Bisul 18

"Na, gimana kabar lu?" tanya Ariel ragu saat mereka sedang makan bersama di sebuah restoran ternama. 

"Seperti yang lu lihat, sangat baik, Riel. Kita baru berapa hari enggak ketemu, tapi lu udah nanya kabar aja. Kangen ya?" Nabila menaik-turunkan alisnya untuk menggoda Ariel, dan hal tersebut langsung disambut decakan keras dari lelaki itu. 

"Pastilah. Kalau gue kagak kangen, mana mungkin gue nanya kabar lu. Gue cuma khawatir Sultan akan nyakitin lu." Ariel tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya lagi. Menilik Sultan dan Nabila yang menikah karena perjodohan dan ia tahu Sultan tidak mencintai Nabila, membuat Ariel benar-benar sangat khawatir kepada wanita pujaan hatinya. 

"Lu tenang aja. Sultan pasti bisa jaga gue dengan baik. Walaupun gue sama dia sering berantem. Anggap aja itu bumbu dalam sebuah hubungan," seloroh Nabila. 

Ia akan menutupi semuanya dari siapa pun. Termasuk Gevariel yang merupakan sahabat baiknya. Selain tidak ingin membuat lelaki itu khawatir, Nabila juga tidak ingin membuat citra Sultan menjadi buruk di depan orang lain. Seburuk apa pun pasangan kita. 

"Syukurlah kalau gitu. Gue ikut seneng." Ariel tersenyum paksa untuk menutupi kegelisahan hatinya. "Kalau sampai si Bisul nyakitin lu, jangan lupa kasih tahu gue, Na. Biar gue sunati lagi dia sampai burungnya habis tuntas."  

"Eh, jangan dong, Riel. Kalau disunat lagi sampai habis maka gue bakal galau lah, gimana sih, lu!" protes Nabila. Membuat kening Ariel mengerut dalam. 

"Maksud lu? Kenapa lu yang galau? Baru aja nikah udah bucin banget lu, Na." 

"Jangan berlagak bodoh, Riel. Bayangin aja lu nikah, tapi lu kagak punya burung. Gue jamin bini lu bakal pergi jauh-jauh karena kagak dapat nafkah batin," tutur Nabila. 

Ariel melongo untuk beberapa saat. "Asem emang lu, Na." 

Nabila tergelak keras. Ia merasa puas ketika melihat Ariel yang tampak kesal. Sungguh, untuk beberapa saat ini kegalauannya karena Sultan sedikit menghilang. Kedua orang itu pun lanjut mengobrol banyak hal. Bahkan, tak jarang mereka tergelak keras hingga membuat beberapa pengunjung di sampingnya merasa heran. 

***

Sultan menatap jam dinding dengan perasaan campur aduk. Waktu makan siang hampir tiba, tetapi belum ada tanda-tanda kedatangan Nabila ke kantor. Padahal wanita itu sudah berjanji akan datang saat makan siang tiba. 

"Pasti saking asyiknya berkencan dengan pria lain jadi dia lupa sama suaminya. Dasar wanita ganjen," umpat Sultan saking kesalnya. 

Selain gelisah karena menunggu Nabila yang tak kunjung datang, Sultan juga menggerutu karena ia tidak bisa fokus pada pekerjaannya meskipun sudah berusaha. Nabila benar-benar mengusik pikirannya. 

"Aargghh, sial!" umpatnya lagi. 

Sultan mengambil ponsel lalu berusaha menghubungi Nabila. Akan tetapi, panggilannya lagi-lagi tidak ada yang dijawab. Sultan pun beralih menelepon Ariel, tetapi sama saja. Panggilannya tidak ada yang terhubung sama sekali. Ia pun merem*s ponselnya sangat kuat untuk meluapkan kekesalan. 

Dengan gegas Sultan memakai jas lalu memasukkan ponsel ke dalam saku jas. Ia harus menyusul istrinya yang menurutnya sudah kurang ajar. Langkah Sultan begitu cepat dan terburu. Ia tidak sabar lagi ingin melihat Nabila. Atau memergoki wanita itu sedang bersama wanita lain. 

Namun, langkah Sultan terhenti tiba-tiba ketika ia baru sampai di parkiran. Keningnya mengerut dalam untuk menajamkan penglihatannya. Ia pun mengurungkan niatnya dan berjalan mendekati wanita yang sedang celingukan seperti sedang mencari sesuatu. 

"Hanum," panggil Sultan saat ia sudah berada di depan wanita itu. 

"Sultan." Hanum membalas dengan semringah. "Syukurlah, aku tidak salah masuk." 

"Tumben sekali kamu ke sini, ada apa?" tanya Sultan heran. 

"Em, maaf kalau aku mengganggu waktumu, Sul." Hanum menunduk dalam. Sambil merem*s rantang yang dipegangnya. 

"Tidak. Kamu sama sekali tidak menggangguku," kata Sultan lembut. 

"Aku ke sini untuk menepati janjiku. Bahwa aku akan membawa makan siang untukmu karena waktu itu kamu sudah menolongku," ucap Hanum tanpa berani mengangkat kepala. 

"Tidak apa. Aku justru sangat berterima kasih karena kamu sudah mau membawakan makan siang untukku. Kalau begitu, sekarang kita naik saja. Kita makan di ruanganku," ajak Sultan. Namun, Hanum justru bergeming dan tampak ragu-ragu. 

"Sul, aku—"

"Jangan memikirkan apa pun. Ini perusahaanku dan aku bebas melakukan apa pun," kata Sultan. 

Hanum menunduk sambil berjalan mengikuti Sultan. Ia merasa tidak percaya diri ketika menyadari tatapan karyawan di sana begitu tertuju padanya. 

Kedua orang tidak menyadari jika Nabila sejak tadi berada di pintu gerbang dan melihat mereka berdua. Tatapan Nabila tampak nanar dan jantungnya serasa sakit ketika ia melihat Sultan yang bersikap sangat lembut kepada Hanum. 

"Siapa wanita itu?" tanya Ariel penasaran. Ia tidak sekalipun mengalihkan pandangan dari punggung Sultan yang perlahan menjauh. 

"Entah, yang kutahu namanya Hanum. Sepertinya dia teman dekat Sultan, salah satu pengurus panti asuhan," jelas Nabila. Hal itu justru makin membuat Ariel bingung. 

"Kenapa selama ini gue enggak tahu wanita itu? Padahal kita bersahabat bukan hanya setahun dua tahun." Ariel mulai curiga. 

"Riel, walaupun kita bersahabat dekat sejak kecil, tapi tidak selalu semua hal kita ketahui. Pasti ada rahasia meskipun hanya satu, yang kita tutupi dari orang lain," kata Nabila. 

Ya, memang benar, Na. Seperti perasaan gue untuk lu yang masih tersimpan rapat di hati gue sampai saat ini. Hanya gue dan Tuhan yang tahu dan bahkan saat ini gue enggak punya kesempatan buat ngungkapin ke elu. Ariel hanya berani membatin. 

"Sudahlah, jangan bahas dia. Gue juga enggak mau ganggu mereka. Mendingan sekarang kita nge-game sama makan ice cream," ajak Nabila. 

"Na, lu enggak mau nemuin Sultan? Siapa tahu wanita itu pelakor yang mau ngerusak rumah tangga lu," tukas Ariel. Menoleh ke arah Nabila yang tampak gugup. 

"Hahaha. Omongan lu, Riel. Gue enggak takut kalaupun Sultan tergoda sama pelakor. Gue serahin semuanya kepada Tuhan. Kalau emang Sultan jodoh gue, ya udah dia bakal jadi milik gue seutuhnya. Tapi, kalau kami bukan berjodoh, ya udah juga, gue bisa apa," kata Nabila tetap terlihat tenang meskipun hatinya digempur kegelisahan. 

"Santai banget lu ngomong, Na," cibir Ariel. Nabila terkekeh cukup keras. 

"Udahlah, mendingan sekarang kita jalan. Gue mau puasin main sebelum besok mulai kerja lagi. Kalau lu enggak mau maka—"

"Ya. Kita pergi sekarang." Ariel menyela ucapan Nabila. Lalu kembali melajukan mobilnya meskipun sesekali ia melirik Nabila yang sedang sibuk menatap ke luar jendela. 

Gue tahu ada yang elu sembunyiin dari gue, Na. Lu lihat aja. Gue bakal cari tahu siapa wanita itu dan ada hubungan apa dengan Sultan. Gue udah ikhlas lu nikah sama Sultan, tapi gue enggak ikhlas kalau sampai dia nyakitin lu. Entah Sultan atau siapa pun itu, gue bakal memberi perhitungan untuk mereka yang udah bikin lu sakit. 

Terpopuler

Comments

bunda s'as

bunda s'as

Iya Riel hajar ajah tuh si bisul jangan takut papa Arga pasti bantu dan dukung kamu

2023-03-07

0

Marlina Ryn

Marlina Ryn

sadar dong sul,,kamu cemburu klu nabila deket² ma cowok lain,,nah gimana hati dan perasaan nabila yg jelas tw pasti kamu deket dan suka sama hanum...

2023-03-06

1

nurcahaya

nurcahaya

ayo riel aku dukung kamu buat cari tau siapa Hanum sebenarnya.
dan ksih pelarangan buat bisul jika terbukti udah nyakiti pujaa hatimu si kadal bila

2023-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!