Penyelidikan

Shindy menangis kesakitan sambil memegangi telinganya yang berdarah. Ivan meletakkan nampan yang dipegangnya ke nakas dan bergegas mengambil tas kecil milik Shindy tadi. Ivan mengusap darah itu dengan tisu. Untungnya luka di telinga Shindy hanya luka tusuk kecil yang tidak terlalu berbahaya.

Ivan mengelap darah itu dan membersihkannya dengan alkohol. Rasa perih menjalar ke seluruh telinga Shindy. Shindy meringis sambil menggenggam erat lengan Ivan.

"Maaf. Jika tidak segera diobati, aku takut akan infeksi." Ivan meneteskan obat merah pada kapas dan menutupkannya ke telinga Shindy.

"Perih Van. Sakit." keluh Shindy dengan tetap mencengkeram lengan Ivan.

Ivan memasang plester untuk menahan kapas itu agar tidak terlepas.

"Sudah selesai." tukas Ivan

Perlahan tangan Shindy melemah dan melepaskan genggamannya.

"Maaf, aku melukaimu." ujar Shindy menatap lengan Ivan tergores oleh kuku panjangnya.

"Tidak apa-apa." ujar Ivan berbalik mengembalikan obat-obatan itu ke tempatnya.

"Kau orang baik Van. Kau sudah merawatku, menolongku berkali-kali. Kenapa kau bisa terjebak di lingkungan seperti ini?" tanya Shindy

Ivan terdiam. Pandangannya kosong. Entah kenapa, Ivan tampak seperti memendam sesuatu.

"Belum ada seminggu, aku sah menjadi istri Rama. Tapi perlakuan buruk terus aku dapatkan." ujar Shindy meneteskan kembali air matanya.

"Bagaimana aku bisa bertahan, aku mungkin akan hidup cacat. Keluar dengan organ yang tak utuh karena kekejaman Rama. Atau mungkin, tidak pernah lagi bisa melihat dunia luar." ujar Shindy tanpa menghentikan tangisnya.

Ivan mendekap tubuh Shindy ke dalam pelukannya. Mengusap pelan punggung ringkih itu, berusaha memberikan ketenangan hatinya.

"Kenapa Van, kenapa kau mau bekerja pada orang-orang seperti mereka? Kau bahkan juga dipukuli olehnya. Mereka bukan manusia Van." ujar Shindy terus menerus merutuki Rama

"Ada hal yang lebih menyakitkan dari pada luka fisik yang dia berikan. Aku bertahan untuk luka itu Shin." ujar Ivan

Shindy menatap Ivan. Tatapannya kosong. Ivan menyimpan segala perasaannya begitu rapat. Bahkan untuk sekedar berbagi kisahnya pada orang lain seperti Shindy saja dia enggan.

"Makanlah, buburnya sudah agak dingin." ujar Ivan menyodorkan semangkuk bubur buatannya.

"Terima kasih Van." ujar Shindy menyendok bubur itu dengan lahap. Perutnya yang lapar tidak bisa menolak bubur sederhana yang Ivan buatkan.

"Apapun yang terjadi padamu, jangan pernah putus asa atau berpikir untuk mengakhirinya. Kau harus melawannya, sekalipun dia suamimu. Jika dia dia terlalu menyakitimu, kau boleh membalasnya. Jangan pikirkan perasaanmu, atau perasaannya. Tapi utamakan keselamatanmu dan bayimu." pesan Ivan akhirnya.

Tubuh jangkung itu kembali meninggalkan kamar Shindy. Shindy menatap semangkuk bubur di tangannya. "Kau benar Van. Aku harus melakukan sesuatu." Mulut kecil Shindy melahap habis bubur itu.

Shindy membawa nampan dan mangkuk putih itu ke dapur. Rumah besar itu tampak lengang. Setahunya, Rama dan Bowo belum kembali. Ivan? Entahlah dia kemana. Shindy mencuci mangkuk dan sendok yang dia gunakan untuk makan tadi.

Ini sudah malam, Ivan bahkan telah menyalakan semua lampu di rumah itu. Kedua mata Shindy terfokus pada ruang kerja Rama. Shindy ingin berusaha mencari tahu kembali, lewat ruang kerja itu. Shindy melangkah perlahan, sambil terus celingukan memastikan tidak ada yang tahu rencananya. Shindy memegang kenop pintu.

Ceklek.. Ceklek.. Terkunci. Kali ini Rama tidak lupa menguncinya. "Dimana ya aku bisa mendapatkan kunci itu?"

Shindy berjalan ke arah tangga. Kamar Rama terletak di lantai dua. Tangga memutar itu membawanya pada lorong luas dengan pagar yang mengarah ke bawah. Mirip seperti mension mewah di film-film. Shindy mengendap-endap. Bahkan sandal tidurnya ditinggalkan di bawah. Shindy mencoba membuka masing-masing pintu ruangan di sana. Kamar pertama terkunci, kamar kedua. Terbuka. Sebuah ruang tidur dengan beberapa jarum suntik yang berserakan di mejanya. Pakaian kotor yang tergeletak di lantai. Kamar itu baru dihuni sehari, namun sudah seberantakan ini.

Shindy menggeledah seluruh laci meja Rama. Lemari juga tas kecil yang tergantung disana. Namun tidak menemukan yang dia cari. Shindy hendak beralih, tiba-tiba dia teringat. "Bawah bantal! Pasti disana."

Shindy membalikkan bantal tidur Rama. Benar saja segerombol kunci ada disana. Shindy tersenyum senang. Shindy berjalan ke arah pintu namun terhenti. "Ini botol yang sama seperti di apartemen Rama. Lalu kenapa ada jarum suntik ini lagi? Jangan-jangan." Shindy menutup mulutnya dengan tangannya.

"Rama memakai obat terlarang." gumam Shindy

"Pantas dia selalu marah dan temperamen. Dia bahkan menghajarku hanya gara-gara ini." ujar Shindy meletakkan kembali suntikan itu ke tempatnya.

Shindy berjalan keluar kamar dan menutup pintunya. Dia melongok ke arah bawah. Tidak ada siapapun, Shindy menghela napas lega. Shindy hendak turun ke bawah tatkala menyadari, pintu kamar yang paling ujung terbuka. Dengan penasaran Shindy juga masuk ke dalamnya. Kamar ini tidak sebesar kamar Rama. Hanya single bed dengan sprei yang ditata rapi juga beberapa pakaian menggantung di lemari yang belum ditutup. Suara guyuran air terdengar dari kamar mandi.

"Jadi ini kamar Ivan." Shindy mengitari seluruh ruangan itu, sebuah foto diletakkan di nakas. Foto Ivan bersama seorang gadis manis berambut ikal sedang memeluk erat foto Ivan kecil.

"Ini siapa?" Shindy mengambil foto itu dan membalikkannya. *Kakak kesayanganku, Metha Pallevi*

"Ternyata, Ivan punya kakak perempuan. Apa ini yang memaksanya untuk bekerja bersama Rama? Dia butuh uang untuk kakaknya?" gumam Shindy.

Terdengar pintu kamar mandi dibuka. Shindy meletakkan kembali foto itu dan berlari keluar. Langkah kecilnya bergegas menuruni anak tangga. Kali ini, ruangan yang ditujunya adalah ruang kerja Rama.

Shindy mencoba satu demi satu anak kunci yang dipegangnya. Butuh waktu cukup lama karena belum menemukan kunci yang pas untuk membukanya. Shindy hampir mencoba seluruh kuncinya. Dan Terbuka..

Shindy menekan sakelar lampu di balik pintu. Ruangan itu tampak terang. Shindy berjalan masuk. Ada sebuah laptop menyala, berisi sadapan ponsel seseorang. Dengan email yang terbuka, Shindy mencoba membaca isi pesannya dan mengeceknya satu per satu.

[Berikan aku 20 gram. Aku sudah punya langganan baru.]

"20 gram? Apa ini?" tanya Shindy sambil scroll pesan pesan itu ke bawah.

"Jadi.. Aku harus mencari koper hitam itu untuk memastikannya."

Shindy mengamati setiap inci ruangan itu. Melongok ke bawah meja, almari bahkan rak buku di sana. Tangannya merogoh ke bawah bufet dan menarik sebuah benda keluar.

"Koper hitam. Akhirnya ketemu juga." Shindy membuka koper itu.

"Jadi selama ini Rama pengedar. Barang sebanyak ini." Pekik Shindy begitu menyadari isi dalam koper itu.

"Kenapa aku tidak menyadarinya? Harusnya aku tahu, dia tidak mungkin tiba-tiba sekaya itu. Apalagi kedua orang tuanya sudah meninggal. Andai aku tahu sejak awal." ujar Shindy menangisi nasibnya

"Kau sudah tahu sekarang, apa yang akan kau lakukan gadis b*doh!"

Kedua mata Shindy membelalak, Rama, pria yang baru saja dia bicarakan kini tengah berdiri dengan murkanya menghadang pintu.

"Ram... Rama."

Sebilah pisau tergenggam erat di tangan Rama. Shindy merangkak mundur menjauhi Rama. Pelan namun pasti jarak antara mereka semakin terkikis. Shindy sudah tidak bisa lari. Di belakangnya hanya ada lemari, dia terduduk di lantai dengan tatapan memohon yang menyedihkan. Rama mengayunkan pisaunya.

"Aaaaaaaaaaa."

Episodes
1 Prolog
2 Awal Bencana
3 Kenyataan Pahit
4 Kekecewaan Mendalam
5 Kebencian
6 Tamu Penting
7 Persiapan Pernikahan
8 Dinikahkan !
9 Malam Pengantin
10 Kabur Ke Bali
11 Rencana Tersembunyi
12 Rumah Baru
13 Ruang Kerja
14 Sakit
15 Teka teki baru
16 Penyelidikan
17 Hukuman
18 Rumah Sakit
19 Rencana kabur yang gagal
20 Kenyataan Lain
21 Kembali tertangkap
22 Tidak Terduga
23 Sebuah Ancaman
24 Kehilangan
25 Penyelidikan
26 PENTING WAJIB DIBACA
27 Sebuah Kelicikan
28 Tuduhan Palsu
29 Bagian dari Perangkap
30 Perbincangan Serius
31 Tommy Andrian
32 Surat
33 Kembali
34 Sebuah Laporan
35 Hilangnya Ivan
36 Percobaan Bunuh Diri
37 Kesempatan Kedua
38 Ruangan Rumah Sakit
39 Salah Ruang
40 Tidak Salah Ingat
41 Keputusan yang Salah
42 Sedikit perlawanan
43 Menjauh
44 Awal Baru
45 Sosok Familiar
46 Menjadi Karyawan Baru
47 Merindukan Seseorang
48 Menghindar
49 Obrolan Singkat
50 Cekcok
51 Membuat Masalah
52 Belum Selesai
53 Rahasia Ivan
54 Kembalinya Ivan
55 Tidak Sesuai Harapan
56 Sama-sama Putih
57 Terbongkarnya rahasia
58 Bayi Perempuan
59 K A M U !
60 Pertemuan Tidak Terduga
61 Bayinya Hilang
62 Semakin Menjadi
63 Terlambat
64 Kepulangan Shindy
65 Sebuah Fakta
66 Bukan Pelaku Sebenarnya
67 Penyergapan
68 Balik disergap
69 Pertikaian di Jalan
70 Pemakaman Anton Rahardja
71 Penolakan Sang Istri
72 Kembali
73 Pencarian
74 Serangan Pertama
75 Serangan Kedua
76 Sarang Musuh
77 Menyusup
78 Bala Bantuan
79 Akhir Cerita
80 Belum Selesai
81 Harta Warisan
82 Kisah Sempurna
83 EPILOG
84 SEKILAS INFO MAU LEWAT...
85 IJIN PROMOTE YA...
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Prolog
2
Awal Bencana
3
Kenyataan Pahit
4
Kekecewaan Mendalam
5
Kebencian
6
Tamu Penting
7
Persiapan Pernikahan
8
Dinikahkan !
9
Malam Pengantin
10
Kabur Ke Bali
11
Rencana Tersembunyi
12
Rumah Baru
13
Ruang Kerja
14
Sakit
15
Teka teki baru
16
Penyelidikan
17
Hukuman
18
Rumah Sakit
19
Rencana kabur yang gagal
20
Kenyataan Lain
21
Kembali tertangkap
22
Tidak Terduga
23
Sebuah Ancaman
24
Kehilangan
25
Penyelidikan
26
PENTING WAJIB DIBACA
27
Sebuah Kelicikan
28
Tuduhan Palsu
29
Bagian dari Perangkap
30
Perbincangan Serius
31
Tommy Andrian
32
Surat
33
Kembali
34
Sebuah Laporan
35
Hilangnya Ivan
36
Percobaan Bunuh Diri
37
Kesempatan Kedua
38
Ruangan Rumah Sakit
39
Salah Ruang
40
Tidak Salah Ingat
41
Keputusan yang Salah
42
Sedikit perlawanan
43
Menjauh
44
Awal Baru
45
Sosok Familiar
46
Menjadi Karyawan Baru
47
Merindukan Seseorang
48
Menghindar
49
Obrolan Singkat
50
Cekcok
51
Membuat Masalah
52
Belum Selesai
53
Rahasia Ivan
54
Kembalinya Ivan
55
Tidak Sesuai Harapan
56
Sama-sama Putih
57
Terbongkarnya rahasia
58
Bayi Perempuan
59
K A M U !
60
Pertemuan Tidak Terduga
61
Bayinya Hilang
62
Semakin Menjadi
63
Terlambat
64
Kepulangan Shindy
65
Sebuah Fakta
66
Bukan Pelaku Sebenarnya
67
Penyergapan
68
Balik disergap
69
Pertikaian di Jalan
70
Pemakaman Anton Rahardja
71
Penolakan Sang Istri
72
Kembali
73
Pencarian
74
Serangan Pertama
75
Serangan Kedua
76
Sarang Musuh
77
Menyusup
78
Bala Bantuan
79
Akhir Cerita
80
Belum Selesai
81
Harta Warisan
82
Kisah Sempurna
83
EPILOG
84
SEKILAS INFO MAU LEWAT...
85
IJIN PROMOTE YA...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!