Bab 4

Morning 4

Dua minggu kemudian, keadaan Luca semakin membaik dan ia sudah bisa sedikit berjalan serta menggerakkan tangannya seperti biasa.

Hubungan Dew dan Lucian pun semakin dekat seperti seorang teman meskipun masih ada kecanggungan di antara keduanya karena Lucian yang masih menjaga jaraknya. Ada hati yang masih harus dijaganya dan sedang menunggu di New York saat ini.

Beau dan River pun masih menemani sang cucu di sana sampai akhirnya Dokter membolehkan Luca pulang dan mereka akan berangkat ke New York besok pagi langsung dari rumah sakit.

"Kau sudah mengurus semuanya?" tanya Beau pada Dew yang seminggu belakangan sibuk mengurusi kepindahan Luca ke New York.

"Sudah, Mom," sahut Dew yang dipaksa Beau untuk memanggilnya dengan sebutan Mom karena Beau menganggap Dew sebagai putrinya sendiri.

Lalu Dew mendekati Luca yang tampak mengobrol dengan sang kakek.

"Hei, apa yang kalian bicarakan?" tanya Dew tersenyum dan mengusap kepala sang putra.

"Kami berbicara bisnis, Mom," sahut Luca serius dan membuat River tertawa.

"Dia suka teknologi, Dew. Jadi nanti akan kumasukkan dia di sekolah khusus yang sesuai dengan bakatnya," kata River.

"Ya, dia sangat suka di depan komputer dan melupakanku jika sudah ada di sana," jawab Dew.

"Kakek akan membelikanku laptop, Mom," sahut Luca.

"Kau senang?" tanya Dew.

Luca mengangguk.

"Maaf, bukan berarti komputer yang mommy belikan tidak bagus. Aku suka komputer itu dan aku tetap akan membawanya ke New York," kata Luca yang seakan menjaga perasaaan Dew.

"Tidak, Sayang. Kita buang saja komputer jelek yang sering kau tendang itu karena sering bermasalah," sahut Dew tersenyum.

Lalu Luca memeluk Dew dan mengusap punggungnya.

"Sorry, Mom. I love you," ucap Luca.

"Hei, Mommy yang seharusnya mengatakan hal itu padamu karena tak bisa memberikan semua yang terbaik untukmu. Dan maaf jika terkadang Mommy bersikap seperti anak kecil dan kau justru yang bersikap dewasa. Kita lucu, bukan?" sahut Dew yang membuat perasaan Beau terenyuh.

Luca tertawa kecil dan mengingat ingat masa masa krisis mereka berdua di mana Luca dihadapkan dengan sesuatu yang membuatnya dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Dew sebenarnya tak setegar kelihatannya. Dia adalah wanita yang rapuh dan tak bisa mengontrol emosinya. Justru Luca lah yang selalu menenangkannya jika Dew sedang berada dalam fase berantakan di mana banyak beban di kepalanya yang tak bisa dia keluarkan.

Luca ingin menemukan Lucian semata mata hanya untuk ibunya, bukan untuk dirinya. Dia ingin melihat Dew bahagia dan tak kesusahan lagi karena merawatnya sejak bayi dan tak ada yang mendampinginya.

Dew tak pernah mendapatkan kebahagiaan selama menjalani hidup kerasnya bersama Luca. Dan Luca sangat memahami perasaan Dew dimana Dew sendir bahkan tak memahami dirinya sendiri.

Satu satunya kebahagiaan Dew adalah Luca dan juga sebaliknya.

Melihat Luca yang kini bahagia, membuat Dew bisa bernafas lega. Dia melihat secercah harapan untuk masa depan Luca pada akhirnya.

"Mommy sangat menyayangimu, meskipun mommy sadar mommy bukanlah sosok ibu yang sempurna untukmu," bisik Dew pada Luca.

Dew dan Luca berpelukan di atas ranjang. River beranjak berdiri dan menghampiri Beau yang tampaknya kembali menangis karena adegan dramatis itu.

River memeluk Beau dan mengusap punggungnya.

"Mereka sudah aman sekarang. Kita bisa melindungi mereka dan tak akan kehilangan mereka lagi," bisik River menenangkan sang istri.

*

Tak berapa lama, pintu kamar terbuka dan Lucian tiba setelah mengurus beberapa hal tentang laporan kesehatan Luca.

Luca melihat sang Daddy dan tersenyum padanya.

"Kita berangkat sore ini," ucap Lucian tersenyum.

"Dipercepat?" tanya Beau sembari menghapur air matanya.

"Ya, semuanya sudah selesai dan Luca bisa ke New York sore ini." jawab Lucian dan mencium kening Luca.

Dew tersenyum dan melihat ke arah Luca.

"Apakah kau tak keberatan jika barang-barangmu di tinggal di sini saja, Sayang? Kita bisa memberikannya ke yayasan sosial dan panti asuhan," kata Dew.

Luca tersenyum dan mengangguk.

"Lalu bagaimana dengan barang mommy?" tanya Luca.

"Mommy sudah mengirimnya sebagian ke sana terlebih dulu. Kakek yang membantu mommy kemarin," jawab Dew.

Luca kembali mengangguk dan mencium tangan Dew dengan penuh cinta.

"I love you, Mommy. Kita akan bahagia bersama Daddy," ucap Luca yang kemudian meneteskan air matanya.

"Sorry, Mommy. Untuk kali ini aku ingin menangis," kata Luca yang membuat Lucian memeluknya.

Dew menggigit bibirnya untuk menahan air matanya jatuh karena ia tak pernah ingin menangis di depan Luca meskipun sebenarnya Luca tahu bahwa Dew sering menangis sendirian di studionya.

"Ya, menangislah karena mommy tak akan memarahimu untuk kali ini," jawab Dew tertawa kecil menahan rasa sedih di dalam hatinya.

Beau mendekati Dew dan memegang tangannya lalu mengusap lengan Dew agar wanita itu tahu bahwa kini dirinya sudah memiliki keluarga dan sandaran hidup.

*

*

NEW YORK

Dua hari sudah Dew dan Luca berada di New York. Dan mereka bertiga tinggal di mansion milik Lucian yang sebenarnya jarang sekali didatangi oleh Lucian karena pria itu lebih suka tinggal bersama Beau atau di apartemen mewahnya.

"Lucian, apakah aku boleh keluar ke salon?" tanya Dew ketika mereka bertiga makan pagi.

"Salon? Tentu saja. Pergilah, aku akan menjaga Luca hari ini," jawab Lucian.

"Benarkah? Ooh ... Thank you," sahut Dew dan Lucian mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.

"Pakailah itu," kata Lucian.

"Aku masih punya uang sendiri," sahut Dew.

"Mom, bukankah Daddy suami Mommy? Jadi mommy harus memakai uang Daddy karena itu aturannya," kata Luca meskipun sebenarnya Luca tahu bahwa mereka berdua belum menikah dan baru akan menikah seminggu lagi.

Luca hanya berpura pura sok polos saja agar hubungan kedua orang tuanya seperti keluarga pada umumnya.

"Ah, iya, baiklah," sahut Dew tersenyum canggung dan mengambil kartu berwarna hitam milik Luca.

"Warna apa yang akan Mommy pakai hari ini?" tanya Luca.

"Merah. Bagaimana menurutmu? Mommy akan terlihat cantik dengan warna merah?" tanya Dew dimana Lucian tak tahu apa yang sedang dibicarakan keduanya.

"Ya, itu sangat bagus dan Mommy akan terlihat sangat sangat cantik," sahut Luca.

"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Lucian ingin tahu.

"Rambut baru Mommy, Dad. Mommy sering bergonta ganti warna rambut," jawab Luca.

Lucian mengerutkan keningnya dan kemudian mengangguk saja.

Mereka pun kembali melanjutkan makan pagi mereka dan ketika itu pula ponsel Lucian berbunyi.

Lucian beranjak dari duduk dan menerima telepon dari Nancy.

"Halo, ada apa?" tanya Lucian berjalan ke arah ruangan tengah menjauhi ruang makan.

"Aku baru datang dari luar negeri dan begitu kaget dengan kabar pernikahanmu, Sayang. Aku harap itu adalah gosip semata karena kita belum putus," jawab Nancy dari seberang teleponnya.

"Kita tak bisa melanjutkan hal ini karena aku memang akan menikah. Sorry, Nancy. Nanti kita bicara lagi," sahut Lucian dan segera menutup sambungan telepon itu.

Terpopuler

Comments

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

maaf nancy impian mu terhempas dgn ank umur 8 thn 😂😂😂

2024-04-23

0

Bee RasyieQah

Bee RasyieQah

Good boy 🥰🥰🥰

2024-05-06

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!