Bisul 04

Saking khawatirnya Sultan sampai menceburkan diri ke kolam dan membantu Nabila untuk naik ke permukaan. Ia pun mendudukkan Nabila di tepi kolam. Akan tetapi, ia langsung berpaling ketika melihat gadis itu. 

"Ya Tuhan, hampir aja gue mati," keluh Nabila. Mengusap dada sembari mengembuskan napas berkali-kali.

"Makanya hati-hati," cibir Sultan tanpa menatap Nabila. 

"Ish! Kenapa lu noleh gitu? Ada yang salah?" tanya Nabila heran karena sejak tadi Sultan terus saja memalingkan wajahnya. 

"Warna pink," sahutnya lirih. 

Nabila melongo sesaat, lalu ia menunduk dan betapa terkejutnya seorang Nabila Kadal ketika melihat bra yang dikenakan terlihat sangat jelas karena ia memakai baju putih. Dengan gegas, Nabila langsung menutup kedua dadanya dan beranjak bangun. 

"Kurang ajar! Lu ngintip, Sul!" omel Nabila. 

"Enggak lah, buat apa gue ngintip barang sekecil itu. Cuma sebesar buah apel." Sultan pun ikutan naik dan berdiri sejajar dengan Nabila.

"Bukan buah apel, enak aja!" protes Nabila tidak terima. Masih terus berusaha menutupi benda berharganya itu. 

"Lalu apa?" 

"Jeruk nipis," sahut Nabila asal. Hal tersebut tak ayal mengundang gelak tawa Sultan. 

Lelaki itu tergelak keras dan tersenyum puas. Membayangkan bukit kembar punya Nabila hanya sebesar jeruk nipis, pasti sangat imut-imut. Nabila pun mencebik kesal karena ia tahu ke mana pikiran Sultan saat ini. 

"Awas aja kalau lu terus ketawa. Kaki gue bakal mendarat di rudal lu yang udah nantang itu," ancam Nabila. 

Sultan terdiam dan melihat adik kecilnya yang sudah berdiri hanya karena membayangkan jeruk nipis. Ia pun menutupnya rapat. 

"Dah, lebih baik sekarang kita ganti baju. Jangan sampai lu masuk angin dan itu bakal bikin gue repot." Sultan berjalan masuk disusul Nabila di belakang. 

"Bilang aja lu khawatir sama gue," goda Nabila. Namun, Sultan tidak peduli dan tetap berjalan tergesa menuju ke kamar. 

Kedua orang tua mereka terkejut ketika melihat Sultan maupun Nabila masuk dalam keadaan basah kuyup. Dengan gegas, Rasya mengambilkan baju yang sekiranya pas dipakai oleh Nabila. 

***

Hari ini Sultan bisa bernapas lega karena Nabila izin tidak masuk ke kantor. Ia bisa merasa bebas dan bekerja dengan penuh ketenangan. Bahkan, saking bahagianya sejak tadi Sultan terus saja tersenyum senang. 

"Lu lagi happy amat, Sul?"

Sultan yang kala itu sedang sibuk bekerja, terkejut dengan kedatangan Gevariel—putra sulung Kiano dan Zety— sahabat baik Sultan. 

"Ya ampun, Riel. Lu bisa kagak kalau masuk ke ruangan, ketuk pintu dulu. Jangan nyelonong kaya maling," balas Sultan setengah ketus. 

Lelaki tampan yang biasa dipanggil Ariel tersebut, tidak peduli pada sahabatnya dan justru duduk dengan tenang di sofa. Pandangan matanya memindai seluruh ruangan seolah sedang mencari sesuatu. 

"Di mana Nabila? Apa dia tidak bekerja hari ini?" tanya Ariel. 

"Enggak. Hidup gue bakalan tenang dalam waktu sehari ini. Enggak ada tukang rusuh," cebiknya. Masih terus fokus pada layar komputer. "Memangnya lu enggak ke kantor? Santai amat, sih." 

"Gue lagi santai. Ada papa di kantor, jadi gue bebas kelayapan." Ariel tertawa keras dan hal itu membuat Sultan mendengkus kasar. 

"Eh, Sul. Gue denger dari papa katanya lu bakalan nikah sama Nabila. Emang bener?" tanya Ariel begitu menuntut jawaban. Dalam hati kecilnya terbesit rasa gelisah. 

"Ya Tuhan, kenapa beritanya udah nyebar aja. Pasti mulut mama yang udah ember," keluhnya. Ariel terkekeh mendengarnya. "Gue udah nolak, tapi mereka tetap bersikukuh. Gue bakal nikah tanggal dua puluh bulan depan."

Uhuk uhuk!

Gevariel terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri. 

"Kenapa lu, Riel?" Sultan melirik Ariel. 

"Kagak papa. Gue kaget aja," sahut Ariel singkat. 

Ya Tuhan, kenapa mereka berdua bakal menikah secepat itu. Gue pikir pernikahan itu masih lama. Jadi, gue masih memiliki kesempatan untuk bisa merebut hati Nabila lebih dulu. 

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***