Wajah Alis cemberut, dia terpaksa berada di dapur meksipun tidak mengerti apapun. Tatapan matanya kebingungan melihat bahan-bahan yang harus dibersihkan.
Nay meminta Alis membersihkan sayuran, dengan tersenyum Alis mengambil dan menyobek sayur langsung memasukkan ke dalam tempat cucian piring.
"Lis, pakai wadah." Nay menatap tajam.
"Wadah itu apa?" Langkah kaki Alis menarik wadah.
"Gunakan baskom besar itu Lis." Wajah Nay terlihat kesal.
Senyuman Alis terlihat, menemukan wadah, suara barang berjatuhan terdengar. Alis langsung merapikan dan melihat wadahnya bolong.
Air selalu keluar, karena wadah untuk mencuci sayur bolong. Nay langsung berteriak menatap sayur sawi rusak, bahkan sudah layu karena diremas-remas oleh Alis.
"Lis kamu tahu hotpot tidak?"
"Tahu, makanan."
"Sudahlah, kamu cuci udang saja." Nay mengambil alih sayuran, mengambil sisa yang masih layak untuk mereka makan.
Kepala Alis mengangguk, melihat udang mencium baunya yang amis. Wajah Alis menunjukkan ekspresi ingin muntah.
"Di mana tulangnya?" Alis menatap udang, tidak tahu apa yang harus dia bersihkan.
Karena tidak mengerti, Alis membuang apapun yang tidak dia suka dari udang. Setelah perjuangan, Alis menyelesaikan tugasnya.
Naya terduduk lemas, seluruh barangnya berhamburan langsung mengusap dada karena banyak yang pecah.
"Ini udangnya." Alis menunjukkan udang yang hampir hancur karena Alis mengambil dagingnya dan membelahnya.
"Ya tuhan."
"Aku tidak tahu di mana letak kotorannya, jadinya aku belah perutnya."
"Keluar." Nay menunjuk ke arah luar.
Nay mengomeli Alis yang mengacau bahan masakan, bukan Alis yang dikerjain tapi dirinya sendiri.
Suara Alis tertawa terdengar, dia sudah mengatakan tidak bisa masak, bahkan tidak mengerti apapun.
Sejak kecil Alis sudah makan masakan koki, tidak mungkin dia punya waktu memasak di dapur. Nay meminta Alis keluar dan tidak mengganggunya.
Melihat keributan di dapur, Prilly melangkah masuk. Alis melewati Prilly yang hanya diam melihat banyak barang yang berantakan.
Langsung mengambil dan menyusunya kembali, melihat Naya yang masih marah dan juga kesal melihat tingkah Alis.
Prilly juga terkejut melihat udang hancur, juga banyak yang dibuang, langsung mengambil dan membersikan kembali.
Melihat sayuran hampir rusak, langsung membersihkannya. Menyusun di satu tempat karena akan dimasak bersamaan dengan kaldu.
Naya memperhatikan Prilly yang merapikan kekacauan yang dibuat oleh Alis, meksipun sikap Prilly sangat dingin dan tidak bersahabat, dia cukup lihai.
Pekerjaan Prilly sangat cepat, tidak banyak bicara tapi lebih banyak geraknya. Cara kerja juga sangat rapi, teliti, juga penuh perhitungan.
Senyuman Naya terlihat, dia tidak harus memerintah, Pril langsung peka dan melakukan sesuatu secara cepat.
Meringankan pekerjaan Naya, membersikan daging lalu merebusnya. Bahkan secara cepat langsung membuat kaldu untuk hotpot.
"Bisa bantu aku mengangkat ini?" Nay menunggu respon.
Prilly mencari kain, membantu Nay memindahkan minyak panas. Memanaskan air untuk masak kaldu.
"Kamu cukup cepat dalam berkerja, pasti sudah terbiasa masak." Suara pelan Naya terdengar berceritakan jika dirinya juga sejak kecil sudah mandiri, harus bisa masak meskipun rasanya tidak enak.
"Semuanya enak jika ingin belajar."
"Benar, aku belajar dari kegagalan." Nay tersenyum melihat wajah dingin Prilly.
Keduanya menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, agar yang lainnya bisa segera makan.
Tatapan Nay terlihat serius, melihat punggung Prilly yang memiliki badan profesional.
"Prilly, aku ingin bertanya. Kenapa kamu tidak menghindar dan melawan Maminya Agra." Suasana langsung hening, Nay menghentikan pekerjaannya.
Rasa penasaran Nay sudah dipuncak, meskipun Prilly pasti akan kesal jika ada yang mencoba ikut campur dengan urusan pribadi.
Naya sangat yakin, Prilly pasti memiliki kemampuan beladiri, dia terlihat sangat cerdas dan memiliki banyak pengalaman.
"Maaf aku tidak bermaksud ikut campur, hanya saja aku tidak nyaman dengan sikap maminya Agra." Nay melanjutkan perkejaan.
"Aku bukan tidak menghindar, tapi memang tidak pantas menghindar jika orang yang lebih tua sedang bicara. Lagian dia juga ibunya Agra, tidak mungkin aku lancang." Prilly menatap Naya yang merasa tersindir.
Prilly melihat langsung bagaimana kurang ajarnya Nay terhadap Daddy-nya Arvin.
"Jika tidak salah kenapa harus diam? kita muda tidak sepenuhnya selalu salah, sedangkan orang dewasa tidak selalu benar." Naya merasakan aneh dengan cara pikir Prilly.
Senyuman Prilly terlihat, dia tahu orang dewasa tidak sepenuhnya selalu benar, tapi Prilly tidak bisa.
Jika bukan ibunya Agra mungkin beda cerita, dia hanya tidak ingin ada masalah bersama Agra.
Nay mengerutkan keningnya, duduk menatap Prilly yang menyelesaikan pekerjaan mereka.
Mendengar penjelasan Prilly hanya karena Agra, membuat Naya sangat yakin jika pengawal wanita yang memilki wajah cantik, dan badan seperti model sudah jatuh cinta.
Rasa cinta pasti menutupi rasa sakitnya, demi bisa berhubungan baik dengan Agra, Prilly tidak mempermasalahkan sikap kasar maminya Agra. Bahkan tidak menghindar dari tamparan, cinta seunik itu.
"Sekeras apapun wanita dia akan luluh di depan lelaki yang dicintainya." Naya tertawa menepuk pundak Prilly.
Pril tidak harus mengatakan Naya sudah tahu, meksipun Naya tidak tahu rasanya jatuh cinta, tapi cukup senang melihat orang lain jatuh cinta.
"Bagaimana nona muda dan tuan muda?"
"Kami tidak ada hubungan apapun? kamu tahu itu?" Nay langsung menaikan nadanya.
"Aku tidak bertanya soal hubungan?" Prilly menggelengkan kepalanya.
Naya langsung tertawa, Prilly ternyata bisa melucu juga. Naya sampai salah paham dari pertanyaannya. Prilly mengkhawatirkan Arvin dan Nay yang bertengkar dengan Daddy Arvin.
"Oh iya, kamu tidak seperti biasanya? kenapa kamu menjawab setiap pertanyaan Nay?" wajah Nay terlihat sedang mengintrogasi Prilly.
Biasanya Pril tidak memperdulikan keberadaan orang lain, dia hanya menjalankan tugasnya untuk menjaga Arvin.
Tidak pernah mengeluarkan suara sedikitpun kecuali atas perintah, dan tidak menyangka mereka bisa mengobrol sangat akrab.
Prilly menatap Naya, menghela nafasnya diam sesaat.
"Agra berharap kita bisa menjadi teman."
Nay bertepuk tangan, sungguh luar biasanya hanya karena Agra menginginkannya mulut Prilly yang sudah terkunci puluhan tahun akhirnya terbuka.
Perempuan dingin yang terlihat sombong, angkuh dan keras langsung menghangat hanya karena cinta.
"Sungguh membuat lega, karena Agra kita bisa berteman. Sulit sekali Naya cerna." Wajah Nay rasanya ingin menangis, jawaban singkat yang mengejutkan.
Setidaknya sedikit dipajangkan, jika mereka bisa berteman karena nyaman bukan karena Agra.
"Begitu rupanya?" Nay tertawa lucu.
"Apa kita bisa berteman?"
"Entahlah, mungkin aku harus bertanya kepada Arvin." Nay tersenyum, melihat ekspresi wajah Prilly yang cemberut.
"Baiklah."
"Pril, bisa kamu ulangi mungkin aku salah dengar. Apa alasan kamu menjawab pertanyaan aku?" Nay ingin memastikan.
"Agra menginginkan kita berteman."
"Jika Agra meminta kamu mati, apa kamu juga siap mati." Nay menggaruk kepalanya, mencuci tangannya meninggalkan Prilly yang mengerutkan kening, tidak mengerti alasan kekesalan Nay.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Suky Anjalina
sama nay aku juga penasaran sama Prilly
2023-03-17
0
Suky Anjalina
dasar alis anak mami gak tau apa apa 🤦♀️🤦♀️
2023-03-17
0