KANAYA DAN PENGACAU
Matahari yang bersinar dengan cerah, secerah harapan Nay, yang akan masuk kampus barunya. Pindah kuliah di semester enam bukan hal yang mudah, tetapi keadaan memaksa Nay melakukannya.
Ya, hari ini adalah hari di mana Nay akan mulai menginjakkan kaki dan berinteraksi langsung di kampus yang baru. Universitas elit dan ternama di kota.
Hidup di kota besar tanpa keluarga, pilihan terberat. Namun Nay percaya selama dirinya melangkah demi kebaikan keadaan juga akan baik.
"Semangat Nay," ucap Nay menyemangati dirinya sendiri.
Nay, mengingat dengan betul apa yang orang-orang ucapkan. Terlebih, dia juga sering mendengar tentang kehidupan kota yang pastinya jauh lebih berbeda dari tempat tinggalnya. Yang mungkin dan pasti kehidupan barunya akan semakin keras dan sulit. Tetapi semua itu, tak menghentikan niat Nay untuk tetap datang ke kampus dan bahkan terus memacu semangatnya.
Tak terasa, kakinya sudah berada di depan gerbang universitas yang baru. Ia menghentikan langkahnya sekejap untuk menghakimi kampus yang jauh sangat berbeda dari tempat yang lama. Dan ini adalah salah satu mimpi Nay yang sejak dulu menginginkan bisa kuliah di tempat dengan fasilitas yang lengkap dan Nyaman.
Kini, Nay memutuskan untuk melihat-lihat kampus barunya. Ya, dia yang sengaja datang lebih awal karena memang ingin melihat keseluruhan kampus elit yang belum pernah ia injak sebelumnya. Tetapi ketika Nay berada di belakang kampus matanya langsung terbelalak melihat salah seorang pemuda yang sedang di keroyok oleh beberapa pemuda berbadan besar.
Nay yang notabene sering berlatih bela diri waktu masih di Desa, hingga ia tak perlu diragukan lagi jika masalah pertarungan, maka Nay yang akan menang. Apalagi nay yang sangat benci dengan pengeroyokan.
Ingin Nay membantunya, tetapi ia teringat dengan janjinya untuk tidak mengungkap kemampuannya kecuali dalam keadaan mendesak. Apalagi ini pertama kalinya Nay masuk kampus.
Baru saja tiba, doa Nay sudah tidak dikabulkan. Pemandangan pertama langsung melihat pertengkaran.
Tetapi melihat pria yang sedang di keroyok semakin tidak berdaya, Nay memutuskan untuk melupakan sekejap apa yang sudah dijanjikan wanti-wanti sebelumnya.
"Ais, sepertinya dia membutuhkan bantuan? jika dibiarkan bisa mati konyol." Naya menggelengkan kepalanya, menggenggam tangannya yang akhirnya harus terlibat pertengkaran di hari pertamanya.
Kanaya melangkah mendekati kelima orang yang sedang ribut, Nay berdiri santai melipat kedua tangannya di dada sambil tersenyum.
"Siapa kamu?" suara membentak terdengar, dari pria yang terlihat tubuhnya paling besar.
"Lebih baik kamu pergi, jika tidak ingin babak belur seperti dia." Tawa terdengar dari pria berambut keriting mendekati Nay yang hanya menganggukkan kepalanya.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Naya menatap anak muda yang menundukkan kepalanya, masih terduduk di tanah.
"Menurut kamu? kita sedang bersenang-senang."
Nay meminta keempat pria pergi meninggalkan dirinya dan pemuda yang mereka sakiti, karena Nay tidak ingin terlibat pertengkaran di hari pertamanya.
Niat baik Nay di sepelekan, dua pria mendekatinya mendorong tubuh Nay perlahan sampai terus mundur ke belakang.
"Pergilah, sebelum menyesal." Tatapan Nay berubah tajam, berbicara dengan cara baik-baik tidak didengarkan, bahkan menjadi bahan tertawaan.
Tangan Nay menangkap tangan yang mendorongnya, langsung memutar membuat suara teriakan kesakitan terdengar meminta dilepaskan.
Melihat satu temannya disakiti, pukulan melayang. Cepat tangan Nay, menangkap pukulan langsung melayangkan tendangan membuatnya terguling kesakitan di bagian perut.
Satu lagi yang terus meringis kesakitan minta dilepaskan, dengan sukarela Nay melemparkan sampai jatuh.
"Pergilah, aku tidak ingin bertengkar."
Tubuh Naya didorong kuat, tapi tidak membuatnya jatuh. Ternyata berbicara baik-baik dengan segerombolan pria dewasa yang tidak punya sopan santun bukan hal yang mudah.
Nay melepaskan tasnya, meletakan di tempat yang aman, mengikat rambutnya tinggi, mengeratkan tali sepatunya.
Empat pria berbadan besar langsung maju menyerang Naya, gerakan Nay sangat cepat menjatuhkan satu-persatu dari lawannya.
Pemuda yang Nay bantu langsung berdiri melihat pertarungan, suara pukulan terdengar kuat.
Naya melayangkan pukulan kuat, menendang sampai keempatnya terjatuh dan kesulitan untuk berdiri.
"Aku sudah berbicara baik-baik, kalian bukan lawan yang imbang." Nay tersenyum, menatap wajah-wajah yang sedang meringis.
"Kamu akan menyesal sudah berurusan dengan kami." Ancaman dari pemuda yang badannya paling besar langsung berdiri dan melangkah pergi, diikuti oleh teman-temannya.
Nay mendekati pemuda yang diserang oleh keempat orang, kepalanya tertunduk langsung melangkah pergi berlari mengikuti keempat orang yang memukulnya.
Ekspresi Naya bingung, langsung mengambil tasnya berlari mengejar anak muda yang tidak diketahui namanya itu.
"Tunggu." Nay menghentikan pemuda aneh yang tidak tahu terima kasih.
"Kenapa kamu pergi begitu saja? seharusnya katakan terima kasih." Tatapan Nay tajam, tidak menyukai pria dingin yang tidak tahu diri.
Kepala pemuda masih menatap ke arah lain, Nay berteriak meminta ucapan terima kasih, yang memang sudah sepatutnya Nay dapatkan.
Mata Nay langsung terbelalak kala seorang pria yang ia tolong membalas tatapan Nay dengan tajam.
Sungguh makhluk ciptaan yang sangat sempurna, Naya kehabisan kata-kata karena pertama kalinya melihat pria berhidung mancung, mata indah, bibirnya tipis, potongan rambutnya sangat keren, bahkan dilihat dari penampilannya sangat sempurna untuk seorang pemuda yang masih kuliah.
Naya mengagumi ketampanan pria itu, tapi sayang tatapan matanya sangat dingin mengalahkan kutub Utara, Nay bahkan berpaling dari mata indah pemuda dihadapannya yang bisa membekukan sekujur tubuhnya.
Tidak ada suara yang keluar, hanya tatapan dingin dan tidak tahu terima kasih.
"Halo, kamu bisu atau tuli? Katakan terima kasih." Nay terheran-heran.
Pria itu masih menatap wajah Naya dengan tajam. Namun tatapan kali ini terlihat cukup berbeda. Ya, kedua netra pria itu naik turun memperhatikan Nay yang cukup berbeda dari mahasiswa yang kuliah di sana.
Penampilan yang cukup sederhana dari diri Nay langsung bisa membuat pria itu menebak jika status Nay sungguh jauh berbeda darinya.
"Wanita miskin," lirihnya dengan sedikit memberikan senyuman getir. Ia segera melangkahkan kakinya dan berbalik pergi, tanpa memperdulikan Kanaya sama sekali.
Bibir Nay ternganga melihat responnya yang jauh berbeda dari apa yang seharusnya Kanaya dapatkan. Bukan kata terima kasih, tetapi sebuah hinaan yang langsung ia dengar dari bibir pria itu. Sungguh keterlaluan!
Kini Nay menundukkan pandangannya, ia mencoba melihat dirinya sendiri yang memang jauh dari kata mewah. Karena memang nay bukan terlahir dari keluarga yang berada hingga ia juga terlihat lebih sederhana dari kebanyakan mahasiswi dan mahasiswa yang kuliah di sana. Tapi haruskah ia mendapat sebuah celaan dari orang yang sudah ia tolong?
"Aku harap kita tidak akan pernah bertemu, dasar pria sombong." Nay menendang kuat batu, mengarah ke tempat pemuda yang pergi meninggalkannya.
***
Follow Ig Vhiaazaira
Jangan lupa tinggalkan komentar di setiap bab. Vote dan hadiahnya juga ya.
***
Ini novel remaja yang seharusnya tayang satu tahun yang lalu, tapi gantung. Semoga bisa menghibur seperti novel romantis lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Khaanza
👍👍👍
2023-04-07
0
elly etta
min maaf tapi ceritanya sama seperti tajuk atmosphere..tapi Atmosphere di tulis lama sudah..tahun lalu lagi saya baca ceritakan..
2023-03-19
0
yelmi
kayaknya seru nih...
semangat nulis dan sehat selalu tor👍
2023-03-16
0