The Great Wife (4)
Sayup-sayup ia mendengar suara air mengalir. Saat di lihat, ternyata sosok mungil yang tidak lain adalah istrinya sedang mencuci piring.
Tak ingin keberadaannya di ketahui Ara, Rion langsung membalikkan badan.
" Kak Rion.."
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Merasa namanya dipanggil, Rion diam. Dia tidak menyahut ataupun sekedar membalikkan badannya.
Ara segera mengeringkan tangannya dengan lap yang ada di hadapannya. Ia Iya Bun menghampiri Rian yang masih berada pada posisi yang sama yaitu membelakanginya.
" Kak, bisakah kita bicara sebentar?," tanya Ara penuh harap.
" Baiklah. Ayo di taman saja",
Keduanya berjalan ke arah taman. Mereka pun duduk di kursi taman, saling bersisian namun dengan sedikit memberi jarak.
" Ada apa?," tanya Rion datar.
Ara hanya menghela nafas. Ia tidak pernah secanggung ini saat berhadapan dengan suaminya.
" Apa salahku, Kak?," tanya Ara dengan nada bergetar. Kedua tangannya saling bertaut.
Perubahan sikap Rion tidaklah mungkin tanpa alasan. Itulah keyakinan Ara selama ini. bukankah tidak ada asap Kalau tidak ada api.
"Apa kamu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?," tanya Lion.
" Aku benar-benar tidak tahu, Kak. Apa kesalahanku sampai Kakak berubah seperti ini?,"
"Kamu tidak mau mengaku dan meminta maaf?," tanya Rion lagi.
"Mengakui apa? meminta maaf untuk apa?," tanya Ara bingung.
Rion diam.
"Ikut aku!," Rion menarik Ara agar mengikutinya. Ia menggenggam kuat lengan Ara sampai arah merasakan kesakitan di pergelangan tangannya. Namun Ara hanya diam.
Ara tidak tahu Rion akan menariknya ke mana. Hingga akhirnya, ia tahu bahwa Rion mengajaknya ke kamar dan mendudukkan Ara dengan kasar di atas sofa yang ada di kamar mereka.
Rion berjalan ke arah nakas, menarik laci dan mengambil map yang ada di dalamnya.
" Lihatlah!! Aku tidak menyangka kamu setega ini padaku dan juga kakek,"
Rion melempar sebuah map ke hadapan Ara.
Ara yang penasaran langsung mengambil map tersebut dan melihat apa yang ada di dalamnya.
Ara terkejut melihat isinya. Ternyata, di sana dijelaskan bahwa kematian Kakek Rendra adalah karena racun dan bukan karena penyakitnya.
" Karena racun?," tanya Ara melihat ke arah Rion.
"Iya. Dokter bilang racun yang dikonsumsi oleh kakek kemungkinan besar dimasukkan pada makanan yang dikonsumsi oleh kakek. Karena racun itu tidak memiliki rasa dan juga bau maka, itu tidak berpengaruh pada rasa makanan. Sehingga, kakek tidak akan mengetahui ataupun curiga bahwa makanan itu sudah diberi racun", jelas Rion panjang lebar.
" Siapa yang tega melakukan ini?," tanya Ara geram.
" Kamu tidak tahu?," Rion tersenyum sinis.
" Apa maksud kakak berkata begitu? Aku memang tidak tahu siapa yang berani melakukannya kepada kakek!", seru Ara.
" Bukankah itu kamu sendiri?",
" Maksud Kak Rion?,"
" Hanya satu orang yang kemungkinan besar memiliki kesempatan untuk melakukan itu semua dan itu hanyalah kamu," jawab Rion.
"Maksud kakak, kakak menuduhku yang melakukan itu pada kakek?,"
Rion tidak menjawab namun ia memandang Ara dengan tatapan yang tajam.
"Aku menyayangi kakek seperti kakek kandungku sendiri. Bagaimana bisa Kakak berpikir aku akan tega melakukan itu pada kakek? Sementara aku selalu berharap kakek panjang umur dan bisa melihat cicitnya lahir!,"
Rion terkekeh, " Bagaimana bisa kamu terus berpura-pura sementara semua bukti ada di depan mata,"
" Bukti apa?", tanya Ara tidak mengerti. "Jika Kakak berpikir aku yang melakukannya karena aku yang mengantarkan makanan itu kepada kakek, itu salah besar aku hanya mengantarkannya. Apakah kakak melihat aku memasukkan sesuatu pada makanan itu? Bahkan ketika memasak, bukankah di dapur ada CCTV apakah kakak melihat sesuatu yang aneh?",
"Mungkin kau memasukkannya bukan ketika kamu memasak. Tapi, saat kamu hendak memberikan makanan itu kepada kakek, tanpa sepengetahuan kakek, kamu memasukkannya",
Semua tempat memang di pasang CCTV, kecuali kamar. Karena, kamar bersifat pribadi.
"Apa motif ku? Apa keuntunganku melakukan hal buruk itu kepada kakek yang sangat baik padaku?, Bagaimana bisa kakak menuduhku seperti itu? Bukankah Kakak mengenalku? Kita tumbuh bersama!", Ara benar-benar kalut. Bagaimana bisa Rion berpikiran buruk tentangnya.
" Di CCTV, terlihat bahwa kamu selalu membersihkan diri sebelum mengantarkan makanan itu yang artinya kamu kembali ke kamar kita dan di saat itu, aku yakin kamu mengambil racun itu. Lalu, saat di kamar kakek, ketika kakek lengah kamu memasukkannya",
Ara benar-benar tidak percaya dengan apa yang Rion katakan.
" Jangan mengelak! Aku menemukan ini di laci meja riasmu dan aku sudah menyelidiki apa isi dari botol itu. Isinya adalah racun yang sama dengan racun yang ada di dalam makanan kakek juga racun yang sama yang ada di dalam tubuh kakek",
Deg
Ara terkejut Bagaimana bisa benda itu ada di dalam lacinya, sementara ia sendiri tidak pernah memilikinya.
"Itu bukan milikku, kak!",
" Tapi, itu ada di laci meja riasmu!", teriak Rion.
"Kak, percayalah padaku aku tidak mungkin melakukan itu semua,"
" Sudahlah, jangan terus mengelak! Semua bukti mengarah padamu. Mengapa kamu tidak jujur saja dan mengakui semuanya?", geram Rion karena Ara terus mengelak.
" Aku tidak akan pernah mengakui kesalahan yang tidak pernah aku buat!," jawab Ara tegas.
" Kalau begitu, Kau akan tahu akibat dari apa yang kau lakukan!", sinis Rion.
" Laporkan saja aku ke polisi! Aku tidak takut!. Agar polisi melakukan penyelidikan dan semua akan menunjukkan bahwa aku tidak bersalah," tantang Ara.
Rion tertawa, "Jangan kamu pikir aku akan melaporkanmu kepada polisi. Hukuman penjara terlalu ringan untukmu. Kamu akan merasakan hukuman yang lebih berat dan itu hanya ada di dalam mention ini!," jelas Rion.
" Kenapa? Apa karena kakak takut bahwa aku terbukti tidak bersalah?,"
Rion berdecih, " Bisa-bisanya kamu terlalu percaya diri padahal semua bukti memberatkanmu",
" Kak ", Air mata Ara semakin mengalir deras. Sosok yang ada di hadapannya kini, benar-benar tidak ia kenali sama sekali.
" Dengar!. Jika aku melaporkanmu ke polisi, keluargamu bisa saja membantumu dan mengeluarkanmu dari penjara. Karena itu, aku tidak akan melakukannya. Kamu akan merasakan penjara dimension ini dan mulai detik ini hukuman akan mulai kau rasakan!", Rion menyeringai.
Rion mengangkat tubuh Ara dan melemparkan ke atas kasur dengan emosi. Ia mulai melucuti semua pakaian ara dengan kasar.
Ara hanya menangis, sekuat apapun ia memberontak, tenaganya tidaklah ada apa-apanya dibanding dengan tenaga Rion yang lebih kuat darinya, apalagi dipenuhi dengan amarah.
" Walaupun sekarang kau tinggal di kamar pelayan tapi, kau akan tetap bertugas melayaniku di ranjang. Jangan berpikir aku akan membuatmu berteriak ken1kmatan, aku hanya akan membuatmu berteriak kesakitan. Semua tu bagian dari hukumanmu", bisik Rion di telinga Ayu.
Jantung Ara bergetar hebat. Ancaman Rion benar-benar membuatnya takut. Ini hari pertama Ia mendapatkan hukuman namun, entah sudah berapa banyak air mata yang keluar
"Jangan pernah berpikir untuk kabur, karena aku tidak akan pernah memberikan kesempatan sedikit pun!"
" Nikmatilah hari pertamamu sebagai seorang wanita penghangat ranjangku!",
" Aww. . ", teriak Ara kesakitan.
Rion langsung menghujamnya dengan kasar tanpa aba-aba.
TBC
...----------------...
Assalamu'alaikum..
Alhamdulillah, kerangka bab nya sudah dapat feedback yang artinya author akan mulai rutin untuk upload..
Jangan lupa dukungannya like comment dan subscribe ya terima kasih
🥰🥰🥰
wassalamu'alaikum..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
💓💖Bunda Chafas💖💓
nanri Rion nyesel, ngejar² Ara lagi trus Ara nya mau. Semoga gk sprt ini akhir Novel nya
2023-06-09
1