Shindy memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Setelah gagal meminta pertanggung jawaban Rama dan berakhir dengan tidak baik-baik saja. Shindy pun pulang kerumahnya. Tak lupa mampir ke apotek untuk menebus resep dari dokter dan membeli salep untuk luka memarnya.
"Kuat ya Nak. Meski papamu tidak mau mangakuimu, kamu tetap anakku. Mama akan pertahankan kamu, apapun yang terjadi. Meskipun jika mama harus diusir dari rumah kakekmu, mama akan menerimanya. Demi kamu." ujar Shindy berbicara dengan perutnya yang datar
Shindy memutuskan untuk beristirahat sebentar di depan apotek sambil mengobati memar di wajahnya. Dengan cermin kecil Shindy mengoleskan salep pada lukanya.
"Aduh." Shindy meringis ketika menyentuh warna kebiruan di dekat matanya.
Rasanya sakit bahkan untuk berkedip pun terasa mengganjal. Shindy kembali memikirkan perkataan Rama. "Mending kamu bawa bayi h*ram ini ke Andrian dan minta dia percepat pernikahanmu."
"Apa aku harus pura-pura tidak terjadi sesuatu? Setidaknya sampai Andrian menikahiku. Biar orang lain mengira, ini adalah anaknya. Aku rasa Andrian bisa jadi ayah yang baik untuk anakku." gumam Shindy
Terbesit niat itu mengingat tanggal pernikahannya dengan Andrian kurang dari sebulan. Sedetik kemudian dia berubah pikiran.
"Nggak. Aku nggak bisa berbuat nggak adil sama Andrian. Bahkan Andrian memperlakukanku dengan sopan. Dia tidak pernah macam-macam. Jika aku memintanya bertanggung jawab atas dosa yang tidak dia lakukan, aku... Akan merasa bersalah seumur hidupku nanti." batinnya berperang melawan logika yang menamparnya.
Shindy terdiam. Hal ini sungguh di luar dugaannya. Pikirannya menerawang mengingat kebodohannya malam itu. Malam penuh petaka..
FLASHBACK
Shindy menghadiri pesta reuni SMAnya. Dia datang bersama bestienya, Aini. Dengan mobil mewah ayahnya, Shindy dan Aini pun tiba di sebuah party.
"Hai ladies, makin cantik aja!" seloroh Rony menyambutnya
"Iya dong. Tampil cantik itu harus!" tukas Aini, gadis tinggi dengan mata bulat yang indah
"Mana calonmu Shin?" tanya Rony
"Skip ajalah. Dia kan lagi sibuk!" ujar Shindy
"Iyalah, calonnya Shindy kan pekerja kantoran bukan pengusaha kayak papamu yang bebas waktu!" ledek Ainy dengan maksud bercanda. Sayangnya kalimat itu membuat Shindy terpengaruh.
"Kesana yuk! Kita have fun bareng." ajak Rony
Mereka bertiga membaur bersama loncatan muda mudi disana. Tubuh mereka meliuk-liuk mengikuti kerasnya musik DJ yang dimainkan. Lampu warna berkedip-kedip menambah hingarnya suasana. Tanpa Shindy sadari, seseorang mengamatinya dari belakang. Perlahan dia berjalan mendekat dan menarik Shindy dari dance floor.
"Rama!" pekiknya
"Hai Shin. Lama nggak ketemu!" ucapnya basa basi.
Rama menatap Shindy yang banyak berubah, penampilannya, gaya hidupnya, juga perpaduan skincare mahal yang telah mengubah wajahnya menjadi seperti ini.
"Mau minum bareng?" tawar Rama
"Boleh." Shindy mengiyakan saja tanpa tahu maksud dari kata *minum* yang Rama lontarkan
Di ujung ruangan, sofa berbentuk L dengan meja kaca kecil di tengah telah menyajikan berbagai minuman beralkohol. Tanpa ragu Rama menuangkannya ke dalam Beer Stein Glass. Satu untuk Shindy dan satu untuknya.
"Untuk pertemuan kita hari ini!" ujar Rama mengangkat gelas birnya
Ting.. Dentingan gelas pun terdengar. Tanpa ragu Shindy menghabiskan isinya dalam sekali teguk. Rasa hangat yang aneh menjalar ke tubuhnya.
Rama menuangkan segelas lagi. Kembali Shindy meneguknya. Bergelas-gelas telah dia habiskan. Sampai setengah botol lebih, Shindy mulai meracau. Ya, dia yang tidak pernah minum, memaksa untuk minum. Kepalanya tersandar di sofa, leher dan dada bagian atasnya terekspos dalam balutan mini dress kekurangan bahan yang dia kenakan. Seketika pandangan Rama menggelap. Terbesit niat busuk untuk coba-coba dengannya.
"Ram, Shindy kenapa?" tanya Aini menghampirinya
"Biasalah. Salah minum." bohongnya
"Yah payah ini anak. Terus siapa dong yang nganterin pulang?" tanya Aini
"Biar aku aja!" ujar Rama meneguk gelas terakhirnya.
Rama berdiri dan memapah tubuh jenjang Shindy.
"Bawa deh tuh anak mama!" ujar Rony
Aini hanya tertawa melihat temannya diangkut Rama. Rama memasukkan tubuh setengah sadar itu ke mobil sportnya. Bukan untuk membawanya pulang, tapi berbelok ke arah apartemennya. Ya, Rama adalah orang kaya. Sama sepertinya. Entah apa pekerjaannya, Shindy bahkan tidak tahu betul.
Rama menggotong Shindy masuk ke dalam kamarnya. Rama menjatuhkan tubuh itu ke ranjang king size miliknya.
"Ah.. Panas.. Gerah.." Shindy meracau sambil melucuti pakaiannya tanpa sadar
Rama semakin terpancing. Dia pun melakukan hal yang sama dan berbaring di sebelah tubuh polos Shindy. Perlahan Shindy membuka matanya.
"Sayang. Akhirnya kita bertemu lagi. Aku kangen." ujar Shindy mengusap wajah Rama
"Benarkah?" seringaian muncul di wajah Rama
"Peluk aku sayang! Sini." tangan lemah Shindy menarik tubuh kekar Rama untuk mendekat
Tanpa aba-aba dan entah siapa yang memulai pergumulan panas itu pun terjadi. Di bawah pengaruh alkohol, Shindy dengan sukarela memberikan dirinya pada Rama. Malam itu berakhir dengan d*s*han lega keduanya yang meringkuk dalam selimut yang sama.
FLASHBACK END
Shindy mengerjap tatkala mendengar ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari mamanya.
"Halo Ma."
"Kamu dimana Shin. Keluar dari pagi, kok nggak pulang-pulang." khawatir Bu Wulan
"Ini Shindy udah jalan pulang kok Ma. Shindy mampir bentar ke minimarket tadi." ujarnya berbohong
"Ya sudah mama tunggu!" balas Bu Wulan lalu mematikan telepon
Shindy memakai kembali helm dan kacamatanya, bergegas pulang ke rumah karena mamanya sudah menunggu. Di depan pintu tampak mamanya sedang berkacak pinggang.
"Mama, nungguin Shindy ya." seloroh Shindy
PLAK.. Tamparan keras mendarat di pipinya. Menambah ruam kemerahan di wajahnya. Ya, tangan besar sang ayah telah menyakitinya.
"Pa, sabar." sergah Bu Wulan
"Ada apa ini Pa?" tanya Shindy tak mengerti
"Shin masuk dulu, papa dan mama mau bicara." ujar Bu Wulan menggiringnya ke ruang tengah.
Shindy seperti seorang pelaku tindak pidana. Duduk dengan diawasi oleh tatapan tajam kedua orang tuanya.
"Mama mau tanya Shin. Apa ini?" ujar Bu Wulan meletakkan sebuah tespack di meja
"Bi Ningsih yang nemuin ini di kamar mandi kamarmu." terang Bu Wulan
Shindy tertunduk. Tak berani mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kamu hamil anak siapa!" hardik Pak Anton
Shindy tak bergeming. Masih menunduk dengan air mata yang mulai mengalir.
"Shin, apa ini hasil perbuatanmu dengan Andrian?" tanya Bu Wulan
Shindy masih diam seribu bahasa.
"Andrian anak baik-baik. Tidak mungkin mau menyentuhmu sebelum menikah!" tukas Pak Anton
Benar, yang dikatakan Pak Anton. Andrian pria baik-baik. Dia menghormati wanita, tidak mungkin melakukan hal hina seperti itu.
"Hamil sama siapa kamu Shin!" ujar Pak Anton tak sabar
Shindy masih mengunci rapat mulutnya. Jika dia jujur tentang apa yang sudah terjadi dengannya malam itu. Maka, haknya sebagai anak di rumah ini akan menghilang.
"Shindy! Jangan diam saja." Pak Anton mengguncang tubuh ringkih itu dengan kasar
"Sabar Pa." ujar Bu Wulan menengahi
"Shin, lihat mama." ujung jari Bu Wulan mengangkat dagu Shindy agar bisa menatapnya.
"Dengan siapa kamu berbuat ini?" tanya Bu Wulan
"Rama.. Hiks.." balas Shindy tersedu
"Anak tak tahu diuntung."
Plak.. Tamparan keras kembali dilayangkan Pak Anton.
"Mulai hari ini, aku bukan papamu lagi!"
Ucapan sadis Pak Anton terdengar bagai vonis mati untuk Shindy. Shindy menangis sejadinya sambil memeluk erat Bu Wulan yang menatapnya tak percaya. Seolah seperti mimpi buruk baginya, anak gadis semata wayangnya telah dirusak pria yang ditolak mentah-mentah oleh keluarganya
"Shindy harus gimana Ma? Gimana caranya Shindy ngasih tahu Andrian? Apa Shindy harus merahasiakan ini, agar Andrian tetap menikahi Shindy! Shindy takut Ma!" tangisannya pecah. Merasa hancur sampai tak terbayang bagaimana sakitnya.
Bu Wulan menarik dirinya. Mengusap air mata Shindy dengan ibu jarinya.
"Kamu sudah berani berbuat Shin. Kamu harus tanggung akibatnya."
Kalimat itu, menambah besar luka di hatinya. Shindy kembali tersedu.
"Batalkan pernikahanmu dengan Andrian!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Wisnu Arca
parah udah mau nikah yang orang lain.
2023-04-19
1