The Great Wife (6)
" Waktunya bergerak. Aku diam bukan berarti kalah, Mom. Lihat apa yang bisa aku lakukan padamu", Ara tersenyum misterius.
"Mommy memilih lawan yang salah",
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Ara masih berdiri di taman. Di tempatnya yang sekarang, ia bisa melihat mobil Rion yang mulai keluar dari mension.
Ia hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Untuk beberapa hari kedepan, Ara tak bisa melihat Rion karena pergi ke luar kota.
Setelah mobil itu menghilang dari pandangannya, Ara kembali masuk dan mulai mengerjakan tugasnya.
" Pel lantai atas. Semua ruangannya harus kamu sendiri yang mengepelnya!", perintah Mommy Leona.
" Baik", jawab Ara tanpa bantahan.
Bi Sum memberikan peralatan mengepel kepada Ara. Hatinya merasa iba, tapi posisinya yang hanya seorang pembantu tidak bisa berbuat apapun.
Leona tersenyum sinis. " Kita lihat, sejauh mana kamu akan bertahan", sinis Leona melihat ke arah Ara yang sedang menaiki tangga.
Ara di larang menggunakan lift. Sekalipun di mension pun ada Liftnya. Alasannya, tentu agar penderitaan Ara semakin bertambah.
Leona duduk sambil memperhatikan pergerakan Ara melalui cctv.
" Kalau saja kamu menolak untuk di jodohkan, kamu tidak akan berada di posisi sulit itu, Ara. Aku membencimu karena kamu menghalangiku untuk menguasai harta Rion. Seharusnya Rion menikah dengan orang pilihanku. Agar aku bisa dengan mudah menguasai harta Rion." , gumam Leona yang duduk dengan angkuhnya.
" Hah, untung aku sudah menyingkirkan orang tua itu. Kalau tidak, bisa-bisa dia akan menghancurkan rencanaku", Leona tersenyum sinis.
"Tapi, di saat mati saja dia tetap menghalangi langkahku dengan surat wasiat itu", geram Leona.
Flashback on
Malam hari setelah kematian kakek Rendra, semua anggota keluarga berkumpul.
Ada Rion dan Ara, juga ada Leona dan Gavin. Mereka dikumpulkan oleh pengacara keluarga Narendra sesuai amanat Kakek Rendra agar membacakan di hari yang sama dengan kematiannya.
Pak Yuda, sang pengacara memulai pembicaraannya.
" Saya akan membacakan surat wasiat yang dibuat oleh Tuan Narendra",
Pak Yuda membuka sebuah map.
" Mohon maaf sebelumnya. Saya tahu keluarga ini masih berduka. Namun, Tuan besar meminta saya membacakan surat wasiat ini di hari yang sama dengan kematian beliau", jelas Pak Yuda.
" Saya Narendra membuat wasiat ini dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun. Pertama, saya akan memberikan mension yang ada di negri S, dua mobil mewah dan saham sebanyak 5 persen di perusahan kepada menantu saya, Leona. Kedua, saya akan memberikan sebuah rumah mewah di kota M dan 5 persen saham di perusahaan kepada cucu saya, Javin. Ketiga, saya akan memberikan 15 persen saham saya kepada cucu menantu saya, Amara Salfaraz. Keempat saya akan memberikan 30 persen saham perusahaan kepada anak-anak dari Amara Salfaraz dan Arion Narendra. Sampai mereka lahir dan berusia 21 tahun, saham yang saya berikan masih hak milik Amara Salfaraz. Keempat, sisa harta kekayaan saya dan 45 persen saham di perusahaan akan menjadi milik cucu saya, Arion Narendra ", jelas Pak Yuda.
Ara dan Rion tercengang dengan apa yang mereka dengar. Sementara Leona dan Javin marah karena bagian nya lebih sedikit dari bagian untuk anak-anak Rion yang bahkan belum ada.
"Apa anda tidak salah membaca ,Pak Yuda?", tanya Rion.
Karena di lihat dari sudut manapun pembagian harta ini terlihat tidak adil. Rion dan Javin seharusnya memiliki jumlah yang Sama, namun ternyata jauh berbeda.
Sementara Leona tidak berani mengatakan keberatannya. Ia hanya bisa memakii dalam hati.
Dasar tua Bangka. Kau pikir aku akan melepaskan semuanya begitu saja? Lihatlah apa yang akan aku lakukan pada cucu kesayanganmu. Batin Leona.
"Tidak, ini memang sudah sesuai amanat Tuan Besar. Saya tidak berani mengubahnya walau sedikit pun"
Rion melihat ke arah ibunya dan juga Javin. Mereka tampak pasrah dan diam saja.
" Bisa saya lanjutkan ?", Pak Yuda meminta izin.
Rion mengangguk.
Pak Yuda kembali meneruskan untuk membaca surat wasiatnya.
Flashback off
...***...
Ara sekarang sedang mencuci piring. Rasa lelah membuatnya tidak berkonsentrasi hingga membuat piring yang sedang ia cuci pecah.
Leona yang kebetulan sedang ada disana, langsung memaki Ara.
" Dasar tidak berguna !", kesal Leona.
Plakk
Satu tamparan mendarat di pipi Ara.
" Dengar !, semua barang yang ada di mension ini sangat mahal. Dia lebih berharga daripada kamu yang hanya seorang pelayan. Ya, ingatlah !, kau hanya seorang pelayan ", Leona menekan kata-katanya.
Ara tidak bergeming.
" Jangan beri dia makan. Itu hukuman untuknya ", ucap Leona pada Pak Mus, Kepala Pelayan.
"Baik ", jawab Pak Mus.
" Dan kalian Semua yang ada disini, jangan pernah berani memberinya makan jika tidak mau kehilangan pekerjaan !", ancam Leona pada pelayan yang ada di sana dan melihat kejadian itu.
Semua pelayan menundukkan kepalanya. Mereka merasa iba pada nona muda mereka, namun Leona adalah orang yang tidak mentolerir kesalahan. Mereka tak ingin kehilangan pekerjaan karena tidak patuh pada nya.
Ara mulai membersihkan serpih pecahan piring yang berserakan di lantai.
Tubuhnya sangat letih, namun ia terus melakukan pekerjaannya sampai selesai.
Belum sempat ia beristirahat, Leona sudah menyuruh Ara mencuci semua sprei yang ada .
Ara berjalan dengan sisa tenaganya. Saat giliran menjemur sprei nya, Ara ambruk. Ia terjatuh tak sadarkan diri. Tidak ada yang menyadarinya hingga Pak Mus datang bermaksud menemui Ara.
" Nona!, Nona!, Anda dengar saya?", Pak Mus mencoba untuk membangunkan Ara. Namun, Ara tidak bergeming.
Ara pun di bawa ke kamarnya. Mbok Sum menggantikan Pak Mus menjaga Ara. Dia membantu Ara mengganti pakaiannya yang kotor dan basah.
Setelah memakaikan kembali pakaiannya, Mbok Sum tertegun melihat sebuah foto keluarga yang ada di atas nakas. Kemudian ia melihat jam tangan yang Ara pakai.
Bi Sum melihat ke arah Ara yang terbaring di atas ranjang. Kemudian melihat jam tangan yang di pakai Ara. Jam yang sama yang pernah Tuan Besar perlihatkan kepada Mbok Sum.
Kau tahu, Sum. Ini adalah jam tangan khusus milik keluarga Aslan. Sahabatku yang satu itu membuat ini untuk keluarganya sebagai jaga-jaga bila ada hal darurat terjadi. Ini bukan sekedar jam tangan, ini adalah alat komunikasi rahasia. Kakek Rendra menunjukkan cara kerja jam tangan itu.
" Ternyata, Nona muda adalah bagian dari keluarga Aslan ", lirih Mbok Sum.
" Saya senang, setidaknya Tuan Muda Rion menikah dengan anda, Nona. Pantas Tuan Besar sangat bahagia saat bersama anda". Mbok Sum tersenyum.
Setelah beberapa saat berlalu, Ara sadar. Ia memgerjap-ngerjapkan matanya.
" Apa anda baik-baik saja, nona?", tanya Mbok Sum.
" Alhamdulillah, Mbok. Boleh minta air", pinta Ara.
"Tentu saja, Nona", Mbok Sum menyerahkan gelas berisi air putih.
"Nona, sebaiknya Anda makan dulu!", Mbok Sum mengambil piring berisi nasi dan lauk pauknya.
Ara yang sudah duduk bersandar, menerimanya piring itu dari tangan Mbok Sum.
"Apa nyonya tidak apa-apa jika aku makan?",
"Nona harus punya tenaga untuk melawan Nyonya ", jelas Mbok Sum
"Maksud nya?"
TBC
...----------------...
...Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, like, komentar dan subscribe....
...Terimakasih atas dukungannya...
...🥰🥰🥰...
...Mampir di karya author yang lainnya, ya!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Nurul S
TBC itu apa sih ?
2023-07-03
0