melewati Ara dan keluar dari kamar.
Ara hanya menghela nafas. Ia lalu mengikuti langkah panjang suaminya. Namun, sebelum itu, ia mengambil sesuatu di dalam lacinya.
Di dapur, Rion dan Ara berpapasan dengan Mommy Leona yang sedang memberitahukan menu yang mendadak ia inginkan untuk makan malam.
Melihat Ara yang mengikuti langkah Rion, Mommy Leona merasa aneh.
" Kenapa dia mengikutimu, Rion?." Tanya Mommy Leona penasaran.
" Aku memintanya kembali ke kamar sementara waktu, karena keluarganya besok akan datang." Jelas Rion.
" Apa? Keluarganya akan datang ?." Mommy Leona kaget.
" Ya."
" Lalu kita harus bagaimana?." Mommy Leona mendadak kehilangan ide.
Berakting seperti biasalah. Apalagi?. Batin Ara
" Aku memintanya melakukan perawatan seperti biasanya. Biar tidak ada yang curiga."
" Ah, benar, dia butuh itu." Mommy Leona menganggukan kepalanya. Ia melihat Ara dari atas ke bawah. "Sekarang, dia benar-benar seperti pelayan." Ejek Mommy Leona.
Ara membiarkan saja ibu mertuanya mengatakan semaunya. Ia tak peduli.
" Berakting lah yang bagus. Jangan sampai keluargamu curiga." Perintah Mommy Leona.
" Baik." Ara memilih patuh daripada membuat keributan. Ia tidak ingin menghancurkan semua rencana yang sudah di persiapkannya.
Setelah mendengarkan obrolan yang tidak terlalu Ara dengarkan, mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar Rion. Kamar yang pernah ia tempati.
Sejenak ia tertegun melihat seisi kamar yang tidak berubah sama sekali. Termasuk foto pernikahan mereka yang masih pada tempatnya.
" Silahkan Anda duluan yang menggunakan kamar mandi." Ucap Ara.
Rion langsung pergi ke kamar mandi. Sementara itu, Ara duduk di atas sofa. Saat terdengar suara gemericik air, Ara langsung meletakkan kamera mini serta alat perekam suara miliknya di tempat yang tersembunyi.
Setelah berpikir berulang-ulang, Ara akhirnya memilih meletakkan keduanya di kamar Rion. Entah kenapa akhir-akhir ini, ia selalu merasa ingin melihat suaminya. Namun, ia tidak bisa leluasa setelah tinggal di kamar pelayan.
"Maaf bila aku lancang, Kak. Aku hanya ingin bisa terus melihatmu." Ucap Ara lirih.
Setelah Rion keluar, Ara segera masuk. Ia tak ingin berlama-lama melihat suaminya yang selalu terlihat lebih tampan bila selesai mandi.
Tanpa Ara sadari, Rion terus melihat Ara sampai hilang di balik pintu.
Seperti perintah Rion, Ara melakukan perawatan yang biasa ia lakukan saat masih berstatus istri Rion. Ralat, sekarang pun statusnya masih menjadi istri Rion. Namun, dengan kondisi yang berbeda.
Ara membersihkan tubuhnya dengan sabun yang biasa ia gunakan. Lalu membilasnya dengan air hangat. Setelah itu, ia melakukan luluran yang biasanya ia lakukan dua atau tiga kali seminggu.
Setelah semua perawatan yang biasa ia lakukan selesai, Ara segera beranjak ke luar kamar mandi.
"Aku lupa membawa baju gantiku." Ara menghela nafas.
Ara khawatir Rion menuduh Ara ingin menggodanya. Walau sah-sah saja menggoda suami sendiri.
" Ah, sudahlah." Ara akhirnya tidak peduli apapun yang akan dikatakan oleh suaminya nanti. Berlama-lama di kamar mandi pun bukan solusi.
Tangannya meraih handuk kimono miliknya yang masih tersedia di sana. Dengan secepat mungkin, Ara menuju walk in closet agar bisa segera berganti pakaian.
Tanpa Ara sadari, dari atas tempat tidur, Rion memperhatikan pergerakan Ara.
Rion menatap nanar perempuan yang masih berstatus istrinya itu. Tubuhnya terlihat lebih kurus. Hal itu membuatnya sedikit sesak.
" Aku yang menghukumnya. Tapi, aku pula yang sakit melihatnya." Ujar Rion pelan.
Malam semakin larut, Ara makan malam di dapur dengan pelayan lain seperti biasa. Yang membedakan adalah, ia tidak melayani di meja makan juga tidak mencuci piring setelah suami dan ibu mertuanya selesai makan malam.
Setelah selesai, Ara Kembali ke kamar Rion. Memakai krim malamnya, sebelum ia mengambil satu bantal dan meletakkannya di atas sofa.
Karena rasa lelahnya, Ara tertidur dengan pulas dalam waktu cepat. Ia merasa lebih nyaman. Karena sofa di kamar Rion lebih empuk daripada kasur di kamar pembantu.
Ceklek
Rion masuk ke dalam kamar. Ia melihat sekelilingnya hingga akhirnya melihat sosok istrinya tidur di atas sofa.
Rion segera melangkahkan kakinya ke arah sofa lalu berjongkok tepat di depan Ara. Wajah keduanya saling berhadapan.
" Maaf." Ucap Rion sambil membelai wajah istrinya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Rion yang tahu kebiasaan sang istri yang tidak mudah terjaga, sekalipun tidurnya di ganggu, segera mengangkat tubuh sang istri ke kasur. Ia pun merebahkan tubuhnya sambil memeluk tubuh Ara.
Ara yang merasa nyaman dengan posisinya malah memeluk tubuh Rion. Ara pikir, ia sedang bermimpi.
TBC
...----------------...
...Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, like, komentar dan subscribe....
...Terimakasih atas dukungannya...
...🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments