Aldin menatap bangunan sempit semi permanen yang ada di depannya. Kini ia sudah berada di rumah Rere setelah melalui gang-gang sempit yang cukup panjang. Mobilnya tidak bisa masuk membuat Aldin menaruhnya di jalan raya.
"Minum dulu, sebentar lagi Ayah sama Ibu pulang," ujar Rere memberikan Aldin teh hangat yang baru saja dibuatnya. Meski ia dongkol kepada pria yang telah menanamkan benih padanya itu, tapi ia masih punya sopan santun kepada tamu.
"Mereka dimana?" Tanya Aldin melirik teh yang dibuat Rere.
"Kerja lah, orang miskin nggak makan kalau nggak kerja," sahut Rere kembali ke mode awal, ketus dan mengesalkan.
Aldin menghela nafas panjang, ia harus sabar jika menghadapi Rere yang mood swing itu. "Kalian cuma tinggal bertiga?" Aldin kembali bertanya.
Kali ini ia menatap rumah Rere dengan begitu teliti, dalam rumah itu hampir tidak pernah ada barang berharga apapun selain kulkas yang terlihat bersandingan dengan lemari kayu usang. Lalu ada dua kamar yang tertutup korden yang tak kalah usang nya. Aldin heran kenapa masih ada orang yang tinggal ditempat seperti itu.
"Ya." Rere menyahut singkat, sesekali ia melihat ke arah luar untuk melihat Ibunya.
Jujur saat ini perasaan Rere campur aduk tak karuan, antara takut, marah, dan tentunya sangat menyesal. Andai saja ia tidak minum waktu itu, semuanya pasti tidak akan menjadi runyam seperti ini.
Hampir lima belas menit menunggu, akhirnya terlihat Melik pulang dengan membawa beberapa wadah yang digunakan untuk jualannya. Rere langsung bangkit menyongsong Ibunya untuk membawakannya masuk kedalam.
"Ibu baru pulang?" Rere mengambil tangan Ibunya lalu menciumnya, sungguh ia ingin bersujud kepada wanita itu segera agar bisa mengampuni semua dosanya.
"Iya, hari ini Alhamdulillah rame," jawab Melik seraya melirik Aldin yang duduk dirumahnya. "Siapa?" Tanya Melik setengah berbisik, ia merasa tidak pernah melihat itu sebenarnya.
"Masuk dulu aja, Rere mau ngomong penting," ucap Rere menatap Ibunya sendu.
Melik terdiam, ia seperti tahu apa yang akan dikatakan oleh putrinya. Ia lalu masuk kedalam rumah untuk menemui Aldin.
"Selamat siang, temannya Rere ya? Maaf ya udah nunggu Ibu," ucap Melik mengulas senyum basa-basi nya.
"Oh tidak apa-apa Bu, saya Al." Aldin juga langsung bangkit lalu mengulurkan tangannya pada Melik.
"Ayo duduk-duduk, rumah Rere ya begini, maklum Nak, Rere bukan orang yang berada," ucap Melik diam-diam memperhatikan penampilan Aldin yang rapi dan kinclong.
"Tidak masalah Bu, asalkan ada tempat berteduh saja sudah senang," sahut Aldin tersenyum canggung.
Rere baru kembali dari ruang belakang, ia menatap Aldin dengan tatapan tajam, ia tidak suka jika pria itu basa-basi tidak penting.
"Iya benar, Nak Al ini darimana?" tanya Melik ingin tahu.
"Saya aslinya dari sini, tapi beberapa bulan ini saya di negara X untuk mengurus bisnis," jawab Aldin seadanya.
Lagi-lagi Rere melotot kesal, kenapa harus membeberkan kekayaan? Ingin pamer ya? batinnya kesal.
"Wah jauh sekali, kenapa bisa berteman dengan Rere?" Melik bertanya cukup bingung, seingatnya putrinya ini tidak pernah pergi kemanapun, tapi kenapa bisa kenal Aldin? Dilihat dari tampilannya saja sangat tidak mungkin jika Rere bertemu Aldin saat bekerja.
"Hahaha, memang Bu. Kita teman sekolah dulunya, dia baru saja kembali dari negara X dan ingin main kemari." Rere menyahut seraya tertawa hambar, ia tidak mau Ibunya curiga nantinya.
Aldin mengangkat alisnya, teman sekolah? Sejak kapan? Umur Rere saja masih jauh dibawahnya.
"Oh begitu?" Melik mengangguk-angguk tapi wajahnya terlihat masih berpikir.
"Ibu mungkin bingung dengan kedatangan saya kemari, sebelumnya saya ingin minta maaf jika saya sangat lancang. Saya datang kesini ingin melamar Rere menjadi istri saya Bu," ucap Aldin tidak ingin basa-basi lagi, suaranya yang tadi sempat bergetar kini berubah lembut dan tegas.
"Melamar?" Melik begitu syok mendengarnya, ia menatap putrinya untuk meminta penjelasan.
"Ya benar, aku dan Al ingin menikah Bu," ucap Rere tersenyum canggung.
"Kenapa mendadak sekali?" Tanya Melik merasa semuanya terlalu tiba-tiba.
"Bukankah jika kita memiliki niat baik harus segera dilakukan Bu? Saya dan Rere saling mencintai, kita ingin segera meresmikan hubungan kita," ucap Aldin sekalian saja membual, sudah terlanjur basah juga.
Rere menahan nafasnya mendengar ucapan Aldin, ia rasanya ingin sekali memaki pria itu karena bersikap sembrono.
Cinta apaan? ketemu aja baru sekali dan itupun cuma tanam benih, dasar Aldin.
"Ibu merestui hubungan kami 'kan?" tanya Rere menyentuh tangan Ibunya karena wanita itu hanya diam.
"Semua terserah kamu, tapi apa tidak sebaiknya kalian pikirkan dulu semuanya matang-matang, menikah bukan sekedar menyatukan sebuah cinta, kalian harus memiliki pondasi yang kuat sebagai akar sebuah rumah tangga," ucap Melik senang tentunya jika anaknya menikah, ia hanya tidak ingin anaknya terlalu terburu-buru memutuskan untuk menikah.
"Assalamualaikum." Ayah Rere Danang pulang bertepatan setelah Ibunya mengatakan hal itu. "Ada tamu?" Sama halnya dengan Melik, Danang juga bingung saat melihat Aldin ada disana.
"Waalaikumsalam, iya ada tamu, temannya Rere, katanya mau ngelamar," ucap Melik langsung saja.
Danang mengernyit heran, ia menatap Aldin yang langsung bangkit untuk bersamalan.
"Ngelamar apa?" tanya Danang bingung.
"Melamar Rere, Om." Aldin langsung menjawab tanpa diminta.
"Apa?" Danang begitu kaget tentunya, ia menatap Rere dan Aldin bergantian.
"Benar Om, Saya Al dan saya datang kesini ingin melamar Rere, maaf jika saya lancang, saya hanya ingin mengutarakan maksud kedatangan saya kemari," ucap Aldin mengulangi kata-kata yang sama dengan suara yang tak kalah mantapnya.
Danang masih terdiam, ia tidak tahu harus menanggapinya bagaimana karena semuanya terlalu mendadak. "Beneran Re? Kamu mau nikah?" Danang beralih bertanya kepada putrinya.
"Iya Ayah," sahut Rere mengangguk singkat.
"Kamu sudah siap?" Danang kembali bertanya, kali ini ia memegang pundak putrinya untuk melihat wajah wanita itu.
Rere mengangkat wajahnya, ia hampir saja menangis tapi ia menahannya sekuat tenaga. "Sudah Ayah, Rere sudah siap menikah. Ayah merestuinya 'kan?" ucap Rere memegang tangan Ayahnya.
"Lalu, apakah Nak Al juga sudah siap menerima semua kekurangan Rere? Nak Al tahu kalau Rere bukan orang berada, kami tidak punya apapun yang bisa dibanggakan selain harga diri kita. Sekali lagi aku bertanya, apakah Nak Al siap?" ucap Danang mengalihkan pandangannya kepada Aldin.
"Tentu saja Om, saya tidak keberatan meski seperti apapun keadaan Rere. Sekarang saya yang bertanya kepada Om, apakah Om bersedia memberikan restu kepada saya untuk meminang Rere?" ucap Aldin sama sekali tidak pernah memikirkan status sosial Rere, ia hanya ingin menikah untuk memberikan hak kepada anaknya, sudah itu saja.
Semua orang terdiam mendengar ucapan Aldin yang sangat serius itu. Rere bahkan tidak bisa membedakan apakah Aldin berpura-pura atau tidak, jika iya, benar-benar aktor yang sangat hebat hingga membuat semua orang percaya dengan ucapannya.
"Baiklah jika itu keputusan kalian, Ayah dan Ibu akan merestui hubungan kalian," ucap Danang cukup lega mendengar ucapan Aldin yang begitu meyakinkan.
"Ayah serius?" Tanya Rere kaget.
"Iya Nak, selama kamu bahagia, Ayah juga akan bahagia," ucap Danang mengulas senyum tipisnya.
"Terima kasih Ayah." Rere langsung masuk kedalam pelukan Ayahnya, matanya berkaca-kaca seraya menatap Ibunya. Memang sejak dulu, Ayahnya adalah orang yang paling mengerti dirinya dan sangat menyayanginya. Rere tidak bisa membayangkan jika Ayahnya tahu apa alasannya ingin menikah, pria itu pasti akan sangat kecewa padanya.
Aldin mengalihkan pandangannya kearah lain, hatinya begitu sensitif jika melihat pemandangan seperti itu. Sekarang entah kenapa ia merasa semua yang dilakukannya ini salah, tidak seharusnya ia menutupi kebenaran yang ada.
Namun, jika memberitahunya pun akan membuat keadaan semakin tidai terkendali. Yang terpenting sekarang ia sudah mendapatkan restu dan bisa secepatnya menikahi Rere, setelah itu entah apa yang akan terjadi, biarkan saja mengalir seperti air di sungai.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Bucinnya Rajendra 💞
lama-lama bohong, tapi jadi cinta beneran loh ntar 🔥
2023-03-08
1