Matahari bersinar cerah, Nay sudah bangun sejak subuh menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, mengabaikan satu kebo yang bangun kesiangan.
Naya sudah menyiapkan segala keperluan untuk kuliah, membiarkan Avin yang masih mengorok.
"Enak sekali dia bangun kesiangan, tidak memikirkan apa yang terjadi semalam." Tatapan Nay kesal melihat pria dingin yang tidur di ranjang satu-satunya.
Perlahan Arvin mulai terbangun, merasakan kepalanya sakit sekali. Perutnya juga terasa tidak nyaman.
"Aww, kepalaku sakit sekali." Avin berusaha untuk duduk, memegang kepalanya yang sangat berat.
Kedua tangan Avin menyentuh tubuhnya, wajahnya langsung panik saat menyadari jika tubuhnya sudah tidak menggunakan baju lagi.
Melihat bagian bawah yang masih menggunakan celana, melihat tubuhnya dan menatap Naya yang berdiri santai sambil mengunyah apel.
"Apa yang sudah kamu lakukan?" Avin menatap tajam, berteriak menutupi tubuhnya.
Naya tertawa merasa lucu jika Avin menuduhnya menyentuh pria pemabuk sepertinya.
"Kamu ingat lagi apa yang terjadi tadi malam? seharusnya kamu ada di hotel bersama banyak wanita. Gaya kamu Vin terkejut tidak menggunakan baju." Suara tawa Naya terdengar, gemes melihat ekspresi wajah Avin yang kebingungan.
"Kamu jangan main-main, apa yang sudah terjadi?" nada bicara Arvin tinggi, menuduh Kanaya menyentuhnya.
Kepala Naya pusing lagi, melihat tingkah Arvin yang konyol.
Nay berjalan ke belakang, membawa sesuatu dengan kedua jarinya, menunjukkan kepada Avin jika tadi malam dia muntah dan mengotori bajunya
Avin menangkap baju yang Naya lemparkan, bajunya bau muntah membuat mual. Avin menyingkirkan bajunya.
"Kamu sadar tidak jika sudah menyusahkan aku, masih baik aku ingin membersihkan muntah pria pemabuk. Apa kamu ingin tidur bersama muntah?" Nay tersenyum melihat pria dingin yang mengerutkan keningnya.
"Sudah, jangan dibahas lagi."
Nay mendekati Avin, menatap wajahnya. Meminta penjelasan soal pengawal yang menyerang saat pertama kali masuk kampus.
Saat Arvin mabuk, orang yang sama muncul untuk menyerang dan membawanya pulang. Mereka juga bermain kasar dan memaksa.
"Ada masalah apa kamu?" Nay bertanya serius, karena dirinya juga terlibat.
"Bukan masalah besar, lupakan saja." Arvin membuang arah pandangnya.
"Kamu bukan anak mafia?"
Arvin tertawa sebentar, menggelengkan kepalanya merasa lucu dengan pemikiran Naya yang sudah jauh.
Karena tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara, Nay meminta Arvin kembali. Mereka harus pergi ke kampus.
"Kamu gunakan jaket ini, jika tidak pakai saja baju busuk kamu." Nay menahan senyum, melihat Avin yang terpaksa menggunakan baju yang tidak sesuai gayanya.
Keduanya keluar dari apartemen, berpisah ke tempat tujuan masing-masing.
***
Di kampus sedang heboh, Alis baru tiba bersama ibunya, berjalan melihat apa yang sedang diributkan.
Alis terkejut melihat di mading kampus foto Naya dan Arvin yang keluar dari sebuah apartemen, di tuliskan jika keduanya menghabiskan waktu malam bersama.
Arvin terlihat berbeda, penampilannya terlihat lusuh, baju yang dia kenakan tidak seperti pakaian biasanya.
Banyak mahasiswi yang berkumpul, Alis menyobek berita soal Naya dan Avin. Alis juga mengancam siapapun yang menyebarkan akan berurusan dengan dirinya.
Pasti ada seseorang yang ingin menjatuhkan Arvin dan Naya, Alis sangat yakin pria dingin seperti Avin tidak mungkin mudah didekati.
Naya juga bukan wanita yang suka berurusan dengan lelaki seburuk karakter Avin, dia wanita yang kuat dan terhormat.
"Ada apa sayang?"
"Biasalah Mi, tiga lelaki populer di kampus ini selalu nempel di mading. Sekarang giliran kak Arvin yang masuk daftar." Alis menunjukkan sesuatu kepada Maminya.
Senyuman Mami terlihat, hal yang biasa dilakukan oleh anak muda. Mereka terlalu sibuk mencari jati diri dan mengagumi lawan jenis.
Alis menjelaskan jika Naya wanita baik yang pernah Alis ceritakan, dia tidak mungkin melakukan kesalahan bodoh.
Sampai kapanpun Alis tidak percaya jika Avin akan melakukan hal bodoh, Naya apalagi.
"Mami harus kenalan dengan Kak Naya, dia bukan hanya cantik tetapi baik, ceria dan hebat. Kak Andra juga kalah bertarung dengannya." Senyuman Alis terlihat, meminta maminya mengikutinya.
"Wow, dia pasti sangat kuat. Manusia pemarah seperti Andra saja bisa dia taklukan, mami harus mengenal dia."
Naya memasuki kampus, melihat beberapa orang melihat ke arahnya. Nay mencoba mengabaikannya.
Suara teriakan Alis terdengar, Nay melihat ke arah si heboh yang baru muncul bersama wanita cantik dan elegan. Nay melangkah mendekati Alis, tersenyum melihat wanita di sampingnya.
"Hai kak, salam kenal." Nay menyalami wanita di samping Alis yang tertawa.
"Kak, kamu memanggil saya kak?"
"Iya, kakaknya Alis." Nay tersenyum kebingungan.
Alis dan Maminya langsung tertawa, sungguh lucu melihat tingkah Naya yang mengira jika Alis dan maminya bersaudara.
"Kamu lucu dan cantik, kenalkan Tante Amira. Kamu panggil saja Mira, Tante Maminya Alis dan Andra."
Naya langsung terkejut, meminta maaf karena dirinya tidak sopan, sungguh Nay tidak tahu jika wanita cantik dan sangat muda ternyata ibu dari Alis.
"Maaf ya Tante." Wajah Nay terlihat sekali menyesal.
Mami Mira tidak mempermasalahkan, dia menyukai Naya yang sangat ramah juga ceria. Meminta Nay main lagi ke rumah mereka, bahkan diminta menginap.
Kehebohan terlihat dari cara bicaranya Mami Mira, Nay tersenyum melihat Mami Mira yang heboh sama seperti Alis.
Tidak heran jika Alis heboh, ternyata dapat dari Maminya yang sangat cantik juga cerewet. Nay berpikir jika Andra pasti mirip Papinya yang pemarah dan dingin.
"Nay, nanti main ke rumah Mami. Kita makan, menonton, bermain, belanja bersama. Kamu harus menjadi tamu terhormat, diwajibkan datang." Mami memeluk Nay dan Alis.
"Baiklah Tante, terimakasih sebelumnya." Nay dan Alis mencium tangan mami yang pamit pulang.
Kanaya melambaikan tangannya, kagum dengan kedekatan Alis dan ibunya yang mirip berteman.
Nay masih binggung melihat orang-orang yang memperhatikannya, Alis memberikan selembaran yang dia sobek. Tatapan mata Nay tajam, sungguh tidak percaya jika dirinya dan Avin masuk Mading.
"Astaga naga naga ini kenapa bisa ada di mading?" Nay menatap Alis.
"Kenapa kak Nay bisa bersama kak Avin?" Alis menatap serius.
"Sialan, kamu tanyakan pada Avin. Pasti banyak orang yang salah paham." Nay menepuk jidatnya.
Dari kejauhan Naya melihat Andra dan Agra masuk, Alis juga melihat ke arah mereka. Tidak ada Arvin di sana, pasti pergi terlambat.
"Dasar Avin pembawa masalah." Nay melangkah pergi bersama Alis.
Andra dan Agra saling tatap, mereka tidak mengerti penyebab banyak orang yang berbisik-bisik.
"Apa yang kalian bicarakan?" suara Andra berteriak terdengar.
Agra menepuk pundak sahabatnya, mempertanyakan kepada anak-anak lain apa yang mereka bicarakan.
Andra dan Agra sama terkejutnya mendengar kabar jika Avin berada di Manding, dia bermalam bersama mahasiswi baru di apartemen.
"Arvin membuat masalah lagi? kenapa juga bisa bersama Naya?" Andra langsung menatap tajam, melangkah pergi bersama Agra.
***
Follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Suky Anjalina
itu maminya alis ,naya
2023-03-16
0