The Great Wife (15)
Hingga akhirnya Ara melihat keduanya masuk ke dalam kamar Mommy Leona.
" Tidak mungkin mereka...", Ara menggelengkan kepalanya. Pikiran negatif itu muncul dengan sendirinya saat melihat sepasang laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri masuk ke dalam kamar.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Ara langsung menutup laptopnya. Ia merebahkan tubuhnya di tas kasur yang tidak terlalu empuk itu.
Ara melihat ke langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang tentang esok yang entah akan seperti apa.
" Apa sebenarnya yang Mommy rencanakan?", Ara bertanya-tanya.
Tiba-tiba ia teringat dengan sang kakak. Ia segera mengirimkan e-mail agar sang kakak segera mencari tahu informasi tentang laki-laki yang terlihat bersama sang Mommy.
Ara yakin laki-laki itu bukan sepupu Mommy Leona. Tapi, ia pun tidak bisa menebak siapa laki-laki itu.
******
Di tempat lain, Azzam yang mendapat email dari sang adik segera membukanya. Sesibuk apapun ia dengan perusahaan, Keluarga adalah prioritas utama.
Azzam membaca email yang dikirim Ara dengan seksama. Ia tahu, laki-laki yang ada di foto itu adalah seorang pengusaha sama seperti dirinya. Bahkan perusahaan keduanya sedang menjalin kerjasama.
" Boy, cari tahu informasi tentang orang-orang yang ada di foto ini. Paling telat besok, hasilnya harus sudah ada di mejaku". Azzam memberikan perintah kepada orang kepercayaannya.
Azzam menghela nafas. Ia menyandarkan tubuhnya. Ia yakin, masalah sang adik pasti akan lebih rumit dari apa yang mereka perkirakan di awal.
Azzam sebenarnya adalah orang pertama yang menolak perjodohan sang adik dengan Rion. Namun, jika Ara justru sudah jatuh cinta pada Rion, apa yang bisa ia lakukan selain menjadi penjaga sang adik.
" Aku tidak menyangka akan serumit ini. Ibu mertuamu sepertinya memiliki pelindung yang senantiasa menolongnya ", gumam Azzam.
Ponsel Azzam di atas meja berbunyi. Ia melirik sekilas dimana nama Melodi tercantum. Nama seorang perempuan yang baru beberapa bulan ini resmi menjadi pacarnya.
" Halo"
******
Pagi harinya, para pelayan mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing sambil mengamati keadaan. Begitu pun dengan Ara yang bertugas melayani di meja makan saat.
Berbeda dengan hari ini, ia hanya melayani Rion, suaminya. Entah kemana ibu mertuanya pergi. Ara tak peduli.
Tanpa banyak bicara Ara mempersiapkan semuanya. Termasuk mengisi piring Rion.
"Saya permisi." Ara membalikkan badannya berniat kembali ke belakang karena tugasnya sudah selesai.
" Tunggu !," perintah Rion tiba-tiba
Ara berhenti dan membalikkan badannya menghadap ke arah Rion.
" Ada yang bisa saya bantu lagi?." tanya Ara dengan bahasa yang formal.
" Bagaimana harimu?" Ara mengerutkan keningnya saat dengan tiba-tiba Rion bertanya tentang keadaannya.
" Seperti yang Anda lihat. Saya baik. Saya bisa beradaptasi dengan semua perubahan yang mendadak ini." Ucap Ara.
" Kamu tetap tidak ingin minta maaf ? Atau jujur atas semua yang kamu perbuat ?"
Ara memutar bola matanya malas. Rion masih percaya ia bersalah.
" Saya tekankan kembali. Pantang bagi saya meminta maaf atas kesalahan yang tidak pernah saya buat." Ucapan Ara yang tegas sebenarnya membuat kepercayaan diri Rion akan semua prasangka nya sedikit memudar. Namun, egonya membuat ia tidak bisa semudah itu berubah pikiran.
" Kamu benar-benar keras kepala."
Ara tersenyum. " Harusnya anda tahu seperti apa saya. Kita sudah saling mengenal sejak masih kecil."
Rion diam.
"Saya akan membuktikan bahwa saya tidak bersalah. Tunggu saja buktinya datang ke hadapan Anda." diam sejenak. "Sebenarnya, saya ingin Anda menyelidiki masalah ini. Namun, saya tidak bisa berharap banyak pada Anda di saat Anda sendiri meyakini sayalah tersangka utamanya."
" Ya, selama tidak ada bukti yang menunjukkan kamu tidak bersalah, aku tetap yakin pada bukti yang aku miliki."
" Disaat bukti yang saya cari dapatkan, semoga anda tidak pernah menyesal karena telah menghukum orang yang tidak bersalah."
Di bawah meja Rion hanya mengepalkan tangannya. Ia marah pada keadaan. Di satu sisi ia mulai yakin bukan Ara pelakunya. Tapi, di sisi lain ia tidak bisa untuk tidak mempercayai bukti di tangannya. Sementara penyelidikan Bayu masih belum menemukan hasil apapun.
" Ada yang ingin anda sampaikan lagi? Jika tidak saya harus undur diri karena masih ada pekerjaan."
" Baiklah "
"Saya permisi." Ara langsung berlalu begitu saja.
Selepas sarapan, Rion berangkat ke perusahaan. Disaat itulah Ara kembali ke kamar. Ia sebelumnya sudah memberikan instruksi kepada para pelayan agar menyimpan barang yang ia berikan pada tempat tertentu saat jam menunjukkan pukul sembilan.
Ara akan meng hack Cctv di mension agar tidak meninggalkan jejak saat para pelayan melakukan tugasnya.
Tepat pukul sembilan, semua langsung melakukan tugasnya dengan baik. Mereka pun langsung menuju ke tempat mereka bekerja sebelumnya.
Ada yang kembali ke kebun, ada yang kembali ke dapur dan lainnya. Sementara Rani yang bertugas meletakkan di depan kamar Mommy Leona dan kamar kakek Rendra masih berjalan di tangga.
Hingga tiba-tiba terdengar suara Ara yang menggema.
" Hati-hati, Nyonya !," teriak Ara.
Mommy Leona langsung berhenti karena kaget. Begitu pula dengan Rani. Ia langsung kembali berjalan secara perlahan ke lantai atas.
"Kamu ini apa-apaan Ara!." Geram Mommy Leona karena kaget dengan teriakan Ara.
" Maaf Nyonya, lantainya masih basah." jawab Ara.
Mommy Leona melengos pergi ke arah lift.
"Anda mau kemana, Nyonya?," tanya Ara lagi.
" Apa gak mu bertanya aku mau kemana ?," kesal Mommy Leona.
" Hmm. Itu, saya ingin memberitahu anda bahwa lift nya mati dan teknisi sedang dalam perjalanan kemari. Jadi, anda tidak bisa menggunakan lift itu."
Ara menjelaskan dengan suaranya yang sedikit keras sehingga membuat Mommy Leona memelototinya.
" Aku tidak tuli. Kamu tidak perlu berteriak seperti itu!." Geram Mommy Leona membentak Ara.
Ara tidak tersinggung. Ia justru mengulum senyum. Ia berteriak untuk memberi kode pada Rani agar menggunakan Lift. Karena lift rusak hanya akal-akalan Ara saja agar Rani bisa turun dari lantai atas tanpa ketahuan Mommy Leona.
Dengan kesal mommy Leona berjalan ke arah tangga. Ia terpaksa melewati tangga yang sudah jarang ia lalui.
Sementara Rani yang paham kode dari Ara, langsung pergi ke arah lift. Dengan perasaan khawatir ia turun mengguanakan lift.
Setelah sampai di bawah, ia segera berlari ke arah dapur. Khawatir ketahuan mengguanakan lift.
" Hah.. Hah.." Rani mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Jantungnya berdetak tak karuan.
" Minum dulu!," Ara memberikan segelas air putih.
" Terimakasih, Non."
Ara hanya tersenyum melihat Rabi meminum sampai tandas air putih itu.
"Bagaimana rasanya ?,"
" Benar-benar mendebarkan." Rani mengusap-usap dadanya.
" Maaf ya. Bagianmu yang tersulit."
" Tidak apa-apa, Non. Saya mengerti. Karena di antara para pelayan, saya yang paling muda. Tidak terbayang kalau Mbok Sum yang ada di posisi saya."
Seketika keduanya pun tertawa. Padahal tadi, benar-benar nyaris ketahuan kalau Ara tidak bertindak cepat.
"Cctv nya bagaimana, Non?," tiba-tiba Rani cemas.
TBC
...----------------...
Bismilah aja. Mudah-mudahan mood nya gak up and down lagi untuk novel ini.. Mohon maaf baru up lagi..🙏
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, like, komentar dan subscribe.
Terimakasih atas dukungannya
🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments