Edwin tiba tiba saja mendapatkan panggilan telepon dari sang ayah, " Halo."
"Kenapa kamu masih di dalam mobil, Daddy sudah menunggu kamu berserta mommy kamu di rumah. Kamu ini lupa, sekarang hari jadi kamu bersama Winda."
Deg ....
Mendengar nama Winda membuat Edwin sedikit ber_gidig ngeri, dari kemarin menolak perjodohan dengan anak sahabat ayahnya.
"kenapa mendadak seperti ini sih, Dad. Edwin kan belum siap bercocok tanam."
Natasha berada disamping Edwin kini mengigit tangannya, ia berusaha kabur. Namun Edwin merangkul bahu Natasha, dan mengunci pintu mobil rapat rapat.
"Apa itu bercocok tanam Edwin?"
Sang ayah tak mengerti bahasa yang dikatakan anaknya.
"Ya ampun Dad, masa nggak ngerti apa itu bercocok tanam, itu tuh kaya pemersatuan bangsa, ke apa ya, belum masuk ke sarangnya gitu. "
Natasha mendengar perkataan Edwin membuat ia berucap, " Ya elah lu, ngomong aja Kawin. Ke begitu aja ribet."
Edwin tak menyangka jika Natasha akan ikut bicara membuat sang ayah tentunya bercanda. " Edwin siapa dia? Kenapa Daddy mendengar suara wanita. "
"Mm, itu. Cuman suara ayam ke jepit. Dad. "
Natasha memajukan bibirnya, dimana sang ayah berucap lagi dalam sambungan telepon, " sedang apa kamu di dam mobil, kenapa ribu seperti itu. "
Natasha yang mendengar hal itu, kini mengeluarkan suara dengan sengaja. " Ah, ih. Uhh. Ih. Terusssss."
Edwin sontak terkejut akan kelakuan wanita bernama Natasha itu. Ia menekan mulut Natasha dengan telapak tangan.
"Berisik."
Natasha kini mengigit telapak tangan itu, dan." Ahkkkk. "
"Edwin, apa yang kamu lakukan. "
Sang papa terdengar murka, ia berpikir jika anaknya tengah melakukan hal tak senono di dalam mobil bersama wanita.
"Edwin, kamu dengan Daddy bicara. Halo. "
Dengan terpaksa Edwin, mematikkan panggilan telepon yang terhubung dengan sang ayah.
Natasha tertawa senang, dimana ia tak henti mengagah. " Lu, dimarahin ayah lu."
"Heh, kamu wanita aneh bisa bisanya."
Edwin merangkul bahu Natasha, menekannya hingga seperti orang yang saling memeluk. " Ahk, sakit. Napas gue, heh lu."
"Rasakan ini. "
********
Di dalam rumah, Pewira seakan murka ia menaruh ponsel di atas meja, terlihat Winda wanita yang akan dijodohkan dengan Edwin anaknya hanya diam menundukkan pandangan.
Lorenja sang ibunda Edwin kini bertanya kepada suaminya, " ada apa sayang, kenapa kamu terlihat marah setelah menelepon anak kita. "
Mengepalkan kedua tangan, Pewira kini menjawab, " jelas aku marah pada anak kita, dia sudah mempunyai pacar, kenapa tidak bilang saja dari awal. MEMALUKAN. "
Lorenja terkejut, ia menutup mulutnya yang tiba tiba mengagah dan berkata, " sekarang anak kita ada di mana?"
" Di depan gerbang rumah, ia berkata jika ia sedang bercocok tanam di dalam mobil. "
Sontak Winda berdiri, ia terkejut akan perkataan Pewira. " Apa om, bercocok tanam?"
"Iya, apa kamu tahu hal itu?!"
Winda mengalihkan pandangan lalu menjawab, " bercocok tanam sama seperti menancabkan bunga pada tanah."
Mengacak rambut dengan kasar, obrolan sudah tak nyambung. " Untuk apa anak kita becocok tanam di dalam mobil, sayang. Bukannya bercocok tanam itu di taman atau di kebun. "
"Jelas aku tak mengerti apa maksud anak kita sayang. "
Menggelengkan kepala, Lorenja mulai berjalan dan mengajak suaminya begitupun Winda, " bagaimana kalau kita menyusul Edwin di dalam mobil. "
"Benar juga. "
"Ya sudah ayo."
Mereka mulai pergi keluar rumah untuk menyusul Edwin yang berada di dalam mobil.
********
Sedangkan Edwin masih bergelut dengan Natasha, dimana wanita berpakaian gaun itu berusaha kabur.
"Kamu tidak akan bisa kabur, ingat itu. "
"Lepaskan, lu nggak bisa nahan gue seenaknya. Lu harus tahu itu."
"Aku tak peduli, siap siap masuk ke dalam penjara."
Tok .... Tok ....
Ketukan tangan terdengar dari jendela mobil Edwin, dimana lelaki itu menggerutu kesal, " apa lagi ini satpam. "
Saat membuka kaca mobil, Pewira dan Lorenja terkejut, melihat Edwin berpelukan dengan seorang wanita di dalam mobil.
Kancing baju banyak yang terlepas, membuat Winda yang melihatnya kecewa.
"Edwin, keluar kamu. "
"Ahk, sial, aku kira siapa. Ternyata Daddy dan mommy, kenapa juga mereka menyusul, " gerutu Daniel.
Pewira kini berusaha tegas pada anak semata wayangnya itu, " Edwin, cepat keluar. "
"Iya, iya. "
Edwin mulai keluar dari mobilnya, sembari menggiring paksa Natasha agar ikut bersamanya.
Lorenja melihat wanita yang dirangkul anaknya terlihat berantakan, banyak noda merah pada kemeja putih Edwin begitupun keringat bercucuran.
Sontak napak Lorenja terasa berat, seperti seseorang yang mengalami sesak napas.
"Sayang, apa kamu baik baik saja."
Pewira mencoba membantu Lorenja yang hampir terjatuh, ia berkata, " sayang, kamu kenapa?"
"Sayang, napasku. Rasanya sesak, melihat kelakuan anak kita."
Lorenja hampir terjatuh ke atas tanah, namun tertahan oleh dekapan Pewira.
Edwin melihat sang ibunda, kini mendekat dan berkata," ini semua tidak seperti yang dibayangkan Mommy dan Daddy. Kami berdua .... "
Pewira menunjuk anak semata wayangnya itu, lalu dengan tegas berkata, " Oh jadi ini yang dimaksud bercocok tanam, main kuda kudaan. Hah. "
Semua menatap ke arah Pewira, dimana Natasha mengerutkan dahi, lalu berbisik dalam hati," dasar id*ot masa baru tahu bercocok tanam itu apa. "
"Daddy, siapa yang main kuda kudaan, dari tadi Edwin ada di dalam mobil. Kalau main kuda kudaan, sempit Dad, tempatnya. "
Natasha hanya mengaruk kepalanya, ia mengerutkan dahi, melihat pertengkaran antara anak dan sang ayah.
"Alah, alasan kamu. Daddy dan mommy suka melakukan hal itu, tapi tidak di dalam mobil, seperti tidak ada tempat lain, MEMALUKAN. "
Edwin berusaha meluruskan kesalah pahaman sang ayah yang berpikir negatip akan dirinya, ia memijat jidat. Merasakan betapa pusingnya menjelaskan pada sang ayah yang tak mengerti mengerti dari tadi.
"Haduuuhh, kalian ini bisa mengerti tidak?"
Lorenja berusaha berdiri, wanita berumur empat puluh lima tahun itu menitihkan air mata dan berkata, " Mommy kecewa pada kamu Edric, bisa bisanya kamu melakukan hal seperti itu di dalam mobil. "
"Mommy, Dad, ayolah mengerti. Aku dan wanita ini tidak melakukan hal, yang ada di pikiran kalian. Tolonglah mengerti?"
Natasha berusaha membela diri, ia mulai melangkahkan kaki, mempelihatkan keluguannya. " Tante, paman. Kami berdua tidak melakukan hal yang kalian pikirkan kok, kami hanya bertengkar karena saya tidak sengaja membuat mobil anak tante dan juga paman rusak. Jadi saya tidak bisa mengganti rugi mobil itu, sampai anak tante dan paman terus menekan saya untuk .... "
Pewira kini menghentikan perkataan Natasha, dimana ia berkata, " main kuda kudaan, atau bercocok tanam. "
Natasha terkejut, ia menggelengkan kepala, dimana Pewira memukul kepala anaknya, " Dasar anak nakal, Daddy sudah bilang jangan terlalu kasar pada wanita, apalagi saat mengajak mereka kuda kudaan. "
Natasha melihat pemandangan itu semakin prustasi, sudah dijelaskan mereka tetap tak mengerti.
"Ya Tuhan, apa yang harus Natasha lakukan. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments