The Great Wife (8)
Aku harus punya sekutu . Aku harus tahu siapa lawan siapa kawan. Pasti ada sesuatu yang membuat Kakek Rendra sangat berhati-hati dalam bertindak. Akh, aku tidak bisa bekerja lebih baik tanpa laptop. Batin Ara kesal.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Setelah Ara tahu tentang rahasia yang di sembunyikan ibu mertuanya, Ara mulai waspada. Mengamati gerak-gerik sang mommy tanpa ketahuan.
Ia pun mulai mengamati para pelayan mension. Jangan sampai ia menjadikan kawan, pelayan yang justru membela ibu mertuanya.Namun, sejauh ini tidak ada yang terlihat dekat dengan sang mommy.
Menurut Mbok Sum, dulu sebelum Kakek Rendra masih hidup, ada dua pelayan yang hanya mendapatkan tugas dari mommy. Pertama, seorang koki, dan kedua seorang perawat.Namun, keduanya sudah tidak lagi bekerja setelah Kakek Rendra meninggal.
Benar. Kalau dipikir-pikir, Chef Roland dan perawat April mendadak berhenti bekerja. Kalau perawat April mungkin gak aneh, karena kakek Rendra yang ia rawat sudah tiada. Tapi, Chef Roland? Mencurigakan. Batin Ara.
Ara menghela nafas sambil tetap melap perabotan di ruang tamu.
Sepertinya, pelayan yang tersisa adalah pelayan yang setia pada kakek Rendra. Batin Ara.
" Ara, cepat bersihkan kaca jendela yang ada di mension!", perintah Leona. " Lantai bawah dan lantai atas pokoknya tidak boleh ada yang terlewat. Semuanya tanpa terkecuali",
" Bagaimana, dengan jendela yang tinggi Nyonya. Saya pasti tidak bisa menggapainya", tanya Ara.
" Gunakan tangga apa susahnya?", timpal Leona. " Laksanakan! Jangan membantah!", teriak Leona.
Leona pergi meninggalkan Ara, sementara Pak Mus menyerahkan alat pembersih kaca kepada Ara.
Ara tak habis pikir maksud ibu mertuanya itu apa? Karena untuk membersihkan kaca jendela, sudah ada jadwal tertentu dan mereka menyewa jasa pembersih kaca jendela.
Ara berjalan keluar. Dilihatnya sudah ada tangga yang di sediakan.
Ara mulai menaiki tangga yang disediakan. Karena, ia harus membersihkan kaca jendela bagian atas dulu, baru bagian bawahnya.
Ara menaiki tangga dengan hati-hati. Pakaiannya cukup membuatnya sudah, namun ia tidak akan menyerah. Leona memang sengaja memberikan tugas itu, berharap Ara ceroboh dan jatuh.
"Selama kau masih disini, kau tetap menjadi penghambat keberhasilanku. Aku harus memastikan dia tidak bisa memberikan keturunan untuk Rion sekalipun harus membahayakannya", gumam Leona melihat Ara dari kejauhan dengan sinis.
Ara tak menghiraukan ibu mertuanya, ia konsentrasi pada pekerjaannya.
Kini, giliran lantai atas. Saat Ara membersihka, sayup-sayup terdengar suara Leona yang sedang menelpon seseorang.
" Ilham, kapan Rion akan pulang?"
" ............"
" Baik, kabari lagi bila ada info terbaru"
Leona langsung menutup telponnya.
Ara bersembunyi ketika melihat Leona melirik ke arahnya. Ara pun Kembali ke tempatnya bekerja.
" Ilham? Apa jangan-jangan Ilham yang di maksud adalah Ilham supir Kak Rion? Kalau dia menghubungi Mommy langsung, berarti?"
gumam Ara.
" Ara!", panggil Leona.
Deg!
Apa aku ketahuan menguping?. Batin Ara.
Ara membalikkan badannya.
" Cepat bereskan tugasmu. Setelah itu, bersihkan gudang belakang", Leona memberikan Ara tugas lagi.
" Baik"
" Alhamdulillah selamat.", seru Ara sambil mengusap-usap dadanya.
...*****...
Ara Kembali ke kamarnya dengan membawa makan siangnya. Hari sudah mulai memasuki waktu ashar. Membersihkan kaca jendela cukup menghabiskan banyak waktu. Lagi-lagi ia melewatkan makan siangnya.
Tok...Tok... Tok...
" Maaf nona, nyonya meminta anda untuk membersihkan gudang belakang", Mbok Sum mebgatakan maksudnya walaupun tidak enak juga merasa kasihan pada nona mudanya.
" Tidak apa-apa, Mbok", Ara tersenyum.
Ia melangkah ke arah gudang. Padahal hari beranjak sore. Namun, itu tak membuat Leona membiarkan Ara membersihkan esok hari.
Ara memandangi tumpukan barang yang berdebu.
" Bismillah", ucapnya menguatkan hatinya.
Perlahan ia membersihkan debu-debu dan mnata kembali kardus-kardus yang ada agar lebih rapi. Hingga ia menemukan sebuah foto yang sudah lama. Segera ia simpan ke dalam sakunya.
Tanpa terasa, jam di tangannya menunjukkan sudah waktunya sholat Maghrib.
Saat ia akan keluar, ternyata seseorang menguncinya dari luar.
" Tolong! Tolong! ", teriak Ara.
Tapi tidak ada yang mendengarnya.
Ara terduduk menyandarkan punggungnya ke pintu. Sampai tanpa sadar ia tertidur karena lelah.
Setelah lama tertidur, Ara bangun dan mencoba untuk membuka pintu.
Hingga ...
Ceklek
" Tidak terkunci? Aneh", gumam Ara langsung keluar dari sana dan kembali ke kamarnya.
...*****...
Hari ini, Leona pergi ke luar. Pekerjaan Ara pun tidak terlalu berat karena orang yang biasanya memberatkan setiap pekerjaannya adalah ibu mertuanya.
Entah menginap dimana Leona malam ini, karena mension sangat sepi. Rion masih belum pulang dari luar kota, sementara Javin, jangan tanyakan kemana dia. Karena dia memang jarang pulang.
" Tuan besar kita meninggal bukan karena sakit. Tapi, karena racun yang entah siapa yang memberikannya. Orang itu masih berkeliaran dengan bebas. Namun, dia malah membuat Nona muda kita menjadi tersangkanya dan membuat Tuan Rion salah paham.
Mbok Sum ingin meminta kerjasama kalian untuk membongkar siapa dalang di balik ini semua. Walaupun kita pasti sudah menduganya..." jelas Mbok Sum.
"Nyonya Leona?!" seru mereka pelan.
" Namun, bukti yang tuan besar miliki, ada di brankas yang ada di kamarnya. Untuk itu, Si Mbok mohon kerjasamanya. Sebagai tanda balas Budi dari kita semua untuk tuan besar yang sudah banyak membantu kita, mari kita bantu nona Ara untuk membongkar semuanya ", pinta Mbok Sum.
Semua diam. Saling melirik satu sama lain. Ingin membantu tapi, ada perasaan takut. Namun, jika tidak membantu, mereka merasa seperti kacang lupa pada kulitnya.
" Saya siap bantu, Mbok"
"Saya juga"
" Saya juga"
Satu persatu pelayanan di mension bersedia membantu.
"Pak Mus?", tanya Mbok Sum .
"Saya pasti akan membantu, Mbok", jawab Pak Mus membuat semua yang ada disana tersenyum.
Ara terharu. Para pelayan itu mau membantu untuk mengungkap kejahatan Leona.
"Rencana selanjutnya gimana, non?", tanya Mbok Sum.
" Saya butuh seseorang untuk mengambil barang pesanan saya dari kakak saya. Siapa yang bisa keluar mension tanpa di curigai ?", tanya Ara kemudian.
"Saya sama Pak Bagus, Non. Besok jadwal belanja kebutuhan dapur ", jawab Reni.
" Baik, kalau begitu, nanti saya informasikan lagi dimana bisa mengambil barang itu. Kalau, laptop selain Ilham ada yang punya kah?", tanya Ara. " Saya sudah menyimpan beberapa kamera tersembunyi namun, tidak bisa saya cek karena ponsel dan laptop saya di sita", jelas Ara.
" Kalau laptop, hanya Ilham yang punya, Non", jawab Pak Mus.
Ara menghela nafas. Meminta sang kakak mengirimkan laptop atau ponsel baru sangat riskan untuk ketahuan. Meminjam pada Ilham, ia khawatir Ilham akan membocorkan rencana mereka pada Leona. Apa lagi ia harus memastikan dulu Ilham memihak pada siapa.
"Memangnya kalau pinjam punya Ilham, gimana Non?", tanya Mbok Sum.
TBC
...----------------...
...Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, like, komentar dan subscribe....
...Terimakasih atas dukungannya...
...🥰🥰🥰...
...Mampir di karya author yang lainnya, ya!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments