Natasha menggerutu kesal dalam hatinya. "Mana mungkin aku harus menikah dengan lelaki cungkring seperti dia. Yang ada pas malam pertama sudah remuk semua tulangnya oleh badanku. Mm."
Sedangkan Edwin hanya menghelap napas panjang dimana Natasha bertanya?" sesak napas bos."
Menyipitkan kedua mata, seakan pernikahan mereka bagai sebuah bencana alam semesta.
"Edwin, Natasha. Kami berharap kalian bisa menjadi suami istri yang harmonis. "
Perkataan Loreza, membuat keduanya saling memalingkan wajah, keterpaksaan pernikahan seakan membuat Edwin dan Natasha tak berdaya.
"Mommy, Daddy. Edwin pamit dulu mau mengantarkan cewek aneh ini pulang ke rumahnya?"
Lorenza meresa heran dengan perkataan anaknya, dimana Edwin mencium pipi kiri sang ayah dan ibunya." Hati, hati ya sayang."
Menganggukkan kepala, Edwin mulai menarik tangan Natasha menuju ke dalam mobil.
"Natasha."
Natasha yang ditarik paksa oleh Edwin kini menjawab, " Ahk, ia tante. "
"Salam pada mama dan papahmu ya sayang. "
"Pastinya tante. "
Edwin kesal dengan keakraban Lorenza dengan Natasha ia tak suka, karena semua akan memperburuk kehidupannya.
Setelah sampai di parkiran mobil, Edwin mulai mendorong tubuh Natasha masuk ke dalam mobil,
"Gila ya ini orang. "
Menggerutu kesal, Natasha hanya duduk dengan posisi badan yang kurang nyaman.
Namun Edwin malah sengaja masuk dan langsung mengencangkan sabuk pengaman, melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
"Heh, Bang*s*t. Lu nggak kira kira ya, gue cewek bukan b*nc* seenak lu jidat bawa mobil ugal ugalan. "
Edwin malah memasangkan hadset pada telinganya, tak mempedulikan kemarahan Natasha dibelakang mobil.
"Benar benar gila dia. Awas saja, setelah sampai di rumah gue beri lu pelajaran. " Niat jahat mulai terselubung pada pikiran Natasha, ia sudah merencanakan sesuatu yang menurutnya menarik.
Menatap ke arah cermin, Edwin hanya tersenyum kecil lalu berkata dalam hati. " M*mpus lu, siapa suruh sok ngerjain gue. "
Setengah perjalanan, Edwin mulai melepaskan handset yang ia pakai, dimana ia membalikkan wajahnya ke arah Natasha dan bertanya, " rumah kamu ada dimana?"
Natasha hanya diam, ia malas mengatakan alamat rumahnya. " Gue turun saja di sini."
Edwin malah menahan pintu mobil, agar Natasha tak sembarangan turun. " Ehh, aku bakal nganterin kamu, jadi sekarang tunjukan dimana rumahmu. "
Natasha menatap dengan penuh kebencian pada Edwin, ia bergumam dalam hati," enak saja dia, mau tahu rumahku. "
"Tak usah, gue sebagai wanita pemberani bisa pulang sendiri tanpa harus diantar cowok macam lu. "
"Songong juga kamu jadi cewek. "
"Biarin, gue ini. Kagak bikin lu rugi, sudah turunin gue di sini. "
"Baikah. Kalau kamu nggak bakal menyesal. "
"Apa maksud lu?"
Edwin kini membuka kunci pintu mobil, dimana Natasha turun dan menatap ke arahnya. " Eh Buset, kok gue turun di kuburan sih. Anj**g yang benar saja. "
Natasha menggedor gedor pintu mobil Edwin lalu berteriak, " Eh b*ngs*t. Buka cepat pintu mobilnya, gue kagak mau di turunin di sini, cepat. "
Edwin menurunkan kaca mobilnya lalu berkata, " Syukurin kalau jadi cewek jangan songong deh, dikerjain baru tahu rasa. Siap siap aja ketemu lemper. "
Natasha mengerutkan dahi, menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal, " Heh, apa maksud lu lemper. "
"Pikirin aja sendiri, by by. " menyalakan mesin mobil.
"Ahk, sialan dia malah pergi lagi. Heh tunggu. "
Natasha mengejar mobil Edwin dengan berlari terbirit birit karena rasa takutnya.
"Heh, tunggu. "
Edwin masih berada di dalam mobil, ia hanya tertawa terbahak bahak lalu berkata. " Rasain, memangnya enak. "
Natasha sudah tak sanggup lagi mengejar Edwin, ia kini terjatuh dan menabrak sosok seorang wanita berpakaian putih. Berusaha bangkit dan berkata. " Heh, jangan lu kira gue ini penakut, lu seenaknya nakut nakutin gue."
Mobil Edwin kini kembali lagi, ia mulai menghampiri Natasha yang berbicara sendirian.
"Heh, cewek aneh. Nagapain ngomong sendirian kaya orang gila. "
Natasha menatap ke sebalah kiri, terlihat Edwin tengah mentertawakannya, " lah, dia ada. Terus ini siapa. "
Senyuman sosok itu menyeringai dihadapan Natasha, segera mungkin menggedor gedor pintu mobil. " Cepat buka, cepat."
"Ya elah, dasar gadis barbar sabar dikit napa. Nanti aku buka. " Melihat tingkah Natasha yang berbeda membuat Edwin membuka pintu mobil, dimana ia masuk dengan tangan gemetar ketakutan.
"Cepat jalan."
"Hah."
Natasha melirik ke arah kiri, dimana sosok itu melambaikan tangan lalu tersenyum dengan gigi taring yang terlihat tajam.
"Cepat jalan, atau gue sunat lu sekarang. "
Edwin memegang pedang keperjakaanya ia lalu mengerenyitkan dahi, " ckk. "
"Cepat."
Berteriak sembari menutup kedua mata, karena rasa takut.
Edwin kini menjalankan mobilnya, ia terlihat santai dan berkata, " kamu kenapa?"
Membuka kedua mata, Natsha melihat sudah sampai jalan raya lagi.
Menepuk jidat, lalu menjawab!" Apa lu kagak liat tadi, ada mbak ku ku."
"Kutil."
"Iss, bukan. Kun. "
"Kun .... Apa?"
"KUNTILANAK."
Edwin tertawa terbahak bahak, mendengar perkataan Natasha, ia menepuk nepuk stir mobil lalu berkata, " kamu ada ada saja, masa iya ada kuntilanak mempelihatkan dirinya, yang ada kamu tuh kuntilanaknya. "
"Kurang ajar lu, menyamakan gue dengan kuntilanak. "
"Lah memang sama. "
Natasha yang berani kini memukul kepala Edwin. " Ahk, sialan. Kamu cewek barbar banget sih."
"Terserah, emang ini sifat gue. Memang kenapa, lu pasti jijikan liat gue. "
"Bukan jijik lagi, pengen muntah darah. "
"Ahk, sialan lu kalau ngomong. "
Mereka mulai menghentikan pertarungan mereka berdua, dimana Natasha mengalah menunjukkan jalan menuju ke rumahnya.
"Jalan ke rumah kamu jauh juga ya, aku pusing mengigatnya. "
"Lah lu, ngapain ngigat ngigat jalan ke rumah gue?"
"Kita kan mau menikah, seminggu lagi aku akan membawa kedua orang tuaku ke rumahmu. "
Mendengar perkataan Edwin, membuat Natasha tentu saja terkejut, " Eh sorry, bukannya kita tadi bercanda, sekedar menipu kedua orang tua lu. "
"Heh, di keluarga Perwira Jaya, tidak ada tipu tipu, kamu sudah setuju dan sebentar lagi kita menikah. "
"Kagak sudi gue nikah sama cucurut kaya lu, ih. Najis. "
"Apa lu bilang tadi?"
"Najis."
"Oke, cuman nanti setelah aku ketemu dengan kedua orang tuamu, siap siap saja mereka ganti rugi kerusakan mobil. "
"Heh, apa urusannya menikah dengan ganti rugi mobil. "
"Urusanlah, jika kamu sudah menyetujui perjanjian. "
"Heh lu, jangan asal ngomong, sejak kapan kita membuat perjanjian. Toh dari tadi aku tak menyetujui apapun. "
"Tapi tetap saja ya, kamu harus ganti rugi. "
Natasha kini menyuruh Edwin untuk menghetikan mobilnya dimana, sosok seorang wanita tua menangis di teras rumah.
"Natasha, kamu pulang. " Sang mama nampak kuatir terhadap anaknya, dimana ia memeluk erat lalu menjewer telinga Natsha.
Edwin yang tak mau meninggalkan kesempatan ini, turun dari dalam mobil.
"Permisi."
Apa yang akan terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments