Edwin pulang dengan mengendari mobil bekecepatan tinggi, hatinya merasa tak karuan setelah melihat ayah Natasha yang terlihat tak menyukai dirinya sama sekali.
Suara ponsel terdengar bersuara, mengeluarkan nada getarannya, Edwin mulai menatap layar ponsel melihat siapa yang masuk," Halo, mom?"
"Halo, Edwin kamu kenapa nggak pulang!" jawab sang mommy terdengar kuatir
"Tadi malam, Edwin menginap di hotel setelah mengatarkan Natasha," ucap Edwin berbohong dihadapan sang mommy.
"Kamu ini gimana sih, sekarang kamu cepat pulang. Daddy masuk ke rumah sakit," balas sang mommy membuat Edwin terkejut.
"Kenapa dengan Daddy, kenapa bisa masuk rumah sakit," ucap Edwin nampak panik.
"Daddy kamu keracunan, " balas sang mommy, membuat Edwin mengerutkan dahinya, merasa heran dengan perkataan Lorenza.
"Keracunan, kok bisa. Mom, memang mommy kasih apa pada Daddy sampai keracunan?" tanya Edwin merasa cemas.
"Semalam itu, papah kamu minta susu. Kebetulan stok susu habis di dapur, mommy kasih saja susu mommy yang sudah lama tak terpakai ini, " balas sang mommy, membuat Edwin tertawa terbahak bahak.
"Kok kamu malah ketawa, Edwin memang lucu?" tanya sang mommy dengan rasa bimbangnya.
"Mama ada ada aja, jelas Daddy keracunan, susu yang mommy kasih udah basi!" jawab Edwin masih dengan nada tertawanya.
"Sembarangan kamu kalau ngomong," ketus sang mommy.
"Lah, memang benarkan. "
"Sudah, sudah. Cepat kamu pulang, Daddy kamu menunggu. "
"Iya mom. "
Hanya butuh tiga puluh menit sampai rumah sakit, Edwin dengan santainya mengendari mobil, ia terbayang akan senyuman Natasha.
"Ngapain coba aku mengigat gadis itu, lupakan Edwin. Dia hanya pacingan agar kedua orang tuamu tak menjodohkamu dengan Wina, cewek manja dan membosankan itu. "
Edwin bergumam dalam hati, ia tak ada niat untuk menghampiri Natasha kembali.
Setelah sampai di rumah sakit, Edwin mulai mencari ruangan Perwira, " Edwin."
Panggilan Lorenza membuat Edwin membalikkan badan. " Mommy. Dimana Daddy. "
"Ayo kita mommy. "
Mereka berjalan menuju ke ruangan Perwira, dimana sang Daddy tengah memegang perutnya yang mungkin masih terasa sakit.
"Dad, gimana keadaanya?"
Pertanyaan Edwin membuat, Perwira mendelik kesal, " kamu kemana saja, baru datang. Nggak kasihan sama Daddy?"
"Bukan begitu, Dad. Edwin tadi malam kejebak macet, sampai tak bisa pulang, oh ya ngomong ngomong Daddy kenapa?"
Lelaki tua itu menatap ke arah istrinya, lalu menjawab. " Daddy, minum susu mommymu. Daddy kira susu mommymu itu enak,"
Edwin memotong pembicaraan sang Daddy dengan tertawa terbahak bahak." Edwin, Daddy belum selesai ngomong."
"Oke, oke, coba lanjut. "
Perwira perlahan menceritakan lagi, karnologi kenapa ia sampai sakit perut.
" Daddy sedot tuh ujungnya, eh Daddy kira manis, ternyata asin, Daddy sedot lagi. Pas tahap air keluar, dari sana saking semangatnya. Daddy .... "
Lorenza kesal dengan cerita yang dilontarkan suaminya ia berucap, " sudah, sudah jangan cerita lagi, sebaiknya kamu istirahat. Jangan cerita yang aneh aneh. "
Sang dokter datang, mengagetkan keduanya, " permisi Pasien Perwira ada pengecekan kondisi. "
Lorenza melihat dokter itu kini bertanya?" Jadi suami saya itu, sakit perut apa ada penyakit lain. "
Edwin yang mendengar cerita Perwira, membuat ia menjawab, " Kayanya penyakit gizi buruk deh mah, kan kekurangan susu. "
Lorenza mendengar anaknya berkata seperti itu kini memukul pelan lalu berkata," sembarangan sekali kamu."
"Maafkan anak saya, dok. Anak saya memang begitu suka mengada ngada. "
Dokter yang menangani sang suami kini tersenyum, lalu menjawab perkataan Lorenza. " Suami ibu kerancunan makanan, jadi saya sudah memberikan obat untuk mengeluarkan racun itu. Dimana .... "
Edwin mendengar hal itu, langsung menimpal, " benarkan kataku, Daddy itu keracunan susu basi."
Sang dokter terkejut dengan perkataan Edwin.
"Susu basi. Maksudnya. "
Edwin mulai menjelaskan semuanya, dimana telapak tangan mulai membekam mulutnya.
"Mm. Mm. "
"Dokter jangan dengarkan perkataan anak saya, dia memang suka berbicara yang aneh aneh, jadi maaf ya dok. "
"Mm."
"Ya sudah. Kalau begitu. "
Dokter mulai pergi, dimana Lorenza melepaskan bekaman tangannya.
"Mommy, kenapa. "
Sang mommy, menutup mulut Edwin dengan jari tangannya, " Edwin, kamu ini ada ada aja. Kenapa malah berbicara seperti itu pada dokter?"
"Kan biar jelas!"
"Kamu ini ada ada aja. Sudah sebaiknya kamu jaga Daddy kamu ini. "
"Ya, mommy. "
Wanita tua itu pergi berlenggak lenggok meninggalkan Edwin, " Loh, mommy mau kemana lagi?"
"Mommy bosan ada di rumah sakit dari semalam, mommy mau pergi kesalon, mencukur hutan rimba ini," balas Lorenza membuat Edwin tak mengerti.
Perwira kini memukul pelan punggung anaknya, " masa kaya gitu aja kamu nggak tahu, main kudakudaan bisa. "
"Apa sih Dad, aku nggak mengerti."
"Ahk, sok polos kamu jadi anak. "
Lelaki tua itu mulai menutup kedua matanya, beristirahat karena semalam tak bisa tidur. Sedangkan Edwin duduk lalu menyandarkan punggungnya.
Janji yang seharusnya ia tempati, kini tak ia tempati, Edwin malah bersantai santai menjaga sang Daddy di rumah sakit.
"Heh, Edwin. Apa kamu sudah bertemu dengan orang tua Natasha?" tanya Perwira nampak penasaran dengan kelanjutan kisah asmara anaknya.
"Tidak tuh pah, Natasha tidak memperkenalkan Edwin dengan orang tuanya sama sekali!" jawab Edwin sengaja berbohong dihadapan sang papah, hanya karena ia tak mau menikah.
"Loh, kenapa bisa seperti itu, harusnya mereka menyetujui kamu, karena kalian sudah melakukannya lebih awal, " ucap Perwira berusaha menasehati anaknya.
"Sudah, sebaiknya Daddy itu istirahat, jangan memikirkan hal yang tidak tidak, " balas Edwin sengaja membuat Perwira tak menyukai Natasha dengan kebohongannya.
Perwira menurut, karena keadaanya yang drop, ia harus berusaha tetap tenang, takut jika pikirannyan terganggu, membuat ia tak bisa sembuh secepatnya.
*******
Lorenza berniat pergi kesebuah toko baju langganannya, ia berusaha mencari pakaian untuk pergi kepesta. Karena mendapatkan undangan dari sang sahabat, membuat ia diharuskan datang.
Lorenza memilih milih baju untuk sang suami, begitupun dengan anal semata wayangnya.
Ia tampak sengaja, bertemu dengan Sarah sang sahabat.
"Hey, Sarah, apa kabar?"
Sarah mendengar suara yang menyebut namanya, ia membalikkan badan, " Loh, kamu Lorenza apa kabar, aku kira siapa?"Pertanyaan Sarah sedikit terdengar kurang menyenangkan bagi Lorenza.
Dimanan Lorenza, wanita bermata sipit itu mejawab," Owh ya, kamu kok nggak ada perubahan, tetap awet muda ya, kaya pake pormalin gitu, atau pake cream abal abal, soalnya wajahmu golowing gitu kaya minyak goreng yang lagi dipanasin di kate!"
Sindiran pedas dari Lorenza membuat Sarah merasa sakit hati, ia kini menatap sinis ke arah sahabatnya yang dari dulu tak pernah akur ataupun dekat dengannya. " Wow. Terima kasih atas pujianya, aku lihat kamu tuh awet tua ya, kaya nenek nenek, cepat keriput, nggak menarik sama sekali saat laki laki memandang wajah kamu ini. Coba deh pake tepung biar dicetak kaya adonan. Rekomendasi banget buat menganti kulit kamu yang keriput itu. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments