Dalam satu hari pertengkaran mahasiswa baru dengan Andra menjadi heboh, gosip dari mulut bertemu mulut lainnya menjadi tersebar ke seluruh siswa yang satu sekolah dengan mereka.
Andra menendang kuat kursi, meminta semua orang berhenti membicarakan dirinya dengan wanita aneh. Andra terganggu sekali dengan Naya yang beraninya meneriakinya, bahkan tangan Andra terasa sakit, karena ulah Naya yang mencengkeramnya sangat kuat.
Agra menepuk pundak sahabatnya, memintanya untuk melupakan yang baru saja terjadi, fokus untuk belajar karena dosen sudah masuk.
"Wanita tadi kuat sekali." Andra berbisik pelan, membuat Agra tertawa lucu melihat ekspresi Andra yang mengakui kemampuan Naya.
"Pagi tadi dia juga bertarung di belakang sekolah dengan empat pria berbadan besar, mereka semua berlari dengan wajah lebam." Suara mahal Arvin terdengar membuat Andra dan Agra terkejut.
Segerombolan orang yang memukul Arvin datang ke sekolah, bahkan menyerang di depan seorang wanita. Dan lebih memalukan diselamatkan oleh seorang wanita.
Agra meminta Andra diam, karena dosen sudah mulai menjelaskan, waktunya mereka belajar. Andra mengabaikan Agra, memejamkan matanya karena merasakan malu sudah diteriaki, bahkan adu mulut dengan perempuan.
Melihat ekspresi Andra, Agra tidak bisa menahan senyumannya yang ingin selalu tertawa karena, Andra yang keras akhirnya ada lawannya. Arvin juga mengakui keberanian Nay yang tidak ada tempat takutnya, kemampuan beladiri Nay juga sangat hebat.
Pelajaran di mulai, kelas sepi karena mendengar penjelasan dosen kecuali Andra yang masih bergumam pelan, sedangkan Arvin memilih tidur, suara dosen seperti musik yang menenangkan.
"Bu, bisa diam tidak? saya tidak mengerti apapun jika ibu berbicaranya berputar-putar. Semuanya sudah jelas di buku, jangan dibaca ulang." Suara Andra terdengar membuat suara tawa terdengar, menyetujui ucapan Andra.
"Apa kamu membaca buku Andra?"
"Oh, sudah pastinya tidak. Nanti saja bu, saya lagi malas." Ekspresi Andra terlihat kesal, menutup bukunya memejamkan mata sesaat.
Agra menendang kaki Andra yang tidak sopan, jika tidak ingin belajar setidaknya diam saja, jangan mengganggu siswa lain yang berniat belajar.
"Silahkan di lanjut Bu, anggap saja Andra tidak terlihat. Dia hanya bercanda." Senyuman Agra terlihat, meminta teman-temannya yang lain fokus, mengabaikan Andra dan Arvin yang sibuk dengan dunia sendiri.
Dosen hanya bisa geleng kepala melihat tingkah Andra yang tidak punya niat kuliah, begitupun dengan Arvin yang menganggap kampus seperti rumah, ditegur seperti apapun tidak ada hasilnya.
Berbicara dengan Andra hanya akan ada debat mulut, sedangkan berbicara dengan Arvin sama saja bicara dengan benda mati, tidak ada respon sama sekali.
Kepopuleran Kanaya sampai ke telinga wanita cantik yang paling dekat dengan ketiga pangeran sekolah yang paling keren dan tampan, dengan semangat Alisha berlari ke lantai dua arah kelas Nay.
Alis terhenti saat melihat ketiga lelaki yang sedang menuruni tangga untuk makan siang, Andra menarik tangan Alisha untuk mengikuti mereka ke kantin.
Wajah Alis terlihat happy saat melihat Kanaya juga ada di kantin bersama Mili dan Nana, ketiga gadis duduk berjauhan dari meja Alis bersama tiga pangeran.
Naya terasa terganggu mendengar pembicaraan setiap orang yang membahas soal dirinya yang bertengkar dengan Andra, banyak orang yang iri dengan Nay yang bisa bicara dengan Andra begitu dekatnya.
"Alis pergi dulu."
"Habiskan makanan kamu Alis, jangan coba-coba meninggalkannya." Tatapan Andra tajam, memaksa Alis untuk makan.
Agra tersenyum meminta Alis sebaiknya makan, jangan membuat heboh di kantin. Waktu istirahat mereka tidak banyak, lebih baik Alis segera menghabiskan makanannya.
Nada lembut Agra membuat Alis menurut, pria baik yang sangat disukainya, lelaki satu-satunya yang selalu dituruti.
Naya melihat ke arah Agra yang tertawa bercerita dengan Alis, sedangkan Arvin hanya diam saja tanpa menghabiskan makanannya, sedangkan Andra menatapnya tajam seakan-akan menantang.
"Nay, kamu masuk daftar hitamnya Andra, lihat saja tatapannya yang masih kesal." Wajah Mili takut melihat Andra.
"Salah aku apa hanya menasehati yang benar agar dia sadar." Mata Naya menatap tajam Andra, tidak takut sama sekali dengan pria kasar seperti Andra.
"Aku menyesal sekali tidak ikut ke toilet, jika tidak pasti seru sekali melihat wajah tampan Arvin, mendengar suara lembut Agra, dan melihat urat leher Andra yang terlihat jika sedang marah." Senyuman Nana terlihat sangat lebay, berlebihan mengagumi tiga pangeran.
Selesai makan siang, dan memulai kembali pelajaran. Naya masih memikirkan tiga pangeran yang memiliki sikap sangat berbeda jauh, tapi anehnya bisa memiliki hubungan baik.
Setelah mendengarkan pelajaran, akhirnya jam pulang tiba. Nay sangat senang satu hari akhirnya berakhir, dan berharap keesokan harinya hidupnya tenang.
"Nay ayo pulang." Nana merangkul Naya yang memintanya berjalan lebih dulu.
Naya menggendong tas langsung berjalan keluar kelas untuk pulang, langkah Naya pelan berharap tidak bertemu dengan Andra yang seperti memiliki dendam.
"Hai kak, perkenalan aku Alisha apa benar kamu Kanaya yang berkelahi dengan Andra di toilet? jika benar aku penggemar kak Naya." Alis tertawa ingin bersalaman dengan Naya.
Secara tiba-tiba Andra datang, mencengkram kuat tangan Alisha dan menghempaskan sampai jatuh di lantai. Agra langsung cepat menangkap Alis, mengkhawatirkannya yang sampai jatuh.
Naya terkejut melihat perlakuan kasar Andra, menatap Agra yang memeluk Alis membuat Naya merasakan nyeri hatinya dan perasaannya tidak enak. Suara Naya berteriak terdengar, mencaci maki Andra dengan umpatan kasar.
"Apa yang kamu lakukan? Kasar sekali kepada wanita." Nay langsung memukul perut Andra.
"Apa yang kamu lakukan sangat berbahaya? gadis Ini bisa terluka, bagaimana jika kepala terbentur di lantai? tangannya terluka, kakinya patah kamu ingin bertanggung jawab?" tangan Nay ingin memukul Andra, tapi berhasil dihindari.
Naya dan Andra mulai bertengkar lagi, bahkan terjadi perkelahian antara keduanya, Agra langsung menghentikan keduanya, meminta Arvin menahan Andra, barulah Arvin menarik Andra menjauhi Naya.
Alis tertawa lucu melihat kakaknya bertengkar dengan idolanya, Alis menyukai Naya yang berani melawan Andra yang terkenal sangat kasar dan suka menyakiti orang.
"Ayo kak Naya pukul saja kepala Andra, sekalian otaknya dicuci agar bisa berhenti emosian." Alis tertawa lucu, menatap kakaknya dan Naya yang kesal.
"Naya, Alis sebenarnya adik Andra." Agra tersenyum meminta Naya tenang dan memaklumi dua saudara yang sudah biasa bertengkar.
"Adik, jadi dia adiknya dia?" Nay menepuk jidat, menundukkan kepalanya tidak enak hati kepada Andra yang sudah dia caci maki.
Alisha memeluk Nay agar jangan marah, dirinya mengagumi Naya karena keberaniannya.
"Maaf, aku tidak tahu jika dia kakak kamu."
"Tidak masalah, aku suka jika ada yang memukul dia." Alis mengejek Andra yang menatapnya tajam.
Agra meminta semuanya damai, jangan bertengkar apalagi antara wanita dan pria bukan lawan yang imbang.
"Kak Naya, untuk merayakan pertemuan kita, Alis mengundang kak Naya untuk makan di rumah kita."
"Seriusan, tidak merepotkan." Nay tersenyum menyetujui keinginan Alis yang terlihat sangat baik.
"Aku tidak setuju!"
"Sorry, kita tidak meminta pendapat kak Andra." Alis dan Naya langsung melangkah bersama untuk berkunjung ke rumah mereka.
***
follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Suky Anjalina
itu adiknya sendiri nay
2023-03-16
0
Suky Anjalina
aku lupa yang dicintai Naya itu Arvin apa Arga,
2023-03-16
0