Wajah laki-laki itu tampak pucat pasi manakala benda miliknya menembus kepunyaan Cempaka. Tangisan lirih dari wanita di bawah kurungan kedua tangan, mengingatkan bahwa apa yang telah terjadi amat menyakiti dirinya.
"K-kau ...?" Lidahnya kelu tak mampu berkata-kata. Pandangan turun ke bawah, menatap Cempaka yang berpaling sambil berderai air mata.
Tak ada sahutan, juga tak ada yang dia lakukan selain terdiam sambil melepaskan cengkeraman tangannya pada tangan Cempaka dengan perlahan dan hati-hati.
Cempaka meneguk saliva, terpejam kedua matanya. Air jatuh begitu mudah dari pelupuk yang dibingkai bulu sederhana itu. Terbesit rasa sesal di hati Caesar, dia sudah salah menduga. Seandainya tahu bahwa Cempaka masihlah seorang gadis, tak akan dia melakukannya dengan kasar.
"Sa-sakitkah?" tanyanya terbata, tak tega hati melihat gadis lemah di bawahnya yang tiada berdaya.
Cempaka menganggukkan kepala, merasakan sebuah sensasi yang semakin lama semakin biasa dan rasa perih memudar sedikit demi sedikit. Cairan hangat yang menyentuh milik Caesar, membuat tubuh laki-laki itu menegang.
"K-kau masih gadis?" Tercengang wajahnya merasai sebuah jalan yang begitu sempit menghimpit. Sangat berbeda dengan milik Eva yang sejak mereka menikah sudah terbuka lebar dan licin.
Tak ada suara, hanya anggukan kepala Cempaka yang menjawab. Wanita itu tetap menutup mata, tak membukanya sama sekali.
"A-aku ... ma-maaf, aku tidak tahu." Caesar bingung sendiri. Ingin menyudahi, tapi keinginan untuk menuntaskan telah mencapai puncak. Jika ia lanjutkan, rasa cemas pun ada memikirkan kesakitan yang dialami Cempaka.
"Sudahi?"
Cempaka diam, tidak mengangguk ataupun menggeleng. Sudah terlanjur dan tidak ada lagi yang perlu dia pertahankan. Laki-laki yang menggagahinya telah melihat semua yang tertutup dari tubuh itu.
"Apa aku boleh melanjutkan? Ini sesuatu yang baru untukku," ujar Caesar memancing Cempaka untuk membuka mulut atau setidaknya menatap wajah laki-laki itu.
Benar saja. Cempaka membuka mata, mengalihkan pandangan pada manik hitam Caesar. Tersirat kebingungan dalam tatapan penuh penderitaan itu.
"Yah, milikmu berbeda dengan milik Eva. Dia tidak sesempit milikmu. Jadi, aku ingin melanjutkannya. Kau tenang saja, aku akan berhati-hati dalam melakukannya," ucap Caesar sambil tersenyum ramah dan manis.
Cempaka bimbang, mulai menilai seperti apa laki-laki di atasnya itu. Dia bersikap dingin dan tak acuh, tapi sekarang terdengar lembut dan ramah. Jawaban apa yang diinginkan laki-laki egois dan pemaksa itu? Menolak pun, ia tak akan mampu.
Cempaka meringis tatkala Caesar mulai memainkan perannya. Perlahan, rasa perih menjadi biasa, bahkan ia berdesis dikala puncak surga dunia digapainya. Tak berhenti di sana, Caesar mulai meraba memainkan apa-apa yang dia suka.
Malam panas itu menjadi milik Cempaka, keduanya hanyut dan larut dalam peluh yang menyatu. Sensasi baru yang dirasakan Caesar menjadikan hatinya menghangat. Cempaka lebih memuaskan keinginannya daripada Eva yang yang dipujanya.
****
Di kamarnya, Eva tengah menikmati kesendirian. Bermain ponsel, sesekali akan tersenyum bahkan tertawa. Dia tidak ingin terlalu memikirkan perihal Caesar yang mendatangi kamar madunya.
"Hallo, sayang." Dia mengangkat telpon, ketika sebuah panggilan masuk.
"Baiklah. Aku akan datang, tunggu aku." Dengan nada manja ia berucap, kemudian menutup sambungan dan tersenyum senang. Tubuhnya yang polos tanpa tertutup sehelai benang pun, dibiarkan begitu saja. Dia lebih suka memperlihatkan keseksiannya.
Wanita itu pun beranjak, pergi meninggalkan kamar meski tanpa izin suaminya dengan tubuh yang dibalut piyama transparan dan blazer yang menutupinya.
Ke mana dia akan pergi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
watashi tantides
anjoy awas kalo ketagihan dasar
2023-09-26
0
mieya723
Wah ditipu
2023-03-10
1