Sultan berdecak kesal ketika melihat Nabila ikut saja masuk ke mobil. Ia sudah meminta gadis itu agar turun dan jangan ikut, tetapi Nabila masih saja ngeyel. Ia tetap duduk cantik di samping sopir. Dengan terpaksa, Sultan membiarkannya ikut dan tak lupa memberi banyak ancaman untuknya.
Mobil warna hitam pekat itu melaju membelah jalanan dengan cepat. Suasana jalanan yang lengang membuat lajunya tidak terkendala. Nabila terus bertanya hendak ke mana, tetapi Sultan hanya diam saja dan tampak serius mengendarai mobil tersebut.
Kening Nabila mengerut dalam ketika mobil itu berhenti di sebuah jalan yang cukup ramai karena habis terjadi kecelakaan. Masih ada sebuah minibus yang terperosok di tepi jalan.
"Kecelakaan, Sul," ujar Nabila.
Sultan hanya diam, menepikan mobilnya lalu bergegas turun. Nabila pun ikut turun bersama lelaki itu.
"Hanum," panggil Sultan cemas.
"Sultan." Hanum berlari mendekati Sultan bahkan tanpa sadar ia langsung memeluk lelaki itu dan menangis terisak.
Nabila yang tadi mengikuti Sultan pun mulai memelankan langkah kakinya. Hatinya berdesir ketika melihat dua orang itu saling berpelukan. Ada rasa cemburu yang menyusup ke hatinya, tetapi Nabila sebisa mungkin terlihat biasa saja. Ia mencoba memalingkan wajah untuk menghindari pemandangan di depannya.
"Bagaimana bisa mobil ini terperosok? Di mana sopirnya? Aku harus memarahinya karena sudah teledor," kata Sultan tidak sabar.
Hanum mengusap lengan Sultan secara perlahan. "Sul, ini musibah. Jangan marahi pak sopirnya karena ini bukan murni kesalahannya. Lagi pula, semua selamat dan baik-baik saja."
"Tapi ...."
"Sudah. Maafkan aku, Sul. Sepertinya aku yang berlebihan karena sudah membuat kamu cemas. Seharusnya tadi aku tidak mengabarimu," kata Hanum.
Tatapan Sultan pun sangat lekat ke arah wanita itu. "Kenapa? Kalau kamu tidak memberi tahuku, itu justru akan membuat aku kecewa padamu, Num. Syukurlah kalau tidak ada yang terluka."
Mereka mengembuskan napas lega karenanya. Lalu Sultan sibuk mengurus mobil itu dan memanggil mobil derek dengan segera.
Tidak ingin mengganggu Sultan dan wanita yang dipanggil Hanum tadi, Nabila pun memilih untuk menghindar. Ia tahu, ini tidak baik, tetapi setidaknya Nabila sekarang sudah tahu siapa wanita yang dikagumi oleh Sultan. Ia yakin prasangkanya ini tidak akan pernah salah karena ia bisa melihat tatapan yang berbeda ketika Sultan menatap Hanum.
Nabila memilih mendekati salah seorang anak laki-laki yang berusia sekitar tujuh tahun. Bocah itu juga merupakan salah satu anak panti yang ikut mengalami kecelakaan tersebut. Sejak tadi, bocah itu hanya diam, tetapi ketika diamati lebih dekat, bocah itu terlihat sesekali meringis kesakitan.
"Hai, nama kamu siapa?" Nabila mengulurkan tangan, tetapi bocah itu hanya menatap tanpa ada niatan untuk membalas.
Nabila yang merasa curiga langsung meneliti seluruh tubuh bocah itu dan ia tersentak ketika melihat ada bercak darah di jaket bagian lengan yang di kenakan oleh bocah itu.
"Ka-kamu ter...."
"Diamlah!" Bocah itu mendelik tajam ke arah Nabila, lalu menoleh ke arah Hanum yang sedang bersama Sultan. Tatapannya terlihat takut seperti maling yang takut ketahuan. "Jangan sampai Kak Hanum tahu aku terluka. Dia pasti akan sangat khawatir," imbuhnya.
"Tapi tanganmu berdarah. Harus segera diobati. Jangan sampai infeksi." Nabila berbicara setengah berbisik.
"Aku akan membersihkan nanti ketika sampai di panti. Aku punya obat merah di kamar," ucapnya.
"Tapi kelamaan kalau harus menunggu sampai di panti. Lebih baik sekarang kamu ikut aku ke mobil, ada P3K di sana." Nabila menarik tangan bocah itu yang tidak terluka, tetapi bocah itu menggeleng cepat.
"Aku takut Kak Hanum tahu," balasnya takut.
"Makanya kamu nurut sama aku dan kita akan diam-diam ke mobil. Kak Hanum itu sedang sibuk dengan Bos Sultan," rayu Nabila.
Pada akhirnya, bocah itu bersedia ikut Nabila masuk ke mobil Sultan. Nabila pun menutup pintu rapat agar tidak ketahuan. Kemudian, ia menyuruh bocah itu untuk membuka jaket yang dikenakan dan segera membantu membersihkan luka yang cukup lebar.
"Harusnya ini dijahit. Kenapa kamu diam saja punya luka seperti ini?" tanya Nabila, dengan telaten membersihkan luka bocah itu.
"Sudah kubilang, aku tidak mau membuat Kak Hanum cemas," timpalnya kesal karena harus mengulang ucapannya.
"Ish, jangan jutek-jutek. Nanti kamu tidak dapat cewek, loh." Nabila menggoda, tetapi bocah itu justru mendengkus kasar.
"Biarlah. Aku hanya akan bercita-cita membuat Kak Hanum dan anak panti bahagia. Buat apa punya pasangan kalau akhirnya hanya menyakitkan."
Ucapan bocah itu membuat Nabila membisu untuk beberapa saat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
nobita
masak anak kecil bisa ngomong seperti itu... kayak orang dewasa
2023-06-23
0
Nurlaela
benar-benar ke hati nusuk,..bocah sudah pintar dg kata katanya 😊
2023-03-17
0
nurcahaya
duh bil nyesek ya kamu, meski itu masih bocah tpi ucapannya nyentil dan ngena bnget ya dihati kamu
2023-02-27
0