Saat Rere sadar pasca operasi, wanita itu menjerit histeris menyadari jika bayi didalam perutnya sudah tidak ada. Ia menangis meraung seperti orang gila meksi Ibunya mencoba menenangkan dirinya.
"Istighfar, Nak." Berulang kali Melik membisikan kata-kata itu ditelinga putrinya berharap bisa membuat wanita itu tenang.
"Kenapa dia harus pergi? Aku belum melihatnya Ibu, kenapa dia harus pergi?" Rere menangis tergugu di dekapan Ibunya, ia masih merasa semua ini hanya mimpi buruk baginya. "Tidak, ini tidak mungkin, pasti Ibu salah 'kan? Dia belum meninggal, dia masih ada di perutku." Rere mendadak seperti orang linglung saat mengingat anaknya, ia tadi pagi masih bisa merasakan kehadirannya dan ia masih memegangnya.
Aldin yang melihat Rere sejak tadi histeris langsung menggantikan Melik untuk memeluk Rere. Ia baru saja kembali mencarikan peristirahatan terakhir untuk anaknya yang baru saja tiada.
"Dia sudah tidak ada, maafkan aku. Sekarang dia sudah beristirahat dengan nyaman," bisik Aldin ikut menangis di pundak Rere.
"Tidak mungkin, tidak mungkin. Kau bohong! Kau pasti membohongiku 'kan?" Rere justru mengamuk dan mendorong Aldin dengan kasar, ia menarik-narik baju pria itu untu meluapkan emosinya.
"Kau! Kau yang sudah membunuhnya! Sekarang kembalikan dia!" Rere terus berteriak seraya mengguncang tubuh Aldin dengan keras.
"Maafkan aku," ucap Aldin tidak tahu lagi harus berkata apa selain minta maaf, semua ini memang salahnya karena sudah membuat Rere kecelakaan hingga kehilangan anak mereka.
"Kembalikan anakku! Kau jahat, aku membencimu Al." Rere semakin histeris memukuli Aldin dengan membabi buta.
Aldin pasrah dan membiarkan Rere meluapkan amarahnya, hal itu memang pantas ia dapatkan karena ia memang salah. Rere sendiri memukuli Aldin dengan kuat, tapi perlahan pukulan itu mengendur seiring tangis Rere yang melemah.
"Kau jahat Al," ucap Rere menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Aldin, isak tangisnya semakin menyayat hati membuat Aldin seolah ikut merasakan rasa sakit itu.
"Maafkan aku." Hanya kata itu yang sanggup Aldin katakan, setelah ini ia bersumpah akan menjaga wanita ini sebaik mungkin dan tidak akan menyakitinya lagi.
*****
Seminggu kemudian, Rere sudah diizinkan pulang karena keadaanya yang sudah membaik. Hal pertama yang Rere lakukan yaitu mengunjungi makan anaknya bersama Aldin.
Rere duduk bersimpuh di depan gundukan kecil yang ada di depannya. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya, ia menyesal karena pernah berpikir untuk menggugurkan anak itu.
Maafkan Ibu, apa pada marah pada Ibu karena pernah berkata seperti itu? Ibu tidak pernah benar-benar menginginkanmu pergi, kenapa sekarang kau memilih meninggalkan Ibu?
Rere semakin menangis sesenggukan, hatinya perih sekali mengingat nasib anaknya yang begitu buruk, seharusnya anaknya itu masih di dalam kandungannya sekarang.
"Dia sudah tenang, ikhlaskan dia," ucap Aldin mengelus punggung Rere dengan lembut.
Rere kembali emosi, ia menepis tangan Aldin dengan kasar lalu berdiri dan menatap pria itu dengan tatapan sengit.
"Puas kan kau sekarang? Dengan begini kau sudah bebas dari tanggung jawab, tidak perlu berpura-pura baik padaku karena aku tahu kau memang sengaja ingin anak ini mati," kata Rere dengan segala emosinya.
"Tidak Re, semua itu tidak benar, aku mencintai anak ini seperti kau mencintainya, aku juga tidak pernah ingin kejadian ini terjadi," ucap Aldin mencoba memegang tangan Rere tapi wanita itu menolak.
"Yang terlihat sudah menjelaskan semuanya, Al. Kita menikah karena anak ini ada kan? Sekarang dia sudah mati, kau sudah bisa menceraikan ku dan berkumpul dengan keluargamu yang lain," kata Rere menhan rasa sesak yang menghimpit dadanya.
"Keluarga apalagi? Hanya kau satu-satunya yang aku miliki di dunia ini, Re." Aldin langsung membantah ucapan Rere karena semua itu tidak benar.
"Kau pikir aku buta? Jelas-jelas anak kecil itu memanggilmu Papi. Sekarang apalagi alasan yang akan kau buat?" sergah Rere semakin emosi saja rasanya dengan Aldin karena terus membantah.
Aldin memejamkan matanya singkat. "Kau haru ikut aku, aku akan menjelaskan semuanya," kata Aldin menarik tangan Rere dan membawanya pergi meninggalkan tempat pemakaman itu.
"Kau mau membawaku kemana? Aku tidak mau ikut!" Seru Rere berontak agar tangannya terlepas dari Aldin.
Aldin tidak menghiraukannya, ia tetap membawa Rere pergi agar wanita itu tidak salah paham dengannya lagi.
Happy Reading .
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
tris tanto
heran nich ama rere emosian mulu bawaannya,,
2023-12-04
1
Titik Novrianti
rere egois bin GOBLOK,,, bukannya kau yang ingin menggugurkan anak itu,,,yg bilang anak sialan,,, ucapan itu do'a goblok,,,aku harap kau jadikan masalah itu pelajaran untuk masa yg akan yg datang,, egois boleh tapi otak di pake juga
2023-09-06
0
Heni Mulyani
lanjut author
2023-03-13
1