Diambang Batas Amarah.

Perang dingin antara Aldin dan Rere masih terus berlanjut hingga beberapa Minggu kemudian. Sebenarnya Aldin sudah bersikap baik pada Rere, tapi wanita itu selalu menanggapinya dengan dingin. Aldin beberapa kali melihat Rere muntah-muntah hebat hingga wanita itu lemas, tapi ketika ia mendekat, Rere malah marah-marah dan justru membuat dirinya ikut kesal.

Pagi itu seperti biasa, Aldin sudah terbangun terlebih dulu, ia melihat belum ada apapun di meja makan pertanda jika Rere belum bangun. Tak lama terdengar suara Rere yang muntah dari dalam kamar. Aldin langsung berjalan mendekat untuk melihat apa yang terjadi.

"Rere?" Aldin membesarkan matanya saat melihat Rere terkulai lemas di depan wastafel kamar mandi.

"Masih mau muntah lagi?" Tanyanya dengan wajah cemas, Aldin memijat tengkuk Rere untuk mencoba membantu wanita itu.

Rere melirik Aldin sekilas, ia kembali mual tapi tidak bisa muntah, hanya perutnya yang terasa perih.

"Ngapain disini? Tidak usah sok perduli," kata Rere lemah, ia menepis tangan Aldin yang menyentuh dirinya.

Aldin menghela nafas panjang, selalu saja seperti ini, padahal ia hanya berniat membantu. Tanpa banyak berkata, Aldin langsung menggendong tubuh Rere membawanya masuk ke kamar.

"Kau mau apa? Turunin nggak?" Rere mencoba berontak meski tubuhnya lemah.

"Diam! Kau sedang mengandung anakku, jadi aku berhak membantumu untuk memastikan kalau anakku baik-baik saja." Untuk pertama kali setelah mereka menikah, Aldin membentak Rere dengan suara yang cukup keras hingga membuat wanita itu kaget.

Aldin merebahkan Rere ke kasur, wajahnya begitu dingin dan sama sekali tidak tertebak. Ia bangkit untuk mengambil minyak kayu putih dikotak obat lalu mengoleskannya ke sekitar leher Rere.

"Aku bisa sendiri," cetus Rere mengambil minyak itu tapi Aldin malah menjauhkannya.

"Jangan memancing amarahku," kata Aldin dingin.

"Sebenarnya apa sih maumu Al? Kenapa kau harus perhatian padaku? Kenapa kau tidak mengabaikan ku saja?" kata Rere memandang Aldin tajam.

"Lalu, apakah aku harus membiarkanmu kesakitan didepan mataku sendiri begitu?" sergah Aldin tidak habis pikir dengan pemikiran Rere.

"Setidaknya itu lebih baik," sahut Rere merampas minyak kayu putih itu

"Apanya yang lebih baik, kau tahu hubungan antara Ibu dan Ayah itu sangat penting untuk pertumbuhan bayi di dalam perut, jika kau terus-menerus seperti ini, anak kita juga yang terkena imbasnya," ujar Aldin kesal.

"Iya, aku memang Ibu yang bodoh dan tidak bisa menjaga bayi ini. Sekarang kau mau apa? Menceraikan ku? Silahkan, bercerai nanti atau sekarang toh efeknya sama saja," bentak Rere semakin meradang, hormon kehamilan dalam dirinya memaksa Rere untuk menantang Aldin dengan tatapan tajamnya.

"Apa yang kau katakan?" Aldin tak kalah marahnya, mendengar kata bercerai malah membuat dirinya tersulut.

"Aku tahu kau mendengarnya, Al. Aku ingin bercerai darimu, kau hanya ingin anak ini 'kan? Tenang saja, aku akan menyerahkan bayi sialan ini begitu dia lahir nanti." Rasa sakit hati yang terpendam dalam diri Rere selama ini sudah tidak terbendung lagi. Ia melupakan segala amarahnya detik itu juga.

Aldin mengepalkan tangannya erat, kesabarannya sudah mulai habis. Ditambah kata-kata Rere yang menurutnya sangat menyakitkan membuat darahnya mendidih.

"Kau ingin bercerai? Baik, aku akan melakukannya sesuai keinginanmu. Tapi selama kau masih menjadi istriku, aku masih berhak atas dirimu." Aldin menyeringai bengis, ia tiba-tiba merampas botol minyak kayu putih tadi lalu mendorong Rere ke ranjang dengan keras.

"Al! Kau mau apa?!" Rere berteriak kaget, ia berontak saat Aldin mendidih tubuhnya.

"Kau! Aku mau kau! Hanya kau satu-satunya wanita yang berani membuatku seperti ini, sudah cukup kesabaranku selama ini Rere!" Aldin menarik kedua tangan Rere keatas kepala lalu ia membenamkan ciumannya ke bibir Rere dengan kasar dan brutal.

Rere tentu sangat kaget dan ia menolak sentuhan itu, ia tidak mau Aldin menyentuhnya, apalagi dengan penuh amarah seperti ini. Ia mencoba melawan tapi Aldin menciumnya dengan sangat dalam dan brutal, ia merasa kini bibirnya berdarah karena Aldin menggigitnya.

"Al, stop, sakit Al ... " Tangis Rere pecah saat Aldin menurunkan ciumannya ke leher dan dadanya, pria itu tak segan merobek bajunya dengan sangat kasar.

Aldin tidak menggubrisnya, rasa amarah bercampur gairah membuat dirinya lepas kendali. Ia paling benci dengan kata-kata perceraian, Rere seolah-olah menolak dirinya dan akan pergi meninggalkannya seperti Zoya waktu itu. Rasa takut yang merajalela justru membuat dirinya sangat egois memaksa Rere untuk melayaninya meski wanita itu sakit.

"Al, aku mohon hentikan Al, ingat anakmu." Rere kembali memohon, ia ketakutan saat kini keduanya sudah tidak menggunakan sehelai benang.

"Kau harus tahu, setelah kau menjadi milikku, kau akan selalu menjadi milikku. Jadi jangan coba-coba lari dariku Rere," ucap Aldin dengan wajah bengisnya.

"Akhhhhhhh!!!!" Rere menjerit pelan saat Aldin menyentuhnya dengan sangat kasar, tangannya menggenggam sprei dengan kuat seiring tangisnya yang lolos membasahi pipinya.

Seberapapun Rere menolak, mencakar dan berontak, tidak menyurutkan niat Aldin untuk menyentuh wanita itu. Justru semakin Rere berontak, Aldin akan semakin menggila. Tubuhnya sudah penuh dengan jejak percintaan yang ditinggalkan Aldin selama percintaan mereka.

Rere akhirnya pasrah saat Aldin menyentuhnya dengan brutal, hilang sudah rasa cinta Rere pada pria ini, kini yang terasa hanya rasa amarah dan kekecewaan yang membuat ia tidak mau lagi melihat wajah pria itu.

"Sekali lagi kau meminta bercerai dariku, aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini," ucap Aldin setelah menyelesaikan semuanya, pria itu tidak perduli dengan Rere yang meringkuk menahan perih di hati dan di sekujur tubuhnya.

Rere memeluk dirinya sendiri seraya menangis keras, Aldin bukan hanya menyakiti fisiknya, pria itu juga menorehkan luka yang teramat dalam dihatinya.

"Aku membencimu, Al."

******

Aldin mengamuk di dalam kamar, ia terlihat memukuli dirinya sendiri setelah melakukan hal yang sangat menjijikan itu pada Rere.

"Bo doh! Apa yang sudah aku lakukan! Aku telah menyakitinya! Bo doh!" Aldin marah kepada dirinya sendiri, ia menampar wajahnya dengan keras berkali-kali hingga memerah, tapi rasanya semua hal itu tidak sebanding dengan apa yang telah dia perbuat.

Aldin terus memukuli dirinya sendiri dan membanting apa saja yang ada di kamarnya. Ia menyesal, tapi ia juga tidak berdaya. Ia tidak tahu kenapa dirinya bisa se egois ini.

"Rere ..." Teringat akan perbuatannya, Aldin segera beranjak dari kamarnya, ia mendatangi Rere untuk melihat keadaan wanita itu.

Sesampainya disana, Aldin hanya bisa menunduk lesu saat melihat Rere yang masih meringkuk tidak berdaya. Ia menangis dan langsung memeluk wanita itu.

"Maafkan aku, maafkan aku ..." ucap Aldin menangis histeris, ia memeluk Rere yang terkulai pucat.

Tidak ada respon apapun membuat Aldin semakin panik, ia melihat wajah Rere yang pucat dan bibirnya yang biasanya merah terlihat membiru karena ulahnya tadi. Menyesal dan hanya bisa menyesal setelah hal bodoh itu terlanjur diperbuat.

Aldin tidak menunggu waktu lagi, ia mengambil salah satu baju Rere lalu memakaikannya. Setelah itu ia segera membawa Rere ke rumah sakit, ia hanya bisa berharap Rere dan bayinya akan baik-baik saja.

Happy Reading.

TBC.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

makanyalah,,,kalian it sm² ogeb 🥱🥱🥱

2023-05-13

1

Sky Blue

Sky Blue

Kssian sma Rere, hrusnya kalian bicaran baik2.
Bkan mlah slaing adu mulut smpai brakhir kyak gitu...😣😣


Smoga aja Rere dn bayinya baikw aja ya😣😣😣



Slamat berkarya kax🥰

2023-03-19

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 59 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!