Teka teki baru

Tampak Rama merespon teriakan Ivan. Rama menarik diri dari Shindy. Senyum menyeringai kembali dia tunjukkan.

"Kau sudah melihatnya sekarang? Gadis ini milikku dan hanya aku yang berhak menyentuhnya. Nasibnya tergantung pada keinginanku! Kau mengerti!" teriak Rama

Kedua mata Ivan menatap marah ke arahnya, namun Rama dengan santai memakai bajunya.

"Jangan lupakan tugasmu disini Ivan! Kau hanya menjadi sopirku, kau harus tahu batasamu." ujar Rama meninggalkan kamar Shindy

"Itu bekas Rama belum dibereskan, kau boleh memakainya!" tawa ledek dari Bowo terdengar

"B*j*n*an!" maki Ivan begitu Bowo menutup pintu kamar Shindy.

Ivan bangkit dari posisinya. Menatap Shindy polos dengan kondisi baju yang robek sana-sini Ivan kembali mengambil baju ganti untuk Shindy dan mencoba menggantikannya. Tangan Shindy memegang erat tangannya.

"Kenapa kau menolongku Van?" suara lirih itu terdengar dibarengi dengan kedua mata Shindy yang mulai terbuka

"Biar ku ganti dulu pakaianmu. Kau bisa masuk angin." ujar Ivan sambil terus melepaskan robekan baju dari tubuh Shindy

Shindy menutup dua benda berharganya. "Aku sudah melihat semuanya." batin Ivan

"Bangunlah sebentar dan pakaialah kemeja ini." tukas Ivan

Shindy hanya menurut. Setelah baju dan celana itu menempel di badannya. Shindy kembali berbaring. Ivan melempar asal sisa kain itu ke lantai.

"Van, bawa aku pergi. Aku takut!" pinta Shindy

"Aku ingin membawamu Shin. Aku ingin menolongmu. Setelah melihatnya sendiri, bagaimana Rama memperlakukanmu. Tapi aku masih harus membalaskan rasa sakit ini pada Rama." ujar Ivan dalam hati.

"Aku hanya sopir. Jadi aku tidak punya hak, untuk membawamu pergi." balas Ivan

Ivan hendak beranjak dari ranjang Shindy. Tangannya ditarik kembali oleh Shindy.

"Maaf Van. Maaf sudah menciummu. Aku melakukannya untuk menghangatkan tubuhku." ujar Shindy

Ivan menoleh ke arah Shindy. "Kau melakukannya dengan sadar Shin? Kau tahu kalau yang kau cium itu aku bukan suamimu." pikir Ivan

"Maaf untuk luka ini, ini dan juga ini. Pasti sakit ya?" Tangan Shindy menyentuh beberapa memar pada wajah Ivan

Biar aku bantu obati lukamu." ujar Shindy berusaha bangkit dari tidurnya.

"Tidak. Kau harus sehat dulu, baru bisa mengobatiku." Ujar Ivan

"Van, terima kasih." ucap Shindy

"Aku buatkan bubur dulu untukmu."

Ivan beranjak meninggalkan kamar Shindy. Shindy kembali meratapi nasibnya. Rama sudah menjatuhkan harga dirinya sampai separah ini. Dia memang pura-pura pingsan, agar bisa mendengar lebih banyak percakapan mereka. Namun, Rama justru memperlakukannya seburuk itu. Air matanya menetes. Dia merasa malu, dua orang laki-laki sudah melihatnya dalam keadaan tak lazim. Dia merasa kotor, meski Ramalah yang melakukan itu padanya. Namun memaksa Ivan dan Bowo menontonnya itu sangat melecehkan baginya.

"Papa, Mama. Shindy kangen." ujar Shindy meneteskan air mata.

...****************...

"Apa yang kau bawa Van?" tanya Rama mendapati Ivan membawa nampan menuju kamar Shindy

"Bubur dan teh hangat." balas Ivan singkat

"Ternyata, kau benar-benar tertarik dengan gadis b*doh itu!" ujar Rama

"Sepertinya, kau sedang cemburu." tukas Ivan

"Cemburu? Hahahaa. Sekarang kau pun ketularan b*doh. Aku hanya memanfaatkannya untuk tujuanku!" balas Rama

"Kau yang mengatakannya sendiri tadi, kau ingin menunjukkan milik siapa Shindy sebenarnya. Melihat sikapku yang begitu baik padanya, kau sudah merasa tak tenang. Kurasa kau cemburu Ram!" ucap Ivan dengan senyum miring

"Tidak ada dalam kamusku hal semacam itu!"

"Ram, tuan Tommy meminta kita mengirimkan barangnya sekarang." ujar Bowo yang baru saja menerima panggilan telepon.

"Berapa?" tanya Rama

"10. Siapkan barangnya, biar ku siapkan mobilnya." ujar Bowo.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Shindy berdiri mematung di belakang pintu kamar. Awalnya Shindy hendak berjalan ke dapur karena merasa lapar. Namun percakapan Ivan dan Rama membuatnya ingin menguping. Dia ingin mencari tahu sendiri apa yang mereka sembunyikan darinya.

Shindy mengintip dari lubang kunci tampak Rama kembali tanpa membawa apapun. Hanya kantong kecil yang bisa dilipat masuk ke dalam saku celananya. Tangan Rama memakai sarung tangan plastik. Wajahnya dipakaikan topeng menyeramkan. Begitu pula Bowo.

"Barang apa yang mereka kirimkan? Kenapa harus memakai topeng? Jika barangnya ada di kantong kecil itu, kenapa mereka harus kirim berdua?" Shindy bertanya dalam hati

BRAK. Dahi Shindy memerah karena terbentur pintu yang terbuka. Tubuhnya limbung di lantai dengan tangan yang masih memegangi jidatnya.

"Kau di belakang pintu?" tanya Ivan dengan wajah polos

"Sakit! Kenapa tidak mengetuk dulu." protes Shindy

"Kau menguping pembicaraan kami ya?" tanya Rama sambil membuka topengnya

Shindy gelagapan. "Me.. Menguping apa? Aku baru bangun dan .. Ivan membuka pintu saat aku .. Juga akan membukanya."

"Kau yakin tidak mendengar apapun?" tanya Rama tak percaya

"Aku.. Aku hanya mendengar Ivan membawakan bubur untukku." bohong Shindy

Rama tersenyum miring. Kembali dagu Shindy ditarik ke arahnya.

"Itu awal mula percakapan kami Shin. Jika kau mendengarnya, berarti kau mengetahui semua percakapan kami setelahnya. Apa yang kau dengar!" bentak Rama kemudian

Shindy yang merasa takut berusaha mundur menjauh ke arah tempat tidur.

"Aku.. Aku tidak sengaja mendengarnya Ram. Aku.." ujar Shindy merasa ketakutan

Sebuah pisau pengupas buah Rama keluarkan dari laci nakas Shindy.

"Apa perlu ku tulikan telingamu? Agar, kau tidak bisa mendengarnya apapun lagi?" tanya Rama memutar mutar pisaunya di depan mata Shindy

"Ja.. Jangan Ram. Ku mohon. Aku.. aku benar-benar tidak sengaja mendengarnya." ujar Shindy memohon

Rama mencekal tangan Shindy ke atas dan mengarahkan pisau itu ke daun telinga Shindy. Shindy yang ketakutan hanya memejamkan matanya. Pisau kecil itu sudah mengarah masuk ke arah lubang telinganya.

"Arrrrgh." ujung pisau yang lancip menyentuh daun telinga bagian luar Shindy. Darah segar menetes dari luka kecilnya.

"Ram! Mobilnya sudah ku siapkan." teriak Bowo dari luar.

"Aku akan mengurusmu lagi nanti! Sekarang ada hal penting yang harus ku lakukan!"

Terpopuler

Comments

Rina Christina

Rina Christina

ini cewek terlalu penasaran dan ceroboh

2024-03-18

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Awal Bencana
3 Kenyataan Pahit
4 Kekecewaan Mendalam
5 Kebencian
6 Tamu Penting
7 Persiapan Pernikahan
8 Dinikahkan !
9 Malam Pengantin
10 Kabur Ke Bali
11 Rencana Tersembunyi
12 Rumah Baru
13 Ruang Kerja
14 Sakit
15 Teka teki baru
16 Penyelidikan
17 Hukuman
18 Rumah Sakit
19 Rencana kabur yang gagal
20 Kenyataan Lain
21 Kembali tertangkap
22 Tidak Terduga
23 Sebuah Ancaman
24 Kehilangan
25 Penyelidikan
26 PENTING WAJIB DIBACA
27 Sebuah Kelicikan
28 Tuduhan Palsu
29 Bagian dari Perangkap
30 Perbincangan Serius
31 Tommy Andrian
32 Surat
33 Kembali
34 Sebuah Laporan
35 Hilangnya Ivan
36 Percobaan Bunuh Diri
37 Kesempatan Kedua
38 Ruangan Rumah Sakit
39 Salah Ruang
40 Tidak Salah Ingat
41 Keputusan yang Salah
42 Sedikit perlawanan
43 Menjauh
44 Awal Baru
45 Sosok Familiar
46 Menjadi Karyawan Baru
47 Merindukan Seseorang
48 Menghindar
49 Obrolan Singkat
50 Cekcok
51 Membuat Masalah
52 Belum Selesai
53 Rahasia Ivan
54 Kembalinya Ivan
55 Tidak Sesuai Harapan
56 Sama-sama Putih
57 Terbongkarnya rahasia
58 Bayi Perempuan
59 K A M U !
60 Pertemuan Tidak Terduga
61 Bayinya Hilang
62 Semakin Menjadi
63 Terlambat
64 Kepulangan Shindy
65 Sebuah Fakta
66 Bukan Pelaku Sebenarnya
67 Penyergapan
68 Balik disergap
69 Pertikaian di Jalan
70 Pemakaman Anton Rahardja
71 Penolakan Sang Istri
72 Kembali
73 Pencarian
74 Serangan Pertama
75 Serangan Kedua
76 Sarang Musuh
77 Menyusup
78 Bala Bantuan
79 Akhir Cerita
80 Belum Selesai
81 Harta Warisan
82 Kisah Sempurna
83 EPILOG
84 SEKILAS INFO MAU LEWAT...
85 IJIN PROMOTE YA...
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Prolog
2
Awal Bencana
3
Kenyataan Pahit
4
Kekecewaan Mendalam
5
Kebencian
6
Tamu Penting
7
Persiapan Pernikahan
8
Dinikahkan !
9
Malam Pengantin
10
Kabur Ke Bali
11
Rencana Tersembunyi
12
Rumah Baru
13
Ruang Kerja
14
Sakit
15
Teka teki baru
16
Penyelidikan
17
Hukuman
18
Rumah Sakit
19
Rencana kabur yang gagal
20
Kenyataan Lain
21
Kembali tertangkap
22
Tidak Terduga
23
Sebuah Ancaman
24
Kehilangan
25
Penyelidikan
26
PENTING WAJIB DIBACA
27
Sebuah Kelicikan
28
Tuduhan Palsu
29
Bagian dari Perangkap
30
Perbincangan Serius
31
Tommy Andrian
32
Surat
33
Kembali
34
Sebuah Laporan
35
Hilangnya Ivan
36
Percobaan Bunuh Diri
37
Kesempatan Kedua
38
Ruangan Rumah Sakit
39
Salah Ruang
40
Tidak Salah Ingat
41
Keputusan yang Salah
42
Sedikit perlawanan
43
Menjauh
44
Awal Baru
45
Sosok Familiar
46
Menjadi Karyawan Baru
47
Merindukan Seseorang
48
Menghindar
49
Obrolan Singkat
50
Cekcok
51
Membuat Masalah
52
Belum Selesai
53
Rahasia Ivan
54
Kembalinya Ivan
55
Tidak Sesuai Harapan
56
Sama-sama Putih
57
Terbongkarnya rahasia
58
Bayi Perempuan
59
K A M U !
60
Pertemuan Tidak Terduga
61
Bayinya Hilang
62
Semakin Menjadi
63
Terlambat
64
Kepulangan Shindy
65
Sebuah Fakta
66
Bukan Pelaku Sebenarnya
67
Penyergapan
68
Balik disergap
69
Pertikaian di Jalan
70
Pemakaman Anton Rahardja
71
Penolakan Sang Istri
72
Kembali
73
Pencarian
74
Serangan Pertama
75
Serangan Kedua
76
Sarang Musuh
77
Menyusup
78
Bala Bantuan
79
Akhir Cerita
80
Belum Selesai
81
Harta Warisan
82
Kisah Sempurna
83
EPILOG
84
SEKILAS INFO MAU LEWAT...
85
IJIN PROMOTE YA...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!