Bisul 20

Sultan berdecak kesal. Ketika ia baru masuk kamar, ternyata Nabila sedang tertidur lelap. Bahkan, dengkuran wanita itu terdengar cukup keras. Sultan pun meletakkan jas dan melepas sepatunya lalu naik ke ranjang untuk melihat wajah Nabila dalam jarak dekat. 

Ia menghela napas panjang ketika hatinya diam-diam mengagumi kecantikan wanita itu. "Lu kalau lagi diem gini, cantik, loh, tapi kalau lagi melek, rasanya pengen gue cekik." 

Tanpa sadar Sultan mengusap pipi Nabila, tetapi ia tersentak ketika Nabila bangun dengan tiba-tiba. Wajah gadis itu dipenuhi dengan keringat dingin dan terlihat seperti orang yang kebingungan juga ketakutan. 

"Lu kenapa?" tanya Sultan. Nabila tidak menjawab. Ia justru langsung memeluk suaminya sangat erat hingga membuat Sultan terheran-heran. 

"Gue mimpi buruk." Suara Nabila masih belum beraturan karena napasnya tersengal. 

"Mimpi buruk apa?" Sultan melepas pelukan itu dan menatap wajah Nabila sangat lekat. 

"Gue mimpi lu nikah lagi sama wanita lain. Gue tolak karena gue enggak mau dimadu.  Tapi lu malah gugat cerai gue dan lebih milih wanita itu," kata Nabila. Sultan langsung terdiam ketika mendengarnya. "Gue takut, Sul. Gue takut semua bakal jadi kenyataan. Apa mungkin ini adalah pertanda bahwa gue harusnya sadar kalau cepat atau lambat, pernikahan ini akan berakhir." 

Mata Nabila tampak berkaca-kaca. Entah mengapa, hatinya sudah merasa sangat sakit padahal ia baru membayangkan berpisah dengan Sultan. Lantas, bagaimana jika memang hal itu menjadi kenyataan. Nabila tidak yakin apakah hatinya masih akan tetap kuat atau tidak. 

"Jangan dipikirkan, itu hanyalah bunga tidur. Lebih baik sekarang kamu cuci muka dan kita harus bersiap untuk makan malam." Sultan bangkit berdiri dan mengambil handuk. Ia sengaja menghindar dari Nabila karena tidak ingin wanita itu tahu kalau batinnya sedang gelisah saat ini. 

Sultan memang diam, tetapi ia sebenarnya sedang kepikiran. Jika memang harus berpisah dengan Nabila dalam waktu dekat, sepertinya Sultan belum sanggup. Ia hanya tidak ingin membuat orang tua mereka kecewa. 

Tegaskan sekali lagi. Tidak ingin membuat orang tua mereka kecewa. 

***

"Tadi siang kenapa lu enggak datang ke kantor? Lu saking asyiknya berkencan dengan Ariel sampai lupa kalau udah punya suami," protes Sultan saat mereka baru selesai makan malam dan bersiap hendak tidur. 

Mengingat kembali Nabila yang tidak datang ke kantor, membuat Sultan merasa sangat geram dan ingin sekali meng—ihhh—istrinya itu. Eh! 

"Gue udah dateng, tapi gue lihat Hanum ke kantor sambil bawa makan siang buat lu. Jadi, gue pikir mendingan gue pergi daripada mengganggu kalian berduaan. Jadi obat nyamuk kagak enak, Sul," kata Nabila masih terlihat santai. Meskipun hatinya sudah tidak karuan rasanya. 

"Hanum datang untuk menepati janji karena ia pernah berjanji akan membawa makan siang untuk gue. Sebagai tanda terima kasih karena gue udah nolong dia waktu itu." Sultan berusaha menjelaskan walaupun ia merasa kaget karena Nabila melihatnya bersama Hanum. 

Nabila membulatkan bibirnya secara penuh. "Oh, gitu. Ya udah, kalau gitu kita impas. Lu makan siang sama Hanum, dan gue makan siang sama Ariel. Jadi, enggak ada yang perlu diperdebatin di sini." 

Nabila menarik selimut sampai sebatas leher lalu tidur membelakangi suaminya. Sementara Sultan hanya menatap punggung Nabila sangat lekat. Ia merasakan sebuah perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. 

"Besok lu masih berangkat kerja?" tanya Sultan pelan. 

"Ya. Gue udah selesai cuti. Besok gue mulai kerja lagi dan gue harap elu enggak akan ngelarang gue kerja, sampai gue mutusin buat berhenti sendiri." Nabila berbicara tanpa membalik badan. 

"Baiklah. Itu terserah lu karena gue emang enggak bisa ngelarang lu. Selamat malam." Sultan ikut menarik selimut lalu membelakangi Nabila. Posisi mereka pun saling membelakangi. 

Selamat malam juga.

Nabila hanya membalas ucapan itu di dalam hati. Ia memang terdiam dan berusaha tidak terlalu banyak mengobrol karena untuk saat ini, ia tidak ingin berdebat dengan suaminya. 

***

"Dasar Kadal! Astaga, lu emang suka benar bikin repot." Sultan menggerutu karena Nabila menyuruhnya mengambilkan handuk yang ketinggalan karena wanita itu saking terburunya tadi. 

"Buka pintunya, ini handuk lu, dan cepetan gue juga mau mandi." Sultan memerintah, tetapi Nabila hanya mendengkus kasar. 

Selang beberapa saat, Sultan terkejut karena Nabila keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk sebatas dada. Bahkan, kaki jenjangnya pun terlihat begitu menggoda. 

Sungguh hal ini sangat tidak baik untuk adik kecil Sultan. 

"Iler lu, Sul." Nabila terkekeh sambil mengusap dagu Sultan hingga membuat lelaki itu tersadar.

"Apa!" 

"Enggak papa. Adek lu bangun, tuh." Nabila menunjuk paha Sultan sambil tergelak.

Sultan menunduk dan melihat adik kecilnya yang sudah menantang dari balik celana. Merasa malu karena Nabila terus menertawakannya, Sultan pun bergegas masuk kamar mandi sambil membanting pintu. Tubuh Nabila terjengkit karena terkejut mendengar suara pintu itu. 

"Ya Tuhan, untung gue enggak punya penyakit jantung. Dasar suami laknat." 

Terpopuler

Comments

Queen Mother

Queen Mother

Meng—- iih— apaan tuh Sul? 😂😂

2023-04-28

1

nurcahaya

nurcahaya

gimna sul, udah segel halal tpi gk bisa icip2 krna gk ada eh blum ada cinta diantara kalian

2023-03-07

0

bunda s'as

bunda s'as

super lucknuth .. 😬

2023-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!