"Apa selama itu kau mandi!"
Tubuh gadis di depan lemari besar itu tersentak, suara dingin nan menusuk membuatnya menegang. Cengkeraman tangan pada handuk di dada menguat, tak membiarkannya terlepas. Cempaka meneguk ludah, darah berdesir hingga ke ubun-ubun. Kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri, pening dan pandangan berkunang-kunang.
"Kau bisu? Kau tidak mendengarku?!" Bentakan selanjutnya semakin membuat tubuh Cempaka mengkerut.
Punggung yang terekspos bebas itu membuat Caesar meneguk liur sendiri. Sesuatu mengalir di pembuluh darahnya, meronta meminta puncak keinginan. Bibirnya berkedut, tak henti mengeluarkan liur.
Sial!
Dia mengumpat dalam hati, demi gejolak rasa dia tergoda.
"Se-sedang apa Tuan di kamar saya?" tanya Cempaka terbata dan gugup.
Sebelah tangannya menarik piyama, menggamitnya di antara kedua paha.
"Sedang apa? Tentu saja untuk mendapatkan hakku sebagai tuan yang telah membelimu!" ketus Caesar menambah ketakutan di hati Cempaka.
Gadis itu memejamkan mata, menghirup udara panjang dan dalam menekan rasa sakit yang mendera jiwa.
"Permisi, Tuan. Sa-saya ke kamar mandi dulu!" Terburu-buru dia berlari dan masuk ke kamar mandi. Menguncinya dengan pasti, seraya menyandarkan tubuh di daun pintu.
"Oh, jantungku! Kenapa dia bisa tiba-tiba ada di kamarku?" umpatnya sambil mengurut dada yang terasa menyempit.
"Tuan? Seorang tuan yang membeli seorang budak?" Cempaka tertawa getir, "aku hanyalah seorang budak. Yang harus patuh dan manut pada tuannya." Air mata jatuh mengalir, rasa sakit semakin menggetarkan hatinya.
Sementara Caesar tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Dia tersenyum smirk, mencibir kepolosan Cempaka. Laki-laki itu kira semua wanita adalah sama. Malu pada awalnya, gila pada akhirnya.
"Pakai saja, aku yang akan menanggalkan semuanya." Ia melipat kedua tangan, kemudian merebahkan diri di ranjang. Menunggu beberapa saat, sampai rasa kantuk datang menyerang.
Caesar memejamkan mata, menunggu Cempaka yang terlalu lama di dalam sana.
"Semua perempuan itu sama. Tidak ada yang suci, yang ada hanya sok suci." Lisannya bergumam pelan, mendoktrin semua perempuan itu sama.
Suara kunci terbuka, membuka kelopak Caesar yang terpejam. Cempaka berjalan pelan, berdiri menunduk di samping ranjang tempat laki-laki itu berbaring. Caesar melirik, wajah apa adanya itu secara tiba-tiba menarik hati. Ia menepuk-nepuk kasur di sampingnya, meminta Cempaka untuk ikut berbaring di sana.
Mata tajam yang menerjang manik lawan bicaranya, membuat Cempaka tak dapat membantah.
"Sa-saya tidur di sofa saja, Tuan," tolak Cempaka bergetar.
Caesar mengeraskan rahang menahan amarah yang tiba-tiba meluap. Jika bukan karena kontrak untuk mendapatkan anak dengannya, tak akan ia berada di kamar tersebut. Caesar beranjak duduk, pandangannya tak teralihkan dari sosok Cempaka yang terdiam menundukkan kepala.
Secepat kilat tangan besar Caesar menarik tangan Cempaka, mengangkat tubuh itu dan membaringkannya di atas ranjang. Menindihnya dengan segera, mengunci kedua tangan Cempaka di atas kepalanya.
Deru napas yang memburu beradu dengan hembusan napas cepat dari mulut Cempaka. Mata mereka saling menatap tajam, tak ingin mengalah pada salah satunya.
"Kau pikir aku sudi tidur denganmu? Hanya karena perjanjian konyol itu, dan jika bukan karena menginginkan anak, tak akan aku meniduri wanita lain. Sekarang, lakukan tugasmu karena aku sudah membayar mahal untuk seorang gadis jelek sepertimu!" kecam Caesar sembari melotot ke arah Cempaka.
Jatuh air mata gadis itu, tangisan pertamanya setelah berjanji tak akan pernah menangis lagi. Pasrah. Cempaka diam membiarkan laki-laki yang telah membelinya menjamah setiap inci bagian tubuh.
Bagai sebujur bangkai, Cempaka diam tak melawan. Satu-satunya yang dia lakukan hanyalah menangis dengan kedua tangan saling meremas satu sama lain dalam kungkungan lengan besar itu. Kedua mata terpejam tatkala tangan besar Caesar merobek piyama yang ia kenakan.
Ibu ....
Batinnya bergumam lirih dan perih, pada siapa ia meminta pertolongan. Berada di bawah kungkungan dua tangan besar nan kokoh, membuat Cempaka tak mampu melakukan apapun. Dia lemah, dia pasrah.
Sampai pada intinya ....
"ARGH!"
Cempaka menjerit, tatkala benda besar itu merangsek masuk menembus inti miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments