Tangisan Lorenza terhenti seketika, saat ia menatap suster berbody segar dan tampak indah dipandang mata. "Mm, kamu kesini."
Suster itu mempelihatkan kepolosannya dihadapan Lorenza," iya, ada apa?"
Wanita tua yang menjadi ibunda Edwin, kini menarik tangan sang suster, membawa suster itu masuk ke dalam gudang.
"Maaf, kenapa membawa saya ke sini?" pertanyaan suster itu membuat Lorenza tertawa. Jelas terlihat raut wajah liciknya itu.
"Kamu masih tanya, kenapa aku sampai membawa kamu ke sini!" jawab Lorenza sedikit bernada tinggi. Ia tak tahan lagi ingin mengacak ngacak wajah cantik jelita sang suster berbola mata coklat itu.
Tangan Sarah, kini memegang leher mulus sang suster, mengusapnya secara perlahan lalu berucap. " Apa bisa aku memenggal kepalamu ini."
Perkataan Lorenza istri dari Perwira membuat suster itu bergetar ketakutan. " Kenapa? Kamu takut?"
Ia berusaha menghindar dari hadapan Lorenza, dengan sigapnya wanita tua itu, menarik baju ketat sang suster hingga robek.
"Ups, maaf saya tak sengaja. "
Suster itu menutup bagian baju yang sobek akibat ulah Lorenza.
Mendekat lalu menarik kembali baju suster, hingga ia berteriak. " HENTIKAN. "
Lorenza mulai menghentikan aksinya, dimana ia mengerutkan dahi, " wah, wah. Kamu bisa melawan juga ya. "
Mendekat, melihat kedua tumpukan gunung yang menggumpal keluar karena baju ketatnya.
"Apa ini bisa dibilang baju bekerja kamu? Memamerkan buah dada?"
Terlihat Lorenza tampak murka, karena melihat tanda merah pada kedua gunung milik sang suster.
"Ini pasti ciri dari suami saya?"
Pertanyaan Wanita berkulit sawo matang itu, malah membuat sang suster gelisah.
"Kenapa diam saja, tebakan saya benarkan, atau jangan jangan salah?"
Pertanyaan kini dilayangkan lagi Lorenza.
"Se-be-nar-nya?"
Lorenza dengan leluasa mencengkram kedua pipi sang suster, " sebenarnya kenapa? Hah? Jawab jangan mengeluarkan perkataan berbelit belit. "
Suster itu tak bisa menjawab sedikitpun pertanyaan Lorenza, ia hanya ketakutan dan merasa kesakitan. Karena Lorenza tak segan segan mempelakukannya begitu sadis.
"Sebenarnya saya tidak berniat sedikit pun mengganggu suami nenek, " ucap sang suster, membuat rasa kesal semakin menggebu gebu.
Tangan Lorenza semakin mencekram kedua pipi Sang suster, " tadi kamu bilang nenek?"
Wanita yang menjadi suster itu menganggukkan kepala, sebari meringis kesakitan karena cekraman yang begitu kuat.
Memegang kulit wajahnya yang memang sudah berkerut, menatap pada kaca ruangan gudang. " Maaf nek, apa aku salah bicara. "
"Berisik kamu." Teriak Lorenza, membuat sang suster ketakutan.
Lorenza kini memikirkan cara, agar bisa membuat wanita yang sok polos ini tidak menganggu suaminya.
Ia memegang pisau, " Nek, tolong jangan lakukan itu. "
"Hem, sepertinya ini akan seru. " Tawa dilayangkan Lorenza, tampak ia memandangi pisau tajam itu.
"Tolong."
Lorenza membekam mulut sang suster dengan kain lap yang ia bawa. " Siap siap saja setelah ini. "
*******
Di dalam ruangan Edwin masih merasakan rasa panik, karena Lorenza sang mommy tak kunjung kembali, sampai kekuatiran itu dirasakan juga oleh Perwira . "Edwin, coba kamu cari mommy kamu. Daddy takut terjadi yang tidak tidak dengan mommy kamu."
"Baiklah kalau begitu."
Perintah Perwira mulai dilaksanakan oleh anaknya, terlihat Edwin keluar dari ruangan sang Daddy.
Edwin berharap tidak ada kejadian mengerikan terhadap mommynya sendiri.
"Kemana mommy, Kenapa dia tidak datang lagi ke ruangan Daddy."
Berjalan mencari keberadaan sang mommy, membuat Edwin terkejut, akan penampakan suster yang tadi bercumbu dengan sang Daddy.
"Loh, bukannya suster itu. "
Menunjuk melihat penampilan yang seperti orang gila, membuat Edwin menggelangkan kepala.
"Kenapa pakaiannya berubah?"
Lorenza tiba-tiba saja muncul di hadapan anaknya, terlihat sekali sang mommy memperlihatkan senyuman manis atas kebahagiaan yang ia dapatkan.
"Mommy, kemana saja, Daddy itu cariin mommy tahu tidak."
Mendengar perkataan dari Edwin, membuat Lorenza menjawab, " sudahlah, Daddy kamu sok soan cariin mommy, toh dia tak pernah peduli selalu cuek. "
semua orang yang berada di rumah sakit itu tertawa, melihat tingkah sang suster yang terus berjalan dengan pakaian robek-robeknya.
"Kamu lihat, suster yang tadi bercumbu dengan Daddy kamu, dia seperti orang yang mempunyai gangguan jiwa. "
Mendengar hal itu malah membuat Edwin curiga, jika yang membuat sang Suster itu berubah adalah sang mommy.
Di dalam perjalanan menuju ke ruangan sang daddy, Edwin mulai berani lagi berbicara di hadapan ibu kandung sendiri, " Apa mommy yang sudah melakukan semua ini?"
Langkah kaki sang mommy tiba-tiba saja terhenti, dimana ia berkata, " Kenapa kamu berpikir bahwa Mommy yang melakukan hal memalukkan ini?"
"Edwin hanya asal menebak saja. "
Lorenza sudah tahu jika anaknya sendiri mencurigai tingkah ibundanya, yang sudah membuat Suster itu malu di hadapan teman-temannya.
"Ya sudah, makanya jangan asal menuduh seperti itu, mommy tak terima loh kamu mengatakan hal itu?"
Edwin yang menurut hanya menganggukkan kepala, mereka kini berjalan berdampingan menuju ke ruangan Sang Daddy.
"Lorenza, akhirnya kamu datang juga. Aku sangat mengkhawatirkan kamu sayang. "
Perkataan Perwira yang membuat Lorenza sedikit jijik. Karena ia merasa, jika suaminya sudah tak setia lagi kepadanya.
Lorenza mendekat ke arah suaminya, Ya mulai membisikan perkataan pada telinga sang suami," aku sudah mengamankan wanita yang sudah mengganggu kamu."
Perwira tak mengerti perkataan Lorenza. Dia tersenyum pipi lalu bertanya, " Apa maksud kamu mengatakan hal itu sayang."
" Sudahlah jangan mengelak lagi, dalam keadaan sakit bisa-bisanya merayu wanita lain."
Perwira berusaha tetap tenang menghadapi sang istri yang terlihat begitu murka, di mana wanita tua itu menunjukkan sebuah rekaman suara suster yang sudah membuat hati Lorenza kecewa.
Rekaman mulai diputar dihadapan sang suami, " Maaf sebelumnya, saya hanya menuruti keinginan Pak Perwira, saya tidak menggoda Pak Perwira sama sekali, dia yang menjajikan uang kepada saya dengan nominal tiga puluh juta, asal memberikan susu segar untuknya. Karena kata Pak Perwira susu istrinya sudah basih dan bau apek, jadi membuat ia tak napsu. Sampai mengakibatkan keracunan, Pak Perwira juga bicara jika ampem anda sudah berkerut seperti nenek nenek, tidak kenyal seperti punya saya."
" Dia berbohong, kata katanya tidak benar, aku tidak pernah mengatakan hal itu!" Perwira berusaha mengelak, ia tak mau tersalahkan atas semua kejadian yang tak di sengaja.
Lorenza malah semakin menjadi jadi, ia memutar lagi rekaman dari suster itu, " Pak Perwira juga mengatakan jika ia ingin mencari seorang istri yang lebih segar dari pada anda, makanya Pak Perwira menawarkan saya uang tiga puluh juta itu. "
"What, itu semua adalah fitnahan yang sangat keji. Tolonglah Lorenza, kamu percaya denganku, suamimu sendiri, " ucap Perwira menempelkan kedua telapak tangan, memohon agar sang istri tak mudah percaya begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments