Cempaka merapikan kamarnya sebelum para pelayan itu datang, mengganti sprei dan menumpuknya ke dalam keranjang pakaian kotor. Bersamaan dengan itu ia menemukan sesuatu terjatuh dari gulungan kain tersebut. Sebuah kartu yang dia sendiri tidak tahu apa.
"Mungkin milik tuan yang tak sengaja terjatuh. Aku harus memberikannya sebelum berangkat." Cempaka terburu-buru merapikan kamar, membuka tirai yang tak dibuka Eva. Biasanya para pelayan itu akan membersihkan kamar majikan saat penghuninya sedang melakukan sarapan.
Ia memakai dress selutut berlengan panjang. Menyampirkan tas kecil di bahu, berniat meminta izin Caesar untuk pergi mengunjungi makam kedua adiknya. Diselipkannya kartu tersebut di dalam tas, kemudian dengan rambut yang sengaja digerai juga syal merah muda yang melilit lehernya, ia menuruni tangga.
"Maaf, aku terlambat," ucap Cempaka yang tak ditanggapi Eva sama sekali.
"Sayang. Kau mau mencoba ini. Rasanya enak." Eva menawari Caesar udang goreng tepung dengan sengaja bermesraan di depan Cempaka.
Wanita itu tak acuh, ia hanya melirik sambil tertawa kecil di dalam hati. Caesar menerima dan tidak menolaknya sama sekali. Memakan makanan tersebut dengan lahap setelah mendengar ucapan Yudi. Diam-diam mencuri pandang pada Cempaka yang dianggap tak ada.
Dia rapi sekali, mau pergi ke mana? Caesar bergumam tak rela meski wajah Cempaka hanya dipoles make-up sederhana.
Kenapa rasanya aku tidak rela dia pergi keluar?
Caesar mulai mengeluh, padahal tidak ada aturan yang mengekang Cempaka untuk tetap diam di rumahnya.
Caesar menormalkan hati, ia hanya diam dan tidak bertanya soal rencana Cempaka karena Eva sendiri tidak pernah meminta izinnya ketika akan pergi. Mereka beranjak dengan Caesar yang bergandengan tangan bersama Eva. Sementara Cempaka mengekor sambil membawakan tas kerja laki-laki itu.
"Mmm ... hati-hati, Tuan. Jangan lupakan vitamin dan makan siang Anda. Juga, jika Anda merasa sakit kembali saja ke rumah," ingat Cempaka ketika memberikan tas miliknya.
"Terima kasih," Caesar menerima tanpa senyuman.
Cempaka menganggukkan kepala sambil menahan senyum, getir. Dia ingin meminta izin kepada suaminya untuk pergi. Namun, entah mengapa lisan tiba-tiba meragu, takut tidak akan mendapatkan izin.
Caesar berbalik dan melangkah bersama Eva yang terus melekat di tubuhnya. Bimbang, pada akhirnya Cempaka memberanikan diri untuk mengutarakan keinginan.
"Mmm ... Tuan! Tunggu!" Cempaka berlari mendekati Caesar. Dia tidak berharap akan duduk di mobil laki-laki itu, hanya ingin mendapatkan izinnya untuk pergi.
"Ada apa?" Caesar berbalik, berkerut dahi menunggu wanita itu berbicara.
Cempaka memainkan jemarinya yang terasa lembab. Ragu dan cemas menjadi satu.
"Boleh aku pergi ke pemakaman? Aku ingin mengunjungi makam kedua adikku. Aku merindukan mereka, Tuan," ucap Cempaka yang lantas menundukkan kepala. Ada getir yang terdengar dari nada bicaranya ketika ia mengatakan rindu.
"Kau tidak bisa ikut mobil ini, jika ingin pergi maka pergilah sendiri!" ketus Eva tak senang.
Cempaka mengangkat wajah, tersenyum sumringah. Hal tersebut membuat hati Caesar semakin tak rela.
"Tidak apa, Nyonya. Aku akan pergi sendiri saja. Terima kasih karena sudah mengizinkan untuk pergi. Aku tidak akan pulang terlambat," sahut Cempaka sembari menganggukkan kepala.
Caesar menaiki mobil bersama Eva. Cempaka melambaikan tangan sambil tersenyum. Ia melangkah keluar halaman setelah mobil milik Caesar menghilang. Memesan sebuah ojek online lewat aplikasi di ponselnya.
"Astaga! Aku lupa memberikan kartu tuan." Ia menepuk dahinya sendiri. Melihat Cempaka yang berdiri kebingungan di gerbang, Yudi menghampiri.
"Nona, Anda butuh sesuatu?" tegurnya mengejutkan Cempaka.
"Mmm ... Pak, aku menemukan ini saat merapikan sprei. Kemungkinan milik tuan dan tak sengaja terjatuh. Tolong, berikan ini kembali kepada tuan," pinta Cempaka sembari menyerahkan kartu di tangannya.
Yudi tersenyum, mungkin Caesar memang sengaja meletakkannya untuk Cempaka.
"Sebaiknya Anda yang memberikannya sendiri, Nona." Yudi menolak.
"Oh, begitu. Ya sudah, aku akan memberikannya nanti malam. Aku pergi dulu, Pak. Jangan terlalu lelah, beristirahatlah. Anda butuh tidur," pamit Cempaka saat ojek pesanannya tiba. Ia melambaikan tangan kepada Yudi, sambil tersenyum senang.
Laki-laki paruh baya itu tersentuh, Cempaka seperti anaknya sendiri. Bibirnya ikut mengulas senyuman, membalas lambaian tangan Cempaka.
Kirim beberapa orang untuk mengikuti dan mengawasinya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Liana Syahroni
kenapa ya kl baca perasaan dikit banget .....padahal author nya udah rajin up juga panjang kl nulis.....tapi hamba yg tak pernah puas berasa kurang terooooooooss😆
2023-03-20
3