Sarah mulai mengantarkan Edwin ke kamarnya, " Ya sudah Nak Edwin, biar ibu antarkan ke kamar tamu."
"Baik tante. "
Mereka berjalan, dimana suasan rumah tampak sepi, dari tadi Edwin tak melihat seorang lelaki.
"Oh ya, kemana suami tante?"
Sarah terlihat bersedih saat Edwin bertanya tentang sang suami, dimana ia langsung menjawab, " Suami tante meninggal dunia, karena jatuh dari pohon asem. "
"Pohom asem, kan pendek tante. Kok bisa langsung mati gitu?" tanya Edwin terdengar lancang.
"Kan dia punya penyakit jatung, karena liat tante jalan sama berondong!" jawab Sarah berterus terang, seakan rasa malunya hilang.
Edwin menggelangkan kepala, bisa bisanya ada model ibu seperti Sarah.
"Ya sudah, nih, tante tunjukin kamar tamunya."
Kamar yang Edwin lihat cukup lumayan besar dan terlihat nyaman." Gimana kamu suka nggak. "
"Suka tante, nyaman, bersih dan wangi, " balas Edwin. Sarah tiba tiba menggeliat seperti ular yang siap di buru oleh sang jantan.
"Tente kenapa, menggeliat kaya begitu?" tanya Edwin, terlihat bergidik ngeri.
"Owh, biasa kalau tante di puji selalu begini!" jawab Sarah, menghentikan badannya untuk tidak genit pada calon menantunya.
"Semoga kamu betah. " ucap Sarah, dimana ia langsung berpamitan dari hadapan Edwin.
Anak muda itu, segera mungkin mengunci pintu kamarnya, ia merasakan hawa panas karena melihat tingkah wanita yang menjadi ibu Natasha itu.
"Bisa bisanya ada tante tante begitu menggoda, kok aku jadi ngeri ya liatnya, apalagi anaknya. Udah kaya preman pasar yang mau malak para pedagang. " ucap Edwin, dimana ia langsung merebahkan tubuhnya.
Jam sudah menunjukkan pukul satu malam, Edwin merasakan rasa haus pada tenggorokannya, ia melihat ke arah meja di kamarnya tidak ada air. Apalagi makanan, perutnya terasa keroncongan.
Dengan terpaksa, Edwin beranjak bangkit dari tempat tidurnya untuk segera mengambil air minum.
"Lemas sekali, badanku. "
Berjalan gontai, membuka pintu kamar. Edwin melangkah mencari ruangan dapur.
"Dimana dapurnya. "
Semua ruangan sedikit gelap, hanya ada penerang kecil, Edwin terkejut melihat Sarah ibunda Natasha tengah memakai pakaian dalam saja, sembari berjoget ria.
"Astaga, pemandangan apa itu." Terburu buru pergi, mencari ruangan dapur.
Brukk ....
Edwin menabrak seseorang, yang dimana itu adalah Natasha.
"Aduhh, lu. Kalau jalan pakai mata dong. " Hardik Natasha, berusaha bangkit, namun susu yang ia bawa berserakan keatas lantai, membuat Natasha kesusahan untuk berdiri.
Natasha jatuh dan terjatuh lagi, dimana Edwin menawarkan diri, "Mau aku bantu berdiri tidak. "
Natasha yang keras kepala, menjawab. " Tidak usah. "
"Baiklah kalau begitu. " Edwin melangkahkan kakinya lagi untuk pergi dari hadapan Natasha yang berusaha berdiri.
"Ahk, licin sekali ini lantai, heh. Lu. "
Langkah kaki Edwin kini terhenti, dimana ia membalikkan badan. " Seperti ada yang bicara siapa ya. " Edwin seakan sengaja, membuat Natasha murka.
"Heh, gue butuh bantuan lu, cepat bantu gue. "
ucap Natasha meminta bantuan pada Edwin, mamun Edwin malah diam, mengabaikan perkataan Natasha.
"Jadi kamu mau aku bantu?" tanya Edwin, dimana Natasha memperlihatkan wajah juteknya.
"Ya ia lu, siapa lagi, di sini cuman ada gue dan lu, mama gue udah tidur!" jawab Natasha, sedikit malu meminta bantuan pada Edwin.
Edwin mulai berdiri dari hadapan Natasha, dengan berkata, " tadi aja, nggak usah. Eh sekarang ingin dibantu. "
"Sialan si k*mpret ini, bisa bisanya bikin gue malu sendiri, awas aja ya. " Gerutu hati Natasha.
Edwin tersenyum tipis, melihat Natasha memajukan kedua bibirnya, perlahan Edwin menyodorkan tangannya. "Ayo."
Natasha mulai meraih tangan Edwin, dimana ia sengaja menarik tangan itu, dan Brukk ....
Keduanya saling bertatapan. Antara kubangan susu di atas lantai.
"Apa lu liat liat, " ucap Natasha, mempelihatkan bibir tebalnya, membuat Edwin menelan ludah. Ia lalu memalingkan wajah.
"Aku tidak melihat apapun," balas Edwin, berusaha bangkit, namun ia malah terjatuh dan menimpa tubuh Natasha, hingga keduanya berdempet.
"Ahkkk."
Natasha menjerit, karena tumpukan gunungnya tertekan oleh Edwin.
Sang mama yang tengah bernyanyi dan menari, bergegas melilitkan handuk pada tubuhnya, melihat kenapa Natasha anaknya menjerit.
"Natasha ada apa dengan anak itu, ganggu saja. "
Sarah datang menuju ke suara jeritan anaknya, ia melihat hal tak terduga dimana, anaknya dan juga seorang lelaki tengah berdempetan.
Menarik Edwin, hingga mereka tidak saling berdempet lagi.
"Berhenti berteriak Natasha. "
Natasha kini terdiam, dimana tatapan sang mama mengisyaratkan kemarahan.
"Sedang apa kalian di dapur malam malam begini?" tegas sang mama. Berkacak pinggang dihadapan keduanya.
"Mama tanya sama kalian berdua, sedang apa?" tanya kembali Sarah, mereka saling menantap satu sama lain.
"Mama, tadi Natasha jatuh. Meminta tolong kepada Edwin untuk membantu Natasha berdiri." balas Natasha menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Apa kamu bilang. Kamu menyuruh burung Edwin berdiri. " Hardik Sarah, pendengarannya seperti terganggu.
"Ya ampun mama, mama ini budek apa cogean sih. Tadi Natasha bilang, minta bantuan," Teriak Natasha pada telinga sang mama.
Sarah tak terima dengan teriakan anaknya, ia kini menjewer telinga Natasha. " Bisa lembut tidak kalau berbicara. "
"Aduhh, mah. Padahal tadi Natasha sudah jelasakan tapi mamanya aja yang tuli, " Ketus Natasha, jeweran tangan Sarah semakin keras, membuat ia semakin kesakitan.
"Aduhh, ma, aduhh. Sakit sekali, " teriak Natasha.
Edwin hanya terdiam, ia menatap kearah Sarah yang memarahi habis habisan anaknya, " kamu harus diberi pelajaran ayo ikut mama. "
"Aduh, ma, jangan ditarik gini sakit. "
"Siapa suruh kamu nakal. "
Edwin ingin membela, namun ia tak bisa karena kemarahan Sarah tak terkontrol membuat ia tak berani melawan ataupun memberi penjelasan.
Edwin segera mungkin melangkah, menuju ke arah dapur, untuk segera minum air yang ia inginkan dari tadi.
*******
Natasha ternyata dibawa oleh sang mama ke kamarnya, " cepat duduk. "
"Aduh ma. Lepaskan dulu jewerannya. "
Natasha mulai duduk atas dasar perintah sang mama. Terlihat ia menggosok gosok telinganya yang terlihat memerah.
Sarah duduk disamping anaknya, lalu bertanya. "
Kenapa kamu melakukan hal tidak pantas di dapur. "
Sarah melihat ke arah baju dan celana anaknya yang sudah basah. Terkena susu yang berserakan di atas lantai.
"Ma, semua tidak seperti apa yang mama pikirkan. Natasha hanya terjatuh dan di bantu oleh Edwin berdiri. Namun saat Edwin mulai membantu Natasha ia malah ikut jatuh, hingga badan kami terhempit dan membuat kedua gunung Natasha tertekan hingga Natasha kesakitan. "
Sang mama memegang kedua tumpukan gunung milik anaknya, lalu menatap dengan detail. Masih kenyal. " Apa sih mah, pake acara di pegang begitu, sakit tahu."
"Tapi kamu tidak berniat main kuda kudaankan?" tanya sang mama membuat Natasha bosan menjelaskan semuanya, sampai sampai ia memukul jida lalu berkata, " haduh mama. Harus dijelaskan bagaimana lagi sih. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments