Bab 12

Bab 12

Setelah dari taman, Luca dan Lucian kembali ke mansion utama.

"Daddy tak bekerja? Jangan karena aku, Daddy jadi tak bekerja," kata Luca dengan kata kata yang selalu membuat Lucian terkadang speechless karena di umurnya yang baru akan menginjak delapan tahun, cara bicara Luca dan penyampaiannya terbilang cukup dewasa.

Lucian jadi berpikir apakah dulu Luca mengalami sesuatu yang membuatnya seperti ini karena biasanya di usia Luca dia akan lebih suka bermain dari pada di dalam kamar.

Tapi dari yang diceritakan Luca setiap mereka mengobrol menunjukkan bahwa Luca cukup bahagia bersama Dew meskipun hidup mereka bisa dibilang kurang.

"Waktu Daddy hanya untukmu hari ini," jawab Lucian tersenyum dan itu memandang Luca selalu membuatnya merasa bersalah karena waktu delapan tahun hilang begitu saja tanpa ada kenangan sedikit pun di antara mereka.

"Kau pernah membenci Daddy ketika Daddy tak ada bersamamu?" tanya Lucian yang kini duduk di sofa beranda belakang bersama sang putra.

Luca menggeleng.

"Thank you," jawab Lucian sembari mencium puncak kepala Luca.

Lalu Luca melihat ke arah Lucian.

"Apakah ada yang kau inginkan? Katakanlah karena Daddy akan memberikan apa pun yang membuatmu bahagia," kata Lucian.

"Mommy. Hanya itu yang aku inginkan. Kebahagiaan Mommy yang terpenting bagiku karena selama ini Mommy tak pernah bahagia dan selalu memaksakan senyumannya di depanku agar tak pernah terlihat sedih. Tapi aku tahu jika mommy memikul beban yang sangat berat karena memiliku," ucap Luca dengan lirih.

"Luca, apa yang kau katakan?" sahut Dew yang ternyata sudah ada di ambang pintu berlakang,

Luca dan Lucian melihat ke arah Dew dan Dew duduk berlutut di depan Luca sembari memegang tangan kecilnya.

"Kau bukanlah beban bagi Mommy. Kau harus tahu hal itu, hmm? Jangan mengatakan hal itu lagi. Itu akan membuat Mommy sedih," ucap Dew yang air matanya sudah keluar.

Luca mengusapnya lalu memeluk Dew.

"I love you dan kau adalah kebahagiaan Mommy. Hanya kau yang ada di hati Mommy. I love you, My Honey Bunny. I love you so much," ucap Dew sambil sesenggukan karena ia tak pernah menyangka Luca akan berpikiri dirinya adalah beban bagi Dew.

Lucian tentu saja tak bisa melihat adegan sentimentil ini. Dia merasa akan gila karena rasa bersalahnya semakin bertambah.

"Kau sedang melukis tadi?" tanya Lucian yang berusaha mencairkan suasana sedih ini.

Dew melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Lucian.

"Ya," jawab Dew dan Lucian mengusap sisa air mata di pipi Dew.

"Boleh aku melihat?" tanya Lucian.

Dew hanya mengangguk saja lalu melihat ke arah Luca.

"I love you, Mommy, and Daddy too," kata Luca tersenyum.

Lucian pun tersenyum dan mencium kepala sang putra tampannya itu.

"Mommy, ajaklah Daddy melihat lukisan Mommy di atas. Aku akan ke kamarku," jawab Luca.

Dew hanya mengangguk dan dan masih dalam perasaan yang sedih.

Lalu Luca beranjak dari kursi dan pergi ke dalam mansion.

"Dia cukup membuatku terkejut dengan sikapnya," ucap Lucian.

Dew mengangguk.

"Apakah menurutmu aku bukan ibu yang baik?" tanya Dew seakan menahan tangisnya.

Lalu Lucian memeluk Dew dan mengusap punggungnya.

"Kau ibu terbaik bagi Luca. Thank you, karena kau sudah mau mengandung dan membesarkannya. Kau tak menggugurkannya atau bahkan membuangnya," ucap Lucian lirih.

"Terkutuklah aku jika melakukan hal jahat itu," bisik Dew di dalam pelukan Lucian.

"Apakah aku harus membayar ganti rugi selama delapan tahun yang kusia siakan?" tanya Lucian.

"Hmm, aku akan menggoroti hartamu dalam delapan tahun ke depan. Bersiaplah," sahut Dew.

Lucian tertawa kecil mendengar ucapan Dew.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***