"Sultan, kamu ke sini?"
Seorang wanita cantik, rambutnya digerai sebahu dan dua lesung pipi membuat lelaki akan terpikat ketika melihatnya. Termasuk Sultan. Lelaki itu salah tingkah tiap kali harus berhadapan dengan wanita itu.
"Ya. Kebetulan aku lewat sini, jadi aku mampir sekalian." Sultan duduk berhadapan dengan wanita itu. Menatapnya lekat dan tanpa terasa senyumnya ikut mengembang.
"Tunggu dulu, aku buatkan minum untukmu." Wanita itu hendak beranjak bangun, tetapi Sultan langsung menahannya. "Kenapa?"
"Tidak usah repot-repot. Aku sudah minum tadi," sahutnya. Membuat wanita itu kembali mendudukkan tubuhnya di kursi semula. "Em, anak-anak sudah tidur?"
"Sudah. Aku menyuruh mereka tidur lebih awal karena besok harus bangun pagi-pagi sekali."
"Oh begitu ...."
Sultan pun mengobrol bersama Hanum, gadis muda yang hampir seusianya dan gadis itu pula lah yang mampu membuat Sultan terpikat. Namun, hampir setahun sejak perkenalan mereka, Sultan belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya.
Obrolan meraka pun hanya seputar anak panti karena Hanum merupakan salah satu pengurus panti asuhan tersebut. Sikap dewasa dan lemah lembut Hanum lah yang membuat Sultan mengagumi wanita itu. Sangat berbeda dengan Nabila yang petakilan.
Sampai hampir larut malam, barulah Sultan pulang ke rumahnya. Ia bersyukur karena sang mama sudah tidur. Jika tidak maka ia akan mendapat banyak pertanyaan apalagi ia meninggalkan Nabila di restoran begitu saja.
***
"Yakin, Sul? Lu kagak kangen sama gue? Kemarin seharian kita enggak bareng di kantor, loh. Ya walaupun pas makan malam kita ketemu, sih." Nabila berkacak pinggang di depan Sultan. Raut wajahnya memancarkan kekesalan, sedangkan Sultan justru bersikap tidak acuh. "Bisulan! Astaga, gue sumpahin—"
"Ini di kantor dan kamu seharusnya tahu bagaimana cara bersikap dan memanggil atasanmu dengan sopan." Sultan menyela ucapan Nabila.
Gadis itu pun menghela napas kasar. Jika Sultan sudah menggunakan panggilan aku-kamu, itu artinya dirinya pun harus melakukan hal yang sama.
"Gue ... maksudnya aku mau fokus kerja aja, deh. Siapa tahu nanti dapat gaji dua kali lipat." Dengan gaya yang dibuat sok anggun, Nabila menuju ke kursi kerjanya. Tidak ingin mengganggu Sultan lagi karena sepertinya lelaki itu sedang berada di situasi hati yang tidak terlalu baik. Sultan pun hanya menggeleng ketika melihat wanita itu.
Suasana di ruangan itu seketika senyap karena kedua orang tersebut sama-sama fokus pada pekerjaan mereka. Namun, Nabila akan menoleh jika mendengar ponsel Sultan yang berdering dan kembali fokus jika Sultan sudah selesai teleponan.
"Hallo, Riel?" Suara Nabila yang lembut sontak mengalihkan perhatian Sultan. Lelaki itu melirik Nabila cukup tajam, tetapi gadis itu tidak peduli dan terus saja mengobrol mesra dengan Ariel meskipun hanya lewat panggilan suara.
"Ya Tuhan, terima kasih banyak, Riel. Lu tahu aja kalau gue udah ngebet pengen beli tas itu sejak lama." Nabila terkekeh. "Baiklah. Ntar pulang kerja, gue traktir lu makan-makan. Cilok atau seblak aja, jangan kemahalan. Gue belum gajian. Lagi pula, gaji gue juga udah dipotong sebagian. Haha."
Sultan merasa kesal karena sepertinya Nabila sedang menyindir dirinya. Dengan keras Sultan berdeham untuk mengalihkan perhatian gadis itu.
"Udah dulu, ya, Riel. Bos gue ngamuk ntar." Nabila menutup mulut sambil cekikikan. Setelahnya, ia mematikan panggilan tersebut dan berpura-pura langsung fokus pada pekerjaannya.
"Kalau sedang bekerja, fokuslah pada pekerjaanmu," kata Sultan.
"Siap, Pak Bos." Nabila hormat ke arah Sultan seperti sedang hormat ke arah bendera. "Bilang aja kalau lagi cemburu. Gitu aja kok repot, Tan, Sultan orang utan."
"Kamu bilang apa?" Sultan mendelik, tetapi Nabila justru menunjukkan dua jari tanda damai.
"Tidak ada. Aku cuma mau bilang cinta kamu, tapi takut ditolak, 'kan mengsad." Nabila berpura-pura membuang ingus dan itu justru membuat Sultan merasa risih.
"Dasar menjijikkan," cebik Sultan.
"Awas lu, gue bakal bikin lu klepek-klepek kayak ikan kekurangan air." Nabila mengembuskan napas kasar, sedangkan Sultan tidak peduli dan berpura-pura tidak mendengar ucapan wanita itu. "Cintaku klepek-klepek sama Bisul. Eh, kok jelek ya kalau ganti lirik."
Nabila cekikikan sendiri. Tidak peduli meskipun Sultan sudah menatapnya tajam.
Ponsel Sultan berdering, dengan gegas lelaki itu menerima panggilan ketika melihat nama Hanum tertera di layar.
"Hallo, Num? Apa? Baiklah, aku ke sana sekarang." Sultan mematikan panggilan tersebut dan pergi dengan tergesa. Nabila pun ikut bangkit berdiri.
"Sul! Lu mau ke mana?" teriak Nabila, berlari mengikuti langkah kaki Sultan. Ia mencebik ketika Sultan tidak menjawab sama sekali. "Dasar tuli!"
"Kamu bilang apa!" bentak Sultan. Ia berbalik dengan tiba-tiba, Nabila pun hampir jatuh terpental karena bertabrakan.
"Yaelah, Bisul. Giliran dikatain jelek aja baru denger."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Queen Mother
😂😂 orang utan
2023-04-26
0
Nurlaela
coba ikutin saja Nabila,
2023-03-17
0
uutarum
kayaknya ketuker itu
nabila persis bgt ama kumala rasya
2023-02-26
2