Bab 20

Lucian Dew 20

Pagi harinya, keluarga kecil Lucian tampak makan pagi bersama.

Dew melihat perubahan sikap Lucian yang sama sekali tak melihatnya dan bahkan menghindari bertatapan dengan Dew.

Setelah makan pagi bersama, Luca pun berpamitan pada Dew untuk berangkat sekolah bersama Lucian.

"Daddy tak mencium Mommy?" tanya Luca pada Lucian ketika pria itu tampak mengabaikan Dew.

"Ah ya, Daddy lupa," sahut Lucian mengecup kening Dew.

"Kalian bertengkar? Karena kemarin?" tanya Luca yang tak bisa dibohongi oleh kedua orang tuanya.

"Tidak," sahut Lucian dan Dew bersamaan.

"Bukan seperti itu yang biasa Daddy lakukan pada Mommy," kata Luca.

"Baiklah, Daddy memang sedikit marah pada Mommy. Dan Daddy masih kesal. Ini manusiawi, Boy. Dan Daddy harap kau tak masalah dengan hal itu," jawab Lucian.

"Apa yang membuat Daddy marah?" tanya Luca seakan menjadi hakim bagi kedua orang tuanya.

Lucian akhirnya melihat ke arah Dew.

"Mommy tak mau melukis Daddy," jawab Lucian yang benar benar di luar ekspektasi Dew.

Dew mengerutkan keningnya karena ucapan Lucian itu.

"Mengapa Mommy tak mau melukis Daddy?" tanya Luca.

"Karena Daddy ingin melukis sesuatu yang tak pantas, jadi Mommy menolaknya," sahut Dew yang tak kalah randomnya.

"Kita suami istri dan tentu saja itu tak masalah untuk koleksi pribadi kita, bukan?" sahut Lucian tak mau kalah.

Mereka akhirnya saling berdebat kembali dengan sesuatu yang tak dimengerti oleh Luca.

"Oh God ... Aku ingin segera berlibur bersama Nenek dan Kakek," gumam Luca yang sudah berjalan keluar meninggalkan kedua orang tuanya berdebat tak jelas.

Hingga akhirnya Dew menyadari bahwa Luca sudah tak ada di sebelahnya.

"Di mana Luca?" tanya Dew menutup mulut Lucian yang masih berbicara random.

Lucian tak melihat Luca di sana dan kemudian melepaskan tangan Dew dari mulutnya lalu berlari ke arah pintu depan untuk menyusul sang putra.

Dew pun ikut berlari menyusul Luca dan berlari di belakang Lucian.

Mereka melihat mobil yang ditumpangi Luca sudah pergi bersama supir. Luca terlihat mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

"BYE, MOMMY ... BYE, DADDY ...," teriak bocah tampan itu.

"Susul dia dan kau harus mengikutinya dari belakang," ucap Dew pada Lucian.

"Dia aman bersama supir," sahut Lucian.

"Tapi itu tugasmu mengantarnya," jawab Dew lagi.

"Nanti aku akan menjemputnya," kata Lucian dan berjalan ke arah mobilnya.

"Kalau begitu aku yang akan mengikutinya dan memastikan dia selamat sampai di sekolahnya," ucap Dew.

"Oh my ... Dia aman bersama supir, Dew. Jangan berlebihan, oke? Dia juga sudah besar dan sangat cerdas. Jadi dia tak akan tersesat. Belajarlah melepaskannya dan memberinya kepercayaan," jawab Lucian melihat ke arah Dew.

"Hanya dia harta yang kupunya. Kau tak mengerti yang kurasakan," sahut Dew kesal.

"Apakah kita harus berdebat lagi? Bisakah kita berdebat di ranjang saja? Aku lebih suka solusi itu," kata Lucian dan masuk ke dalam mobilnya.

"LUC!!" panggil Dew.

"Aku akan mengikutinya, kau puas?" sahut Lucian dari jendela mobilnya.

Lalu Lucian menyalakan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

Tak lama kemudian Lucian kembali mundur pas di depan Dew. Lucian membuka jendela mobilnya dan melihat ke arah Dew.

"Dalam seminggu ke depan kita harus sudah bergulat di ranjang. Ingat itu, Honey. Tak ada penawaran lagi. Aku pria normal yang membutuhkan hal itu. Atau kau suka jika aku berselingkuh dengan wanita lain di luar?" ucap Lucian dan kemudian kembali melajukan mobilnya.

Dew masih terpaku dan melongo di tempatnya berdiri.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***