Bab 3

LUCDEW 3

Jarak yang ditempuh dalam perjalanan panjang itu sekitar 7 jam dengan menaiki pesawat pribadi milik keluarga Kingsford.

Dew tak banyak bicara dan hanya bicara jika Beau atau River bertanya padanya.

Lucian bahkan sama sekali tak mengajaknya bicara. Dew paham dengan hal itu karena mungkin ini bagaikan bom yang mengguncang hidup Lucian pagi ini.

Setibanya di Texas, mereka langsung menuju ke rumah sakit di mana Luca dirawat. Mereka berempat masuk ke dalam kamar perawatan Luca di mana ada Helen yang menjaganya di sana.

"Syukurlah kau sudah sampai. Dia mengigau sejak tadi dan tubuhnya demam tinggi," kata Helen.

"Benarkah? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Dew yang terlihat sangat khawatir dengan hal itu.

"Sudah stabil," jawab Helen.

Lalu Beau dan River berdiri di samping Luca yang masih tampak tertidur. Wajahnya sedikit lebam di bagian pipi dan Beau mengusap pelan kening dan kepalanya.

"Semoga dia segera membaik," bisik Beau.

"Aku akan bicara dengan dokternya," kata Lucian yang seperti menghindari pertemuan ini karena masih banyak keraguan di dalam benaknya.

Dew melihat ke arah Lucian yang berjalan keluar. Mereka bagaikan orang asing yang tak saling mengenal meskipun dulu pernah menghabiskan malam panas berdua hingga menghasilkan seorang anak tampan bernama Luca.

"Dia masih mencerna situasi ini. Jangan khawatir, dia pasti akan menerimanya," kata Beau pada Dew.

Dew pun mengangguk. Lalu Dew melihat ke arah Helen dan menyuruhnya pulang.

Beau pun mengucapkan terima kasih pada Helen karena telah menjaga sang cucu.

*

*

"Aku ingin mengajukan tes DNA pada Luca. Tolong proses secepatnya," kata Lucian pada dokter yang menangani Luca.

"Baik, Tuan," jawab dokter itu.

"Berapa lama hasilnya keluar?" tanya Lucian.

"Dalam 24 jam saja," jawab sang dokter.

"Baiklah, aku menunggunya," kata Lucian.

"Bagaimana dengan keadaannya?" tanya Lucian lagi.

"Pemulihannya akan membutuhkan waktu yang lama karena kaki dan tangannya patah," jawab Dokter.

Lalu Lucian bertanya banyak hal tentang keadaan Luca agar ia tahu apa yang harus dilakukannya untuk bisa membuat Luca segera sembuh dan membaik kembali.

*

*

Luca mengerjapkan matanya dan mata sendu itu tampak sayu. Dew sedih melihatnya. Putranya yang biasanya aktif terlihat lemah dan tak semangat.

"Hei, Boy," sapa Lucian yang ada di sebelah Dew.

"Dia ayahmu. Ini kan yang kau inginkan, Sayang?" Lirih Dew sembari mengusap pipi sang putra tampannya.

Lucian tersenyum melihat anak laki laki di depannya yang wajahnya sangat mirip dengannya itu.

"Daddy," bisiknya yang kemudian menangis hingga tak bisa menahan suara sesenggukannya.

"Hei, kau tak boleh menangis, Sayang. Bukankah mommy sudah membawakan daddy kemari? Mommy selalu mengajarkanmu agar tak mudah menangis," sahut Dew sembari mengusap air mata Luca.

Lalu Lucian memegang lengan Dew dan meminggirkannya agar ia bisa berhadapan dengan Luca.

Pria itu lalu memeluk sang putra dan entah mengapa hatinya tersentuh dengan hal sensitif ini.

Beau pun tampak tak bisa menahan tangisnya dan River memeluknya.

Lalu Luca tampak menikmati pertemuan dramatisnya itu dengan sang Daddy. Luca mengatakan bahwa Lucian tak boleh meninggalkannya lagi.

"Kau akan selalu bersamaku," jawab Lucian yang masih memeluk Luca.

Luca kemudian melepas pelukannya dan mengusap wajah Lucian serta mengamatinya dengan seksama.

"Daddy harus datang ke sekolahku dan mengatakan pada mereka bahwa aku punya Daddy," kata Luca.

Kata kata itu benar benar menusuk hati Lucian karena dia bisa membayangkan apa yang dihadapi Luca selama ini dengan predikat sebagai anak yang tak punya ayah.

Pertemuan dramatis itu membuat semuanya tampak terbawa perasaan dan meskipun begitu Dew senang karena bisa mengabulkan permintaan putranya.

Luca sudah mau makan dan minum obat. Dan itu membuat Dew lega.

Apalagi saat ini, Beau dan River tampak sangat memperhatikan Luca. Itulah yang terpenting baginya saat ini.

*

*

Keesokan harinya, Lucian tampak membaca hasil tes DNA yang baru diterimanya siang itu.

Dan hasilnya, 99 persen Luca adalah darah dagingnya. Entah apa yang kini dirasakan oleh Lucian karena ini benar benar menjadi hal yang menggemparkan bagi dirinya.

Bagaimana tidak? Tiba tiba dia memiliki seorang putra yang usianya hampir 8 tahun.

Hidupnya tak akan lagi bisa bebas. Prioritasnya berubah karena Luca adalah putra semata wayangnya kini.

"Apakah aku akan pindah ke New York?" tanya Luca yang hari itu tampak sumringah.

"Tentu saja. Kau akan tinggal bersama nenek dan kakek juga di sana," jawab Beau sembari menyuapi sang cucu.

Lalu Luca melihat ke arah Dew.

"Mommy, kita akan pindah ke New York. YEEAAYY ...," ucap Luca bahagia.

"Kau senang, Boy?" tanya River sembari mengacak rambut sang cucu.

"Sangat, Kakek. Aku tak akan sendirian lagi," jawab Luca dengan senangnya.

CEKLEK

Lucian tampak masuk ke dalam kamar dan Luca melihatnya.

"Daddy, nenek bilang aku akan pergi ke New York," kata Luca semangat.

Lucian tersenyum dan mendekati sang putra.

"Ya, tentu saja. Kita akan tinggal bersama," jawab Lucian.

"Setelah aku sembuh, aku ingin piknik bersama mommy dan daddy. Seperti temanku yang lain," kata Luca.

"Ya, nanti kita piknik. Jadi kau harus cepat sembuh, Boy," sahut Lucian.

"Hei, kau tak mengajak nenek dan kakek juga?" tanya Beau berpura pura mencebik.

"Tentu saja aku akan mengajak nenek dan kakek," sahut Luca yang hatinya sedang sangat gembira.

Lalu Luca melihat ke arah jari Lucian yang tepat berada di atas tangannya.

"Mengapa Daddy tak memakai cincin seperti mommy?" tanya Luca yang memang sangat detail dalam melihat sesuatu.

"Apa maksudmu, Boy?" tanya Lucian.

"Kalian Mommy dan Daddy ku. Bukankah seharusnya memiliki cincin yang sama?" Tanya Luca dan kemudian melihat ke arah jari Beau dan juga River yang memiliki cincin sama.

Ya, Dew selalu menggunakan cincin di jari manisnya agar tak terlalu banyak pertanyaan dari banyak pria yang ingin mendekatinya.

Dew lebih nyaman memakai cincin itu meskipun itu bukanlah cincin pernikahan. Dan Dew lebih suka dipandang sebagai wanita yang sudah menikah dari pada wanita single.

"Look!! Seperti Nenek dan Kakek yang memakai cincin yang sama," kataLuca.

"Begini, Sayang. Mungkin cincin Daddy hilang," ucap Dew yang berjalan mendekati Luca.

Lalu Luca pun mengangguk dan tampak menyampaikan pidato panjangnya pada Lucian agar tak menghilangkan cincin itu lagi.

Luca juga mengatakan bahwa Sang Daddy harus membeli cincin yang baru.

"Kata Mommy, Daddy yang menyimpan foto pernikahan kalian. Aku ingin melihatnya," kata Luca lagi yang membuat Lucian dan Dew semakin bingung dan pusing.

"Ini lah yang aku hadapi selama bertahun tahun," bisik Dew ketika Lucian melihat ke arahnya.

"Sekarang giliranmu untuk menjawabnya," lanjut Dew.

"Bagaimana jika kita adakan pernikahan lagi agar ada fotomu di sana, Sayang?" Celetuk Beau.

"Mom??" sahut Lucian.

"Ya ... ya ... Aku ingin fotoku juga ada di dalam pernikahan Mommy dan Daddy. Apakah bisa, Nek?" tanya Luca.

"Tentu saja bisa. Nanti kakek yang mengaturnya," jawab River.

Lucian dan Dew sama sama berada dalam situasi yang sulit karena harus mengikuti kemauan Luca, putra semata wayang mereka.

Terpopuler

Comments

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

anak pinter good job boyyyyy

2024-04-23

0

Bee RasyieQah

Bee RasyieQah

Kapok lu Luc.. dapat anak kritis.. hilang sudah sikap playboy mu 🤣🤣🤣

2024-05-06

0

Bee RasyieQah

Bee RasyieQah

banyak bawang disini 😭😭😭

2024-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!