Bagian 3

Baron duduk diam di mobil polisi, meski terlihat menurut yang sebenarnya dia sedang mencari cara untuk melarikan diri dari mereka. Kepalanya tertunduk dalam, mengira-ngira tempat mana yang tepat untuk melarikan diri.

Di tengah perjalanan sebuah suara tiba-tiba terdengar, menyusul bau yang menyengat menyeruak menjejali hidung mereka.

"Astaga! Bau busuk apa ini?" ujar mereka menutup hidung dan mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah.

Bagus!

"Itu bau kentutku, perutku sangat sakit, mulas dan melilit. Aku tak tahan, jadi aku keluarkan saja di sini. Ah, lagi ... aku ingin membuangnya lagi," ucap Baron sambil mengedan hendak mengeluarkan sesuatu lagi dari belakangnya.

"Jika kalian tidak membiarkan aku pergi ke toilet maka, aku akan mengeluarkannya di sini. Ugh!" Baron mulai mencari alasan agar dapat keluar dari mobil polisi itu.

Mereka menepikan mobilnya di salah satu toilet umum, berjaga dengan siaga selama Baron membuang hajatnya.

"Hei! Cepatlah!" Polisi yang berjaga menggedor-gedor pintu kamar mandi meminta Baron untuk segera keluar.

Bunyi air yang dinyalakan membuat mereka percaya bahwa laki-laki bengis itu masih berada di dalam. Semakin lama keanehan pun semakin nyata.Ia membuka pintu dengan paksa, tak ada siapapun di dalam sana selain air yang terus mengucur. Lalu, melirik ke atas pada lubang udara yang mudah saja dimasuki seseorang.

"Tahanan melarikan diri!" teriaknya ikut menyentak tubuh Baron yang tengah bersembunyi di dalam semak di belakang kamar mandi umum itu.

Dia tidak lari karena tidak mungkin lolos dari kejaran polisi. Para polisi segera datang memeriksa, mencari-cari menggunakan senter untuk dapat melihat Baron. Namun, posisi Baron yang menguntungkan tak dapat mereka temukan.

Bagus! Pergilah!

Baron membatin ketika mendengar suara deru mobil meninggalkan toilet umum. Beberapa jam masih bersembunyi di sana sampai keadaan menjadi sunyi dan aman menurutnya.

"Para polisi itu pasti menjaga rumahku. Mereka pikir aku akan ke sana, aku tidak bodoh!" Baron beranjak dan pergi meninggalkan tempat tersebut.

Dia tidak menuju ke rumahnya, melainkan berbelok ke arah lain sambil tak henti-hentinya mengumpat.

"Awas saja kau, Cempaka! Aku akan membalas ini!" ancamnya di dalam hati.

****

Sementara di rumah itu, Cempaka tengah menangis tersedu-sedan di lantai rumahnya. Memeluk lutut, menumpahkan kesedihan juga kekecewaan karena yang dilakukan laki-laki itu.

Suara deru mobil menyentak tubuh Cempaka, menyusul ketukan di pintu membuatnya segera beranjak untuk membuka.

"Selamat malam, Nona! Tahanan melarikan diri, dan kami kira akan pulang ke sini. Kami akan berjaga di sekeliling rumah Anda."

Napas Cempaka tercekat, air matanya luruh berjatuhan di lantai. Ia menutup pintu dengan segera setelah para polisi menginstruksikan, menguncinya dan masuk ke kamar menenangkan diri.

"Bagaimana bisa dia lari? Ya Tuhan!" Cempaka menangis, rasa takut seketika saja memenuhi hatinya. Baron pasti akan kembali entah malam ini atau besok pagi. Dia pasti sedang menunggu para polisi yang berjaga itu lengah.

****

Keesokan harinya, pagi buta di rumah Cempaka.

Byur!

Segayung air disiramkan Baron pada tubuh Cempaka yang tanpa sadar terlelap di atas kasur lepeknya. Gadis itu terlonjak dengan napas tersengal-sengal.

"Bangun, Pemalas!" Baron mencengkeram dagu Cempaka dengan cukup kuat. Matanya begitu tajam menusuk, ketakutan jelas terpancar di kedua mata wanita itu.

"Berani sekali kau melaporkanku pada polisi! Kau pikir aku mudah untuk masuk penjara? Kau belum tahu siapa Baron? Jangan pernah macam-macam denganku!" Dengan kasar ia hempaskan wajah Cempaka sehingga berbalik.

Plak!

Menamparnya dua kali melampiaskan emosi.

"Jika tak ingat uang yang akan aku dapatkan hari ini, aku mengirimmu ke alam baka menyusul mereka!" kecam Baron tepat di depan wajahnya.

"Bunuh aja aku! BUNUH SAJA AKU!" teriak Cempaka tak tahan.

Baron tertawa terbahak-bahak. Tak akan dia membunuh gadis itu.

"Aku tidak akan membunuhmu. Cepat, bersihkan dirimu. Kita akan bertemu dengan tuan Caesar." Laki-laki itu beranjak meminta Cempaka bersiap.

Dengan kasar, Baron menjambak rambut gadis itu dan memintanya untuk masuk ke kamar mandi. Tanpa dapat menolak lagi, Cempaka mengusap wajahnya yang basah, dan membersihkan diri.

"Jangan lupa pakai pakaian yang aku belikan. Pastikan kau juga berdandan untuk dapat menarik perhatian tuan Caesar." Baron memerintah tanpa melihat ke arah Cempaka. Tangannya sibuk memainkan ponsel, menghabiskan waktu dengan hanya bermain game.

Cempaka menghela napas, meremas pakaian di tangannya. Pakaian haram yang tak pernah ingin dia pakai, tapi hari itu dia mengenakannya sambil menangis.

Baron berteriak memanggil namanya. Celingukan memastikan tak ada polisi yang berjaga di sekitar sana. Lalu, menggeret tangan Cempaka dengan kasar ketika baru saja ia keluar.

Kepalanya melilau dengan awas, khawatir akan keberadaan para pihak berwajib.

"Ayo!" Baron berbalik sambil meneguk ludah, mengusap keringat yang tiba-tiba muncul memenuhi wajah. Ia menghidupkan motor bututnya, membawa Cempaka pergi ke sebuah restoran.

"Jangan banyak bicara, cukup diam dan patuhi apa yang akan kau dengar di sana," ingat Baron yang tak ditanggapi cempaka sama sekali.

Gadis itu terus diam, menahan tangis yang ingin meluap. Bibirnya gemetar, kulit wajah serta matanya memerah. Rasa panas membakar setiap rasa dalam diri, menciptakan embun yang menggenang di kedua pelupuk.

"Turun!" ketus Baron ketika ia baru saja menghentikan motor di parkiran restoran.

"Ingat! Jangan berkata apapun juga!" Baron menuding wajah Cempaka, sebelum menarik jaket yang dikenakan gadis itu. Lalu, menyerat tangannya untuk memasuki restoran.

Cempaka terseok-seok mengikuti langkah lebar Baron. Laki-laki itu membawanya ke sebuah ruang privasi yang dikhususkan untuk para tamu-tamu istimewa.

"Maaf, Nyonya. Saya datang terlambat," ucap Baron membungkukkan tubuh di hadapan seorang wanita yang berusia lebih tua dari Cempaka.

Ia nampak elegan, duduk dengan gaya cantik, yang memperlihatkan kelasnya. Pakaian mewah membalut tubuhnya yang ramping, riasan natural yang memperlihatkan kecantikan wajahnya.

Mata yang dibingkai bulu lentik itu memindai tubuh sintal Cempaka dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sedikit mencibir karena gadis itu memiliki postur tubuh yang lebih menarik daripada dirinya.

"Yah, tidak apa-apa. Silahkan duduk!" Tangannya dengan gemulai mempersilahkan keduanya untuk duduk.

"Apa kau sudah menjelaskan kepadanya untuk apa dia datang?" tanya wanita tersebut menatap Baron tajam.

"Sudah, Nyonya. Dia sudah tahu untuk apa ada di sini?" jawab Baron dengan yakin.

Wanita itu menyandarkan tubuh dengan elegan, melipat kedua tangan di perut. Sikap angkuhnya itu pun, membuat siapa saja akan berdecak kagum saat melihat.

"Ini!" Dia melempar sebuah berkas ke hadapan Cempaka. "Baca, dan pelajari isi kontraknya!" Ia memerintah kemudian melipat kedua tangan lagi memperhatikan.

Dengan tangan gemetar, Cempaka mengambil berkas tersebut dan membacanya. Menetes air mata. Apakah nasibnya akan berakhir pada pernikahan kontrak itu?

"Tugasmu hanya mengandung dan melahirkan anak untukku juga suamiku. Jangan pernah berharap lebih, apalagi mengharapkan cinta suamiku! Karena itu tidak akan pernah kau dapatkan!" ucap wanita tersebut dengan penuh percaya diri.

Cempaka mengusap air matanya, meletakkan berkas tersebut di atas meja. Dia akan menerima takdirnya. Hanya sampai melahirkan, setelah itu dia akan terbebas dari mereka semua termasuk Baron.

Hati Cempaka semakin perih tatkala wanita itu memberikan Baron sebuah amplop yang cukup tebal. Gadis itu tahu apa yang ada di dalam. Itu pasti uang penjualan dirinya. Baron mencium amplop tersebut, tertawa terbahak.

Berselang, pintu terbuka dan seorang laki-laki dewasa masuk ke ruangan.

"Sayang!" Wanita itu menyambut dengan manja dan mesra. Membawanya duduk di sofa dengan tangan yang menggamit lengan laki-laki tersebut.

"Dia perempuan yang aku pilihkan untuk melahirkan anak kita. Bagaimana? Kau suka?"

Laki-laki itu memicing, menelisik dalam-dalam sosok Cempaka.

Terpopuler

Comments

Dwi Puji Astuti

Dwi Puji Astuti

sukaaa

2024-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 Bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17
18 Bagian 18
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33
34 Bagian 34
35 Bagian 35
36 Bagian 36
37 Bagian 37
38 Bagian 38
39 Bagian 39
40 Bagian 40
41 Bagian 41
42 Bagian 42
43 Bagian 43
44 Bagian 44
45 Bagian 45
46 Bagian 46
47 Bagian 47
48 Bagian 48
49 Bagian 49
50 Bagian 50
51 Bagian 51
52 Bagian 52
53 Bagian 53
54 Bagian 54
55 Bagian 55
56 Bagian 56
57 Bagian 57
58 Bagian 58
59 Bagian 59
60 Bagian 60
61 Bagian 61
62 Bagian 62
63 Bagian 63
64 Bagian 64
65 Bagian 65
66 Bagian 66
67 Bagian 67
68 Bagian 68
69 Bagian 69
70 Bagian 70
71 Bagian 71
72 Bagian 72
73 Bagian 73
74 Bagian 74
75 Bagian 75
76 Bagian 76
77 Bagian 77
78 Bagian 78
79 Bagian 79
80 Bagian 80
81 Bagian 81
82 Bagian 82
83 Bagian 83
84 Bagian 84
85 Bagian 85
86 Bagian 86
87 Bagian 87
88 Bagian 88
89 Bagian 89
90 Bagian 90
91 Bagian 91
92 Bagian 92
93 Bagian 93
94 Bagian 94
95 Bagian 95
96 Bagian 96
97 Bagian 97
98 Bagian 98
99 Bagian 99
100 Bagian 100
101 Bagian 101
102 Bagian 102
103 Bagian 103
104 Bagian 104
105 Bagian 105
106 Bagian 106
107 Bagian 107
108 Bagian 108
109 Bagian 109
110 Bagian 110
111 Bagian 111
112 Bagian 112
113 Bagian 113
114 Bagian 114
115 Bagian 115
116 Bagian 116
117 Bagian 117
118 Bagian 118
119 Bagian 119
120 Bagian 120
121 Bagian 121
122 Bagian 122
123 Bagian 123
124 Bagian 124
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
Bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17
18
Bagian 18
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33
34
Bagian 34
35
Bagian 35
36
Bagian 36
37
Bagian 37
38
Bagian 38
39
Bagian 39
40
Bagian 40
41
Bagian 41
42
Bagian 42
43
Bagian 43
44
Bagian 44
45
Bagian 45
46
Bagian 46
47
Bagian 47
48
Bagian 48
49
Bagian 49
50
Bagian 50
51
Bagian 51
52
Bagian 52
53
Bagian 53
54
Bagian 54
55
Bagian 55
56
Bagian 56
57
Bagian 57
58
Bagian 58
59
Bagian 59
60
Bagian 60
61
Bagian 61
62
Bagian 62
63
Bagian 63
64
Bagian 64
65
Bagian 65
66
Bagian 66
67
Bagian 67
68
Bagian 68
69
Bagian 69
70
Bagian 70
71
Bagian 71
72
Bagian 72
73
Bagian 73
74
Bagian 74
75
Bagian 75
76
Bagian 76
77
Bagian 77
78
Bagian 78
79
Bagian 79
80
Bagian 80
81
Bagian 81
82
Bagian 82
83
Bagian 83
84
Bagian 84
85
Bagian 85
86
Bagian 86
87
Bagian 87
88
Bagian 88
89
Bagian 89
90
Bagian 90
91
Bagian 91
92
Bagian 92
93
Bagian 93
94
Bagian 94
95
Bagian 95
96
Bagian 96
97
Bagian 97
98
Bagian 98
99
Bagian 99
100
Bagian 100
101
Bagian 101
102
Bagian 102
103
Bagian 103
104
Bagian 104
105
Bagian 105
106
Bagian 106
107
Bagian 107
108
Bagian 108
109
Bagian 109
110
Bagian 110
111
Bagian 111
112
Bagian 112
113
Bagian 113
114
Bagian 114
115
Bagian 115
116
Bagian 116
117
Bagian 117
118
Bagian 118
119
Bagian 119
120
Bagian 120
121
Bagian 121
122
Bagian 122
123
Bagian 123
124
Bagian 124

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!