Bab 20

Sarah mulai mengambil hasil belajaannya, dimana ia melihat gaun berwarna pink yang baru saja ia beli. " Natasha pasti cocok pakai baju ini. "

Cekrek ....

Suara pintu dibuka, Rudi datang. Ia duduk disamping sang istri. " Mah, masih marah?"

"Apaan sih papah ini suka nggak jelas. "

"Habisnya mama itu, selalu cemberut dan marah marah tanpa alasan. "

"Ya iya, mama tahu itu."

Menarik napas sembari memegang gaun berwarna pink itu, Rudi mulai bertanya. " Gaun untuk Natasha?"

"Iya pah!"

"Kenapa tidak memberikan langsung pada orangnya?"

"Mm, justru itu, mama mau memberikan ini pada Natasya, tapi ...."

"Tapi kenapa?"

"Papah tahu sendirikan Natasha itu beda dengan wanita lain, dia susah di atur!"

"Kamu sebagai ibunya, harus sabar, diakan anak kita satu satunya."

"Iya, mamah juga berpikir seperti itu. Tapikan. "

"Sudah, tak usah banyak tapi, tapi. Sebaiknya malam ini kita fokus pada tujuan kita datang ke acara pesta itu dengan membawa Natasha, jika orang lain mengatai anak kita, tak usah kita dengar. Oke. "

Mendengar perkataan Rudi, membuat Sarah sedikit tenang, pada akhirnya ia hanya bisa pasrah dengan semuanya.

"Ya sudah, mama mau memberikan gaun ini pada Natasha. "

Bangkit dari ranjang tempat tidur, Sarah mulai berjalan menuju ke kamar Natasha.

"Mudah mudahan saja, Natasha kali ini mau mendengarkan perkataanku. "

Sampai di pintu kamar anak semata wayangnya itu, Sarah mulai mengetuk pintu kamar dengan perlahan.

Tok .... Tok .... Tok.

"Iya." Natasha membuka pintu, " Mama."

Hampir menutup kembali pintu kamarnya, dimana Sarah dengan sekuat tenaga mendorong kamar anaknya. " Natasha, kenapa malah menutup pintu kamar kamu lagi. Izinkan mama masuk. "

"Tidak, Natasha tidak mau .... "

"Natasha."

Kekesalan kembali lagi menyerang hati dan pikiran Sarah, kata kata Rudi untuk bisa bersabar hilang begitu saja. "Natasha, mama pastikan kamu bakal kena akibatnya jika tidak membuka pintu sekarang juga. "

"Natasha tak peduli ma. Bodo amat. "

"Natasha, mau mama kutuk kamu jadi tai."

Natasha sempat berpikir, " bisa bisanya, ada seorang ibu mengutuk anaknya menjadi tai. Helo jaman apa itu. "

"Haduh, ma. Jangan bercanda ya, mana ada kutukan semacam itu. "

"Heh, pasti ada aja. "

Sarah mendorong pintu kamar anaknya dengan kemarahan yang menggebu gebu, sampai dimana. Brukkk .... Natasha terjatuh dengan posisi terlentang.

Dada Sarah naik turun, melihat tingkah anaknya.

"Haduhh, ma. Kenapa pake acara mendobrak pintu kamar segala sih."

"Habisnya siapa suruh susah diatur. "

Bangkit dengan memegang pinggang, badan Natasha sedikit membungkuk. " Ada apa sih ma, sampai bersikukuh ingin masuk. "

"Nih, nanti malam kamu pakai gaun ini ya." Printah sang mama kepada anaknya.

"Haduhh gaun lagi, malas ah mam. Kenapa harus ngajak ngajak Tasya segala, " tolak Natasha. Wanita bermata bulat itu mulai duduk di atas kursi.

"Natasha, kemarin kamu kabur saat mama ajak kamu ke pesta, sekarang seribu alasan kamu layangkan, Tasya. Come on, apa kamu tidak mau jadi wanita seperti pada umumnya, kamu harapan mama dan papa, jika kamu tidak dibiasakan datang ke acara seperti itu, siapa yang nanti akan meneruskan perusahaan papa kamu," ucap Sarah, menjelaskan semuanya kepada Natasha.

"Ma, meneruskan perusahaan tak perlu datang ke acara pesta kaya begituan. Hanya buang buang waktu saja, acara kaya begitu hanya memamerkan harta dan kekayaan saja, " balas Natasha. Sarah tahu jika anaknya itu memang tak menyukai bisnis, sekalipun di paksa. Natasha malah akan memberontak.

"Satu kali ini saja ya, agar mama dan papah itu tidak dipertanyakan terus menerus tentang kamu kepada sahabat mama dan papah kamu, " pinta sang mama memohon pada anaknya.

"Hah, mama ribet amat, kalau ada yang nanya cukup bikin alasan saja," ketus Natasha. Dimana Sarah menggelengkan kepala, mendengar perkataan anaknya.

"Ya sudah, kalau itu kemauan kamu, mama tidak akan memaksa lagi, " ucap Sarah dengan raut wajah kecewa.

Natasha tiba tiba tersentuh dan merasa kasihan terhadap Sarah sang mama.

"Mah."

Sarah tetap saja berjalan, tak mendengar perkataan anaknya.

"Mah."

"Baiklah, Natasha malam ini mau ikut ke pesta bersama mama dan papah."

Sarah yang mendengar perkataan anaknya, kini tersenyum lebar, lalu menjawab," benarkah itu sayang."

"Iya, mah. Tapi mama harus janji, jangan menjodoh jodohkan Natasha."

Mama muda itu menganggukkan kepala dan menjawab. " mama janji sayang. Ya sudah sekarang mama mau memberitahu dulu papah kamu oke. "

"Ya."

Natasha mengacak rambutnya dengan kasar, setelah melihat kepergian Sarah.

"Bodoh, kamu Natasha. Ngapain coba kamu menuruti keinginan mama kamu, hah. Datang ke acara kaya begituan, tidak level untuk penyanyi rock in roll. Seperti kamu. " Menggerutu kesal, Natasha melihat gaun yang diberikan sang mama.

Ia memasangkannya, " Ya ampun, prices model apa ini. "

Natasha mengerutkan bibirnya, ia duduk kembali. Menyandarkan dagu pada telapak tangan.

"Apes banget hidupku. "

******

"Papah."

Terlihat Iyem tengah menarik kerah baju Rudi, dimana kedua mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Papah."

Keduanya terlihat berjaga jarak, " mama. " Rasa gelisah mulai dirasakan Rudi.

"Sedang apa kalian di dapur?" Sarah menatap ke arah Iyem, terlihat pembantu baru itu menundukkan wajah.

"Mama jangan salah paham dulu, papah hanya menyuruh Iyem menghangatkan apemnya, eh maksud papah menghangatkan roti bakar yang baru saja papah beli gitu. " Dengan nada bicara yang terdengar gugup, membuat Sarah berkata.

"Iyem."

"Ya bu. "

Dengan rasa takut, Iyem berusaha menampilkan wajahnya yang tak ingin disalahkan.

"Besok kamu kemasi barang barang kamu dari rumah ini. Saya berharap nanti pagi tidak melihat waja kamu lagi. "

Deg ....

"Tunggu sayang, apa maksud kamu mengatakan hal itu?"

Sarah melirik kearah suaminya, "Masa kamu tidak mengerti sih pah, bukannya sudah jelasnya apa yang aku katakan pada si Iyem, pembantu baru kita ini. "

"Jadi, kamu memecat si Iyem?"

tanya Rudi, masih tak percaya akan keputusan istrinya.

"Ya bisa dibilang seperti itu pah. Memangnya kenapa, kamu tidak suka ya!?" tanya kembali Sarah, dengan raut wajah mempelihatkan kebencian pada Iyem.

"Kasihan dia, Iyemkan baru bekerja di sini. Sayang, " bela Rudi pada pembantu barunya itu.

"Justru itu aku memecat dia, karena rasa kasihan, kamu ini gimana sih pah, sudah ah mama. Mau makan siang dulu, " balas Sarah, pergi dari hadapan mereka berdua.

"Tuan ini gimana sih, Iyemkan jadi dipecat sama Nyonya. " Ketus Iyem, memukul bahu Rudi.

"Loh, kok kamu jadi nyalahin saya sih Yem, bukannya kamu yang nawarin saya ampem anget, di dapur," balas Rudi, membuat Iyem menggerutu kesal. " Ya, tapi nggak perlu berkata jujur juga kali Tuan. Aah, jadi deh di pecat. "

Menggaruk belakang kepala, Iyem mengijak ngijak lantai dengan raut wajah sedihnya.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21 Salah
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75 Main bola
76 Bab 76 Teriakan Edwin
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 87
87 Bab 88
88 Bab 89
89 Bab 90
90 Bab 100
91 Bab 101
92 Bab 102
93 Bab 103
94 Bab 104
95 Bab 105
96 Bab 106
97 Bab 107
98 Bab 108
99 Bab 109
100 Keraguan hati.
101 Bab Rasa penasaran Perwira
102 Operasi di mulai
103 kejutan
104 Tak percaya.
105 Tangisan Perwira
106 Ingin mendengar Natasha berkata jujur.
107 Tersenyum
108 Terkejut
109 Menabrak.
110 Obrolan Perwira dan Edwin.
111 Lorenza kenapa?
112 Seperti mimpi.
113 Debat lagi.
114 Sarah benci suster
115 Ketakutan Suster Gina.
116 116
117 117
118 118
119 Merenungnya Edwin.
120 120
121 Bunga untuk sang istri.
122 Pulang ke rumah.
123 Natasha melahirkan
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21 Salah
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75 Main bola
76
Bab 76 Teriakan Edwin
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 87
87
Bab 88
88
Bab 89
89
Bab 90
90
Bab 100
91
Bab 101
92
Bab 102
93
Bab 103
94
Bab 104
95
Bab 105
96
Bab 106
97
Bab 107
98
Bab 108
99
Bab 109
100
Keraguan hati.
101
Bab Rasa penasaran Perwira
102
Operasi di mulai
103
kejutan
104
Tak percaya.
105
Tangisan Perwira
106
Ingin mendengar Natasha berkata jujur.
107
Tersenyum
108
Terkejut
109
Menabrak.
110
Obrolan Perwira dan Edwin.
111
Lorenza kenapa?
112
Seperti mimpi.
113
Debat lagi.
114
Sarah benci suster
115
Ketakutan Suster Gina.
116
116
117
117
118
118
119
Merenungnya Edwin.
120
120
121
Bunga untuk sang istri.
122
Pulang ke rumah.
123
Natasha melahirkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!