Rere membesarkan matanya kaget, ia tidak menyangka Aldin akan mengatakan hal itu. Rere tidak habis pikir, kenapa Aldin mengira kalau dirinya hamil?
"Jadi kau berpikir aku hamil? Kau hanya melakukannya sekali, aku rasa kau tidak sehebat itu bisa membuatku hamil," ujar Rere seolah meremehkan Aldin.
"Kau hanya belum tahu saja, ayo ikut aku untuk membuktikannya," kata Aldin cukup tergelitik saat Rere mengatakan kalau dirinya tidak hebat. Ia jadi ingin membuktikan kepada wanita ini kalau dirinya bisa menghamili wanita itu meskipun hanya satu kali.
"Eh? Kau mau membawaku kemana? Lepasin nggak?" Rere berteriak kecil saat tubuh mungilnya ditarik paksa oleh Aldin.
"Ikuti saja, aku akan melepaskanmu setelah aku membuktikan semuanya." Aldin sama sekali tidak menggubris perkataan Rere, meski wanita itu mengumpat kesal dan terus marah, ia tetap membawa wanita itu ke rumah sakit kota.
"Kau tahu? Ini adalah sebuah pelanggaran! Kau sudah kurang ajar menculik warga sipil, aku akan melaporkan mu ke kantor kementerian!" seru Rere melipat tangannya diatas perut, wajahnya bersungut-sungut kesal karena Aldin memaksa dirinya.
"Laporkan saja, kau pikir aku takut?" sahut Aldin cuek.
"Eh! Kau tidak takut? Aku akan melaporkan mu ke kantor kementerian loh ini?" ucap Rere memandang Aldin dengan kerutan di dahinya.
"Untuk apa aku takut? Bahkan aku bisa membuat mereka kehilangan pekerjaannya dalam satu detik jika mereka macam-macam padaku," sahut Aldin sekenanya.
"Benarkah? Kau sehebat itu?" Rere menatap Aldin tidak percaya sekaligus takjub.
Aldin menarik sudut bibirnya, ia lalu melirik Rere sekilas. "Ya, sekarang apa kau mulai jatuh cinta padaku?" ucap Aldin tersenyum sombong.
"Cih, kau terlalu sombong. Mau kau anak presiden pun aku tidak akan jatuh cinta padamu," cetus Rere diiringi dengusan kecil.
Aldin hanya tersenyum tipis, ia kembali fokus menyetir sampai mobil mereka sampai di rumah sakit kota. Aldin langsung mengajak Rere turun tanpa basa-basi lagi. Tak lupa ia juga mendaftarkan wanita itu baru mereka berdua duduk bersama para Ibu-ibu lain.
"Ngapain sih kita harus kesini? Udah jelas aku nggak akan hamil?" tukas Rere merasa risih sendiri, ia menatap Ibu-ibu hamil lainnya yang seolah begitu bahagia.
"Jika kau hamil? Apa yang akan kau lakukan?" ujar Aldin sekaligus bertanya.
"Memangnya apalagi? Tentu kau harus menikahi ku," jawab Rere langsung. "Kenapa? Jangan-jangan kau yang ingin lari dari tanggung jawab dan menyuruhku menggugurkannya nanti?" lanjut Rere menatap Aldin penuh rasa curiga.
"Apa menurutku wajahku ini cocok untuk menjadi orang yang sejahat itu?" tukas Aldin kesal.
"Bisa saja, sekarang kan banyak penjahat yang berpenampilan menarik untuk menipu korbannya. Seperti pejabat negara contohnya, seorang tikus berdasi yang suka menghabiskan uang rakyat," ucap Rere begitu serius.
Aldin hanya mengangkat alisnya. "Kau begitu sibuk mengurusi negara, apa hidupmu sendiri sudah benar?" ujar Aldin.
"Aku hanya bicara fakta." Rere mengangkat bahunya acuh.
Aldin memilih diam, tidak ada gunanya juga meladeni ucapan Rere. Ia hanya ingin memastikan kalau wanita ini hamil atau tidak. Jika tidak, ia akan kembali ke negara X dengan tenang. Sedangkan jika hamil, ia akan memberikan uang kompensasi agar Rere tidak mengganggunya lagi dikemudian hari.
"Rere?"
Keduanya tersentak saat tiba-tiba ada orang yang menghampiri mereka. Rere langsung mengangkat wajahnya, ia kaget bukan kepalang saat melihat dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Re maaf, Karina tadi tidak sengaja melihatmu disini, makanya dia ngajak nemuin kamu," ucap Dave tersenyum kikuk.
"Re, kamu apa kabar? Kenapa kemarin nggak datang ke acara reuni sekolah?" ucap Karina sahabat Rere, oh ralat, mantan sahabat lebih tepatnya.
"Aku sibuk." Rere hanya menjawab singkat, ia menahan dirinya untuk tidak mengumpat di depan dua makhluk tidak tahu diri ini.
"Kamu disini ngapain? Poli kandungan? Kamu hamil?" tanya Dave menatap Rere dengan heran.
Rere terkejut, ia lupa jika saat ini sedang bersaman pria asing yang sedang kini menatapnya lekat-lekat. Ia menelan ludahnya kasar, ia tidak mungkin mengatakan apa yang ia lakukan disana pada Dave.
"Kenapa diem aja Re? Kamu beneran hamil ya? Apa ini karena kamu sering kerja malam-malam itu? Iya Re?" ucap Karina menatap Rere dengan pandangan sok kasihannya.
Kurang ajar, wanita ini sangat pandai bersilat lidah. Bisa-bisanya menuduhnya hal yang tidak-tidak seperti itu. Rere membatin seraya mengepalkan tangannya erat.
"Itu bukan urusanmu, untuk apalagi kalian begitu sibuk ikut campur masalah ku? Urusi saja hidup kalian yang tidak berguna itu!" seru Rere begitu kesal.
"Astaga Re, jadi benar kamu hamil? Anak siapa? Apa kau menjual diri karena hidupmu terlalu miskin dan menyedihkan? Kau menjual tubuhmu pada pria tua-tua itu 'kan?" ucap Karina semakin menghina Rere, suaranya sengaja ia besarkan agar orang-orang disekitarnya mendengar ucapannya.
"Kau-"
"Rere memang hamil, apa urusannya dengan Anda?" Aldin yang sejak tadi diam ikut menyahut, ia tidak begitu suka dengan cara wanita itu menuduh Rere, seolah Rere wanita rendahan yang suka menjual dirinya.
"Eh? Kau siapa?" Karina begitu terkejut saat melihat Aldin, namun sorot mata terkejut itu langsung berubah menjadi tatapan terpesona saat melihat ketampanan Aldin.
"Aku Aldin Maldives, suaminya Rere." Aldin menjawab dengan suara berat dan begitu tegas, tangannya merangkul bahu kecil Rere sebagai bukti klaim dirinya.
Rere membesarkan matanya terkejut, ia menatap Aldin tidak percaya. Sedangkan Dave dan Karina tidak kalah terkejutnya saat mendengar pengakuan Aldin. Mereka langsung menatap Aldin dari atas sampai bawah seolah menilai seperti apa Aldin. Tapi sialnya bagi mereka, semua yang dipakai Aldin merupakan barang-barang branded, menandakan jika pria itu bukan orang sembarangan.
"Suami? Kamu udah nikah Re?" Dave bertanya dengan wajah kagetnya.
" Ya sudah, maaf jika istriku tidak mengabarinya. Itu artinya kalian bukan termasuk orang penting yang masuk daftar yang harus tahu hari bahagia kami." Lagi-lagi Aldin yang menyahut, sudah terlanjur basah, sekalian saja ia membuat kedua orang itu panas.
"Tuan Aldin Maldives!" Terdengar suara dari suster menandakan kalau sudah waktunya Rere diperiksa.
"Wah, sudah dipanggil, ayo kita masuk sayang, aku tidak sabar untuk segera melihat anak kita," ucap Aldin dengan sengaja mengusap-usap perut rata Rere sebelum mengajak wanita itu masuk.
Rere hanya tersenyum canggung, ia puas melihat kedua pengkhianat itu melongo, tapi ia bingung sendiri dengan sikap Aldin yang tiba-tiba manis. Meskipun hanya berpura-pura, tentu saja Rere baper, apalagi saat tubuhnya menempel erat dengan Aldin. Tapi jika ingat yang akan ia hadapi, hari Rere menjadi gusar sendiri.
Benarkah dia hamil?
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ita rahmawati
setiap kta adalah doa loh...
2023-05-13
1
Nona Muda❤️
Aldin main ngaku suamik aja 😆😆
2023-03-05
1
Triee Cimoed
waaah rere nikah aja blm drmu dh d claim milik aldin seutuh ny🤣🤣🤣
2023-03-05
3