Malam semakin larut, Aldin terlihat masing terjaga disamping Rere. Pria itu mendengarkan suara air hujan yang masih meninggalkan rintiknya. Sudah dua jam lebih setelah malam panas yang gagal tadi, kedua pasangan pengantin baru itu tampak hanya diam dengan pikirannya masing-masing.
"Apa kau sudah tidur?" Tanya Aldin melirik Rere.
Rere tidak menyahut, ia masih begitu malu setelah kejadian tadi. Ia tidak henti mengutuk kebodohannya yang hampir saja terlena oleh godaan Aldin. Ini tentu tidak boleh dibiarkan, ia harus menjaga hati dan dirinya agar terperangkap pada pria itu.
"Aku tahu kau belum tidur, tentang masalah tadi-"
"Aku lapar dan ingin makan." Rere langsung menyela sebelum Aldin menyelesaikan ucapannya, ia tidak mau lagi membahas hal yang memalukan tadi.
"Mau makan apa?" Tanya Aldin.
"Apa saja, pokoknya aku mau makan," kata Rere masih dengan sikapnya yang membelakangi Aldin.
"Ini sudah sangat malam, tidak ada restoran yang akan buka," kata Aldin melirik jam dinding di kamar Rere.
"Tapi aku lapar, anakmu minta makan sekarang," kata Rere tanpa sadar menggunakan kata anak untuk membuat Aldin menuruti keinginannya.
Aldin mengulas senyum tipisnya, ia memutar tubuhnya lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh perut Rere.
"Kau?" Rere begitu kaget, ia melirik Aldin yang kini seperti memeluknya dari belakang.
"Benarkah dia yang meminta?" Aldin bertanya seraya mengulas senyumnya, hatinya menghangat saat bisa menyentuh anaknya yang masih dalam kandungan.
"Ya, ya, tentu saja dia," sahut Rere mendadak gagap, otaknya mulai tidak bekerja jika sudah berdekatan dengan Aldin.
"Baiklah, kita cari makan sekarang saja. Ayo," ucap Aldin langsung saja setuju, dulu saat Zoya hamil, hal seperti ini yang paling ditunggunya. Zoya yang manja dan meminta sesuatu yang aneh.
Eh, tapi kenapa ia malah menyamakannya dengan Zoya?
"Ayo?" Rere mengernyit, ia memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Aldin.
"Kau ingin makan bukan? Ayo kita cari sama-sama, aku tidak tahu apa yang anak kita inginkan," ucap Aldin menatap lurus mata Rere yang bergerak-gerak menatapnya.
Rere tertegun, hatinya tiba-tiba bergetar saat Aldin mengatakan hal seperti itu. Pria itu menyebut anak mereka dengan nada selembut itu?
"Bagaimana?" Aldin bertanya kembali karena Rere hanya diam.
"Baiklah, aku akan ganti baju dulu," kata Rere mengangguk setuju.
Aldin ikut mengangguk, ia bangkit lalu turun dari ranjang, ia memungut kemejanya yang sempat ia lempar tadi lalu berjalan keluar kamar.
Rere memastikan sampai Aldin keluar baru ia turun dari ranjang. Ia cepat-cepat mengambil bajunya yang ada di lemari, sekilas Rere melihat tubuh po losnya di kaca rias. Matanya sontak membesar saat melihat leher dan dadanya penuh bercak merah akibat ulah Aldin.
"Dasar! Pria itu benar-benar mesum!" Rere menggerutu kesal, ia mau tak mau mengambil bajunya yang berkerah tinggi agar bisa menutupi kissmark yang dibuat Aldin.
Setelah ia siap, ia langsung menghampiri Aldin di ruang depan. Pria itu terlihat melihat ponselnya seraya menikmati rokok.
Pria itu juga perokok juga ternyata. batin Rere sedikit tidak menyangka jika muka kalem seperti Aldin bisa merokok juga.
"Ehem!" Rere berdehem untuk menyadarkan pria itu.
"Sudah siap?" Aldin menyimpan ponselnya ke dalam saku lalu menatap Rere.
"Ya," sahut Rere singkat.
"Baiklah, kita berangkat sekarang," kata Aldin bangkit dari duduknya lalu berangkat untuk mencari makanan.
*****
"Mau makan apa? Nggak ada tempat yang buka ini?" Aldin menatap sekelilingnya dimana semua toko sudah tertutup hampir sebagian besar, tentu saja karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam.
"Aku pengen jagung rebus," ucap Rere tiba-tiba menginginkan makanan itu.
"Jagung rebus? Dimana mencarinya?" Tanya Aldin bingung.
"Dulu aku pernah melihat ada penjual disekitar GOR, coba kita kesana saja," kata Rere semangat.
"Baiklah." Aldin menurut tanpa memprotes, ia membawa mobilnya ke tempat yang ditunjukkan Rere.
Beruntungnya bagi mereka, ternyata penjual jagung rebus itu masih ada disana membuat Rere kegirangan. Ia bahkan begitu tak sabar saat turun dari mobil.
"Pelan-pelan, kau sedang hamil," tegur Aldin menggeleng setuju melihat tingkah Rere yang sembrono itu.
Rere mengabaikannya, ia terburu-buru menghampiri penjual jagung rebus itu. "Pak, aku mau jagung rebus dua," kata Rere langsung saja.
"Baik Neng, ditunggu ya," sahut bapak-bapak penjual jagung rebus itu terlihat kesenangan karena dagangannya masih utuh.
"Masih utuh ya, Pak?" Tanya Aldin melirik beberapa jagung yang masih tertata rapi didalam bakul.
"Iya ini, sepi malam ini karena daritadi sore hujan terus," sahut penjual jagung menghela nafas pendek.
"Ya udah, saya beli aja semuanya, Pak."
"Wah, terimakasih Nak." Penjual jagung itu sangat kesenangan.
"Kau serius ingin membeli semuanya? Buat apa?" Rere bertanya kaget.
"Nanti juga habis, kasihan bapaknya biar cepet pulang," bisik Aldin.
Rere tidak menyahut, ia hanya mengernyit heran, dalam hati ia kagum melihat sikap Aldin yang mau menolong orang lain. Ternyata pria ini tidak terlalu buruk sifat aslinya.
"Duduk sini, kamu nanti capek kalau berdiri terus," ucap Aldin menarik lembut tangan Rere agar duduk di trotoar.
"Iya," sahut Rere lagi-lagi dibuat kagum dengan sikap kagum, meksipun pria itu dari keluarga kaya, tapi Aldin sama sekali tidak risih saat harus makan di pinggir jalan seperti ini.
"Ehm, yang kemarin datang itu Ayah sama saudara kamu?" Tanya Rere mendadak ingin tahu tentang kehidupan Aldin.
"Kenapa? Ganteng ya?" ujar Aldin melirik Rere.
"Ish, aku tuh nanya, malah nanya balik," cetus Rere mengerutkan dahinya.
"Bukan, mereka buka keluarga aku," jawab Aldin.
"Hah? Bukannya dia Ayah kamu?" Rere menatap Aldin dengan pandangan bingungnya.
"Ayahku sudah meninggal saat aku masih kecil, yang datang kemarin itu adalah majikan Ayah aku dan anaknya. Aku hanya meneruskan apa yang sudah menjadi tugas Ayahku," ucap Aldin mengatakan saja apa yang sebenarnya.
"Majikan?" Rere semakin bingung.
"Ini jagungnya Neng." Obrolan mereka terputus tatkala penjual jagung datang memberikan jagungnya.
"Terimakasih, Pak." Aldin mengulas senyum tipisnya. "Makan dulu, katanya tadi pengen," kata Aldin melirik Rere.
Rere masih menatap Aldin dengan tatapan penuh tanya, tapi ia menurut untuk memakan jagung rebus pesannya. Perutnya benar-benar lapar membuat ia begitu lahap memakannya.
"Aku hanya dari keluarga biasa, seorang anak pembantu yang kebetulan mendapatkan majikan yang baik. Aku bisa sekolah hingga perguruan tinggi berkat bantuan Paman Anderson," ucap Aldin mulai bercerita kembali.
Rere hanya mendengarkan dengan menikmati jagung rebus nya, malam itu Rere benar-benar melihat sisi yang berbeda dari suaminya. Rere menerka, apakah itu alasan kenapa tatapan mata Aldin selalu terlihat sendu?
Selain itu Rere lagi-lagi dibuat kagum dengan sikap Aldin, saat mereka pulang ke rumah, tadinya Rere berpikir jika Aldin akan membuang jagung yang sudah dibelinya dengan harga yang cukup mahal karena Aldin memberikan lebihan uang.
Namun, ternyata Aldin membagikan jagung itu kepada para anak jalanan dan pengemis yang tidur didepan toko-toko yang tertutup. Benar-benar pria yang hebat.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nona Muda❤️
Lanjut thor
2023-03-10
1