Sarah tidak bisa menahan Edwin, ia hanya bisa diam duduk melihat kemarahan suaminya, karena jika dijelaskan sekarang sekarang mungkin Rudi tidak akan mengerti. Yang ada malah emosi.
"Tuh mah. Papah ngerti, masa mama nggak ngerti, Natasha itu belum mau kiwin. "
Rudi mengerutkan dahinya, menatap kearah putri satu satunya itu," Natasha apa maksud kamu?" Pertanyaan sang papah membuat, Sarah menjawab. " Natasha itu sudah main kuda kudaan dengan pacarnya yang tadi. "
Perkataan mama muda itu membuat sang suami berdiri, " Apa. "
Natasha berusaha memperbaiki keadaan," jangan dengarkan kata mama, pah. Semua itu hanya kebohongan semata."
"Kebohongan semata bagaimana, kamu harus mengaku Natasha."
"Mengaku untuk apa ma, aku tidak melakukan sesuatu yang mama katakan."
"Jangan bohong. "
Perdebatan itu berlanjut menjadi sebuah kerusuhan di meja makan. Sampai teriakan Rudi, membuat keduanya berhenti berdebat. " DIAM."
"Kembali makan, nanti kita akan bicarakan di ruangan keluarga." Tegas sang papah yang menjadi kepala keluarga di rumah.
Sarah dan juga Natasha mulai menghabiskan makanan mereka terlihat keduanya nampak ketakutan akan amukan sang papah.
"Kenapa mama selalu mengungkit perkataan semalam lagi, apalagi saat membahas kuda kudaan." Gerutu hati Natasha, mempelihatkan tatapan sinisnya dihadapan sang mama.
"Natasha, Sarah. Papah tunggu kalian di ruang keluarga, agar masalah yang dikatakan mama kamu jelas." Tega Rudi. Lelaki tua yang sudah memiliki rambut putih, beranjak berdiri ia lalu pergi dengan raut wajah penuh amarah.
"Mama sih, ngapain coba bahas kuda kudaan sama papah, urusan jadi berabe kan?"
Pertanyaan Natasha, membuat sang mamah menjewer kuping anak satu satunya itu.
"Biarin, biar kamu di kawinin sama si Edwin itu, padahal kalau mama jadi kamu, mama mau kawin sama si Edwin, dia itukan tampan. Berbadan kekar, bebulu, uuhhh!" jawab Sarah, membayangkan apa yang ia lihat tadi malam.
"Ckk, mama gila apa. Kenapa mama aja yang kawin sama si Edwin, cowok cugkring, lemah tunah itu, " ucap Natasha, menghina Edwin di depan sang mama.
Memukul kepala Natasha, Sarah mulai membalas, " kamu ini wanita, kalau ngomong itu jangan asal. Nanti kalau nggak laku sama cowok baru tahu rasa."
Natasha hanya memajukkan bibir atas bawahnya, ia tak peduli jika dirinya tak laku laku, karena definisinya tidak ingin menikah sampai kapanpun. Bagi Natasha mempunyai suami itu ribet, apalagi kalau sudah mendengar curhatan teman temannya tentang seorang suami selalu membuat Natsha kesal.
"BODO AMAT. "
Natasha berlari untuk segera menemui sang papah, dimana Sarah mengejar anaknya yang keterlaluan dalam bicara.
"Natasha, sini kamu. "
Natasha mendarat pada pangkuan sang papah," pah, liat mama sudah kaya nenek sihir yang mau ngutuk anaknya. "
"SARAH."
Mama muda itu terdiam, ia memegang sapu pada tangannya, " turunkan sapu itu, CEPAT."
Sarah mulai melemparkan sapu itu kearah pinggir, ia membulatkan kedua mata menatap kearah anaknya yang kini bersembunyi dibalik punggung sang papah.
"Natahsha."
"Iya pah. "
"Cepat duduk. "
"Baik pah. "
Natasha mulai duduk, ia bersebalahan dengan sang papah, terlihat percakapan mulai kearah yang lebih serius.
"Mah, tadi papah dengar kamu membahas tentang kuda kudaan. Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanya Rudi, dimana Natasha menimpal perkataan sang papah.
"Tadi itu, mama bahas permainan. "
Rudi tak suka dengan orang yang selalu menyela perkataanya.
"Natasha, papah tak suka jika kamu menyela perkataan papah."
Perkataan lelaki tua itu membuat Natasha diam seribu bahasa, ia menundukkan wajah.
"Mama, papah tanya lagi sama mama? Apa maksud dari perkataan tadi?"
Sarah mulai menjawab perkataan suaminya. " Kemarin Natasha pulang bersama laki laki bernama Edwin. "
"Tunggu, Edwin. Bukannya dia?"
"Iya pah dia. Orang yang tadi papah usir di meja makan!"
"Jadi, tadi mama membohongi papah."
Raut wajah penuh amarah itu, kini diperlihatkan Rudi, dimana Sarah berusaha menjelaskan semuanya. " Tadi itu, mama bukan bermaksud membohongi papah, hanya saja mama takut penyakit papah kumat jika mendengar laki laki itu sudah ada di rumah sejak semalam. "
Rudi berusaha tetap tenang, " sebenarnya apa maksud dari lelaki itu, hah."
Natasha ingin sekali menimpal perkataan sang mama, namun disaat serius seperti sekarang ia tak diberi kesempatan untuk membela dirinya.
"Dia itu pacar Natasha. "
"APA?"
Sontak Rudi terkejut dengan pernyataan sang papah, seakan jantunya terasa sakit secara tiba tiba.
Natasha yang berada di dekat sang mama berusaha angkat bicara. " Pah. Dia itu .... "
Tetap saja Natasha malah dibentak oleh Rudi." Diam kamu, jangan banyak bicara. "
Rudi menatap ke arah istrinya dengan bertanya lagi?" Jadi dia hanya sebatas pacar tidak lebih?"
"Justru itu pah, Natasha dan Edwin sudah bermain kuda kudaan!"Jawab sang mama menggerakan tangan, memperaktekan apa yang ia katakan.
Natasha tak terima ia berdiri lalu membentak sang mama," cukup mah, jangan bicara omong kosong. Sarah tidak melakukan hal itu sama sekali, semua hanya fitnah. "
Natasha meluapkan kekesalanya, Rudi yang tak tahan dengan cerita dari Sarah membuat ia memukul meja dengan begitu keras " papah benar benar tak habis pikir dengan kamu ya, Natasha, bisa bisanya kamu mengecewakan mama dan papah. Mau jadi apa kamu kedepannya, belum menikah sudah melakukan hal yang kotor."
Natasha mendengar kekecewaan dari mulut sosok lelaki yang menjadi papahnya.
"Pah, percaya pada Natasha. Tidak pernah Natasha melakukan hal sekotor itu."
"Natasha, jika memang kamu tidak melakukan hal sekotor itu, kenapa kamu malah pulang dengan lelaki itu?" tanya Rudi, membuat Natasha kebingungan harus menjawab apa.
"Katanya lelaki itu akan menikahi Natasha, besok dia datang lagi ke rumah kita, pah!" balas Sarah, membuat Natasha membulatkan kedua matanya, sedangkan sang papa tiba-tiba saja batuk.
" Bagus, kalau memang lelaki itu bertanggung jawab kepada anak kita. Papa berharap jika anak itu datang lagi besok ke rumah, tapi jika anak itu tidak datang lagi ke sini, papa akan beri dia pelajaran," ucap Rudi terdengar mengancam.
Natasha menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal, ia menggerutu kesal dalam hatinya," Aduh gimana ini kenapa bisa papa dan juga mama sampai sebegitunya. "
"Natasha, apa berharap kamu bisa merenungi kesalahan kamu sendiri, padahal Papa ini percaya kepada kamu bahwa kamu bisa menjaga harga dirimu sebagai seorang wanita, tapi kepercayaan papa itu ternyata salah, Kamu sudah melukai hati papa dan mengecewakan papa," keluh sang papa kepada anak semata wayangnya yang ia selalu banggakan.
Sarah mencoba mendekati sang suami, menenangkan lelaki tua yang bernama Rudi itu," Sudahlah, tidak perlu ada yang Papa sesali saat ini, semoga saja setelah Natasha menikah iya banyak berubah," ucap Sarah berusaha menenangkan sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments