Bagian 2

Brugh!

Baron melempar sebuah bungkusan ke atas tubuh Cempaka yang duduk memeluk lutut di kamar. Gadis itu masih bersedih karena kepergian dua adik kesayangannya.

"Pakai itu untuk besok. Sekarang, kembalilah bekerja. Bukankah kau harus kembali ke tempat kerjamu?" ketus Baron yang bersandar di tiang pintu kamar Cempaka sambil menenggak minumannya.

Cempaka terdiam, mengunci mulutnya rapat-rapat. Tak ingin menanggapi ocehan Baron soal pakaian ataupun laki-laki itu.

"Ada apa? Apa kau tidak ingin kembali pada pekerjaanmu?" sengitnya seraya melempar botol minuman yang telah kosong ke depan tubuh Cempaka.

Gadis itu terlonjak, tapi tak membuatnya beranjak. Suara pecahan beling yang beberapa bagiannya mengenai kaki Cempaka, yang membuat gadis itu terkejut.

Baron yang marah, berjalan cepat menghampiri anaknya. Menarik tangan Cempaka dengan kuat, memaksanya untuk bangkit dan kembali bekerja.

"Lepas! Kau tidak bisa memaksaku, Baron! Aku tidak ingin bekerja!" teriak Cempaka sambil berderai air mata.

Mata merah gadis itu menyalang, menghujam kedua manik Baron yang juga memerah. Alkohol telah menguasai laki-laki itu, menghilangkan kesadarannya. Ia merenggut rambut Cempaka, menjambaknya dengan sangat kuat.

"Kau dan kedua anak kembar itu sama seperti ibumu, yang bisanya hanya menyusahkan saja. Pergi!" Baron menghempaskan tubuh Cempaka, membuatnya terhuyung ke depan.

"Pergi! Dan bawakan aku lebih banyak uang!" Baron memainkan dua jarinya. Ia tersenyum sinis, melangkahi tubuh Cempaka yang masih tergeletak di lantai.

Tak ada yang bisa dia lakukan, Cempaka mengusap air matanya. Bangkit dan berjanji pada diri sendiri tidak akan pernah menangis lagi. Bergegas mengganti pakaian, dan menentang tasnya. Sungguh, dia tak ingin ke mana pun hari itu. Hanya ingin termenung di dalam kamarnya yang tak memiliki daun pintu.

Cempaka menghentikan langkah, dipijitnya pelipis ketika rasa sakit berdenyut. Matanya berkunang-kunang, dia lupa bahwa belum mengisi perut seharian itu.

"Aku harus ke apotik," gumamnya seraya menghela napas menguatkan diri untuk dapat berjalan sampai apotik terdekat.

Cempaka meminta obat sakit kepala kepada pelayan apotik, menunggu sambil meringis menahan nyeri. Di tangannya telah terkepal sebotol air mineral untuk membantunya meminum obat tersebut.

Ia menerima ketika pesanannya datang. Akan tetapi, saat ingin membayar seseorang menyerobot tubuhnya.

"Argh!" Cempaka jatuh di lantai, ia mendongak menatap sosok laki-laki yang berwajah panik. Tampan, tapi menyebalkan.

"Cepat! Aku butuh obat untuk ibuku," katanya tergesa. Ia memberikan resep di tangan, menunggu tak sabar.

Cempaka berdiri, sama sekali tidak mempermasalahkan perbuatannya yang tidak meminta maaf. Ia sedang malas, tak ingin berdebat ataupun beradu mulut. Terlebih, saat mendengar kata ibu disebut. Cempaka teringat pada mendiang ibunya yang meninggal karena ketidakmampuannya membeli obat.

"Duh! Di mana? Astaga! Aku lupa membawa dompet!" pekik laki-laki itu, membuat dahi Cempaka mengernyit. Ia menunduk sedang menghitung uang untuk membayar obatnya.

"Apa kau sangat membutuhkan ini?" Pelayan apotik bertanya.

Cempaka diam mendengarkan.

"Ya, aku sangat membutuhkannya. Bukan! Bukan aku, tapi ibuku," jelasnya sedih.

Hening. Baik laki-laki itu ataupun pelayan apotik, kedua-duanya terdiam. Cempaka melirik nota yang harus dibayar laki-laki itu. Ia menghela napas, mengeluarkan sejumlah uang yang akan digunakan untuk mengajak jalan-jalan kedua adik kembarnya.

"Ini, sekalian saja miliknya." Cempaka menyerahkan uang tersebut, tanpa menoleh pada laki-laki itu.

Sedangkan dia, tercengang mendengar gadis yang ditabraknya membayar obat tersebut. Ia menilik wajah gadis itu, mematrinya di dalam ingatan. Tanpa banyak bicara, Cempaka meninggalkan apotik dan menaiki angkutan umum.

"Hai, tunggu!" Laki-laki itu mengejar, tapi angkot yang membawa Cempaka pergi dengan cepat.

"Siapa gadis itu? Aku bahkan tidak sempat mengucapkan terima kasih padanya. Suatu saat aku ingin bertemu dengannya lagi. Tuhan, Kau dengar doaku? Aku ingin bertemu dengannya lagi." Ia bergumam, kemudian menghela napas.

Menatap plastik obat di tangan, kemudian berlalu meninggalkan apotik. Hatinya tak henti bertanya-tanya, tentang siapa gadis yang telah menolongnya. Harapan untuk pertemuan selanjutnya, terus mengisi hati.

****

Di persimpangan jalan, Cempaka tertegun. Berpikir tentang apa yang telah terjadi hari itu. Terbersit di hati sudah saatnya untuk melawan Baron.

"Aku tidak bisa hanya tinggal diam saja. Laki-laki itu sudah keterlaluan, apa yang dia lakukan sangatlah fatal. Aku tidak boleh takut, aku akan melaporkannya ke polisi. Dia harus mendapatkan hukuman," gumam Cempaka dengan kedua maniknya yang memancarkan tekad yang kuat.

Dengan menggenggam sebuah botol kecil yang ia temukan di dapur, Cempaka yakin botol tersebut adalah botol racun yang digunakan Baron untuk membunuh kedua adiknya. Ia meniti langkah berbelok ke kantor polisi.

Cempaka mematung di depan gedung tersebut, rasa ragu mulai hadir mengganggu tujuannya. Ia menghela napas, genggaman tangan pada botol berbungkus plastik itu semakin menguat.

"Aku tidak boleh lemah, aku harus yakin bahwa apa yang aku lakukan adalah benar. Demi Rafa dan Rafi, demi kebebasanku. Jika laki-laki itu dipenjara, maka tidak akan ada lagi yang mengatur hidupku. Aku bisa bebas menentukan pilihan, dan yang terpenting pernikahan paksa itu tidak akan pernah terjadi." Cempaka meyakinkan hatinya, kembali melanjutkan langkah memasuki gedung kantor penegak hukum tersebut.

"Selamat sore, Pak!" sapa Cempaka pada petugas kepolisian yang berjaga.

"Selamat sore, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" balas polisi tersebut sembari menelisik wajah gadis di depannya. Terdapat lebam juga bekas tamparan di pipi membuat mereka curiga ia adalah korban kekerasan.

Cempaka tercenung, terpikirkan ancaman Baron yang akan membakar mayat kedua adiknya. Namun, hati dan pikiran terus meyakinkan untuk melanjutkan niatnya. Ia menghela napas dalam dan membuangnya perlahan.

"Saya ... saya mau melaporkan ayah saya, Pak. Dia sudah melakukan penganiayaan terhadap saya juga kedua adik saya, bahkan ... bahkan ...." Cempaka tergugu ketika bayangan kedua adiknya yang terbujur kaku melintas dalam benak.

"Iya, Nona?"

Cempaka menghela napas, terlalu sakit bila mengingat semua itu. Dia bertekad mengakhiri semuanya.

"Dia membunuh kedua adik saya dengan cara meracuni makanan mereka, Pak. Dia juga mengancam saya akan membakar jasad mereka jika saya mengadukan hal ini pada pihak berwajib. Tolong saya, Pak. Tolong saya!" ratap Cempaka menangkupkan kedua tangan di depan wajahnya yang tertunduk.

"Anda memiliki bukti?" Tak akan pihak kepolisian bertindak gegabah.

Cempaka menyerahkan botol berbungkus plastik itu kepada mereka. "Mungkin ini bisa menjadi bukti. Saya menduga ini adalah botol racun yang dia gunakan untuk membunuh mereka."

Polisi menerima dan memeriksanya. Segera surat perintah penangkapan pun turun, dan mereka bergegas mendatangi rumah Baron. Pihak kepolisian juga membongkar makam kedua adik Cempaka untuk melakukan autopsi pada jenazah keduanya.

"Anak durhaka! Awas saja kau, kalau aku bisa lolos akan aku habisi dirimu!" ancam Baron saat polisi menggiringnya ke dalam mobil.

Cempaka mematung, menatap kepergian Baron yang dibawa polisi. Ada banyak pertanyaan terlontar dari warga yang berkerumun, tapi Cempaka malas menanggapi dan memilih masuk ke dalam rumah. Menguncinya, menghilang dari semua orang.

Terpopuler

Comments

CahayaMalam

CahayaMalam

teganya

2023-03-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 Bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17
18 Bagian 18
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33
34 Bagian 34
35 Bagian 35
36 Bagian 36
37 Bagian 37
38 Bagian 38
39 Bagian 39
40 Bagian 40
41 Bagian 41
42 Bagian 42
43 Bagian 43
44 Bagian 44
45 Bagian 45
46 Bagian 46
47 Bagian 47
48 Bagian 48
49 Bagian 49
50 Bagian 50
51 Bagian 51
52 Bagian 52
53 Bagian 53
54 Bagian 54
55 Bagian 55
56 Bagian 56
57 Bagian 57
58 Bagian 58
59 Bagian 59
60 Bagian 60
61 Bagian 61
62 Bagian 62
63 Bagian 63
64 Bagian 64
65 Bagian 65
66 Bagian 66
67 Bagian 67
68 Bagian 68
69 Bagian 69
70 Bagian 70
71 Bagian 71
72 Bagian 72
73 Bagian 73
74 Bagian 74
75 Bagian 75
76 Bagian 76
77 Bagian 77
78 Bagian 78
79 Bagian 79
80 Bagian 80
81 Bagian 81
82 Bagian 82
83 Bagian 83
84 Bagian 84
85 Bagian 85
86 Bagian 86
87 Bagian 87
88 Bagian 88
89 Bagian 89
90 Bagian 90
91 Bagian 91
92 Bagian 92
93 Bagian 93
94 Bagian 94
95 Bagian 95
96 Bagian 96
97 Bagian 97
98 Bagian 98
99 Bagian 99
100 Bagian 100
101 Bagian 101
102 Bagian 102
103 Bagian 103
104 Bagian 104
105 Bagian 105
106 Bagian 106
107 Bagian 107
108 Bagian 108
109 Bagian 109
110 Bagian 110
111 Bagian 111
112 Bagian 112
113 Bagian 113
114 Bagian 114
115 Bagian 115
116 Bagian 116
117 Bagian 117
118 Bagian 118
119 Bagian 119
120 Bagian 120
121 Bagian 121
122 Bagian 122
123 Bagian 123
124 Bagian 124
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
Bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17
18
Bagian 18
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33
34
Bagian 34
35
Bagian 35
36
Bagian 36
37
Bagian 37
38
Bagian 38
39
Bagian 39
40
Bagian 40
41
Bagian 41
42
Bagian 42
43
Bagian 43
44
Bagian 44
45
Bagian 45
46
Bagian 46
47
Bagian 47
48
Bagian 48
49
Bagian 49
50
Bagian 50
51
Bagian 51
52
Bagian 52
53
Bagian 53
54
Bagian 54
55
Bagian 55
56
Bagian 56
57
Bagian 57
58
Bagian 58
59
Bagian 59
60
Bagian 60
61
Bagian 61
62
Bagian 62
63
Bagian 63
64
Bagian 64
65
Bagian 65
66
Bagian 66
67
Bagian 67
68
Bagian 68
69
Bagian 69
70
Bagian 70
71
Bagian 71
72
Bagian 72
73
Bagian 73
74
Bagian 74
75
Bagian 75
76
Bagian 76
77
Bagian 77
78
Bagian 78
79
Bagian 79
80
Bagian 80
81
Bagian 81
82
Bagian 82
83
Bagian 83
84
Bagian 84
85
Bagian 85
86
Bagian 86
87
Bagian 87
88
Bagian 88
89
Bagian 89
90
Bagian 90
91
Bagian 91
92
Bagian 92
93
Bagian 93
94
Bagian 94
95
Bagian 95
96
Bagian 96
97
Bagian 97
98
Bagian 98
99
Bagian 99
100
Bagian 100
101
Bagian 101
102
Bagian 102
103
Bagian 103
104
Bagian 104
105
Bagian 105
106
Bagian 106
107
Bagian 107
108
Bagian 108
109
Bagian 109
110
Bagian 110
111
Bagian 111
112
Bagian 112
113
Bagian 113
114
Bagian 114
115
Bagian 115
116
Bagian 116
117
Bagian 117
118
Bagian 118
119
Bagian 119
120
Bagian 120
121
Bagian 121
122
Bagian 122
123
Bagian 123
124
Bagian 124

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!